Waria Ini Berangkat Haji, Ingin Tobat dan Jadi Laki-laki Lagi

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 1 September 2016 15:15
Waria Ini Berangkat Haji, Ingin Tobat dan Jadi Laki-laki Lagi
Dia mengaku sudah sekitar 10 tahun menabung demi bisa berangkat haji. Dalam berhaji, dia berangkat tanpa didampingi anggota keluarganya.

Dream - Bagi sebagian orang, haji menjadi semacam jalan pertobatan. Jaminan terkabulnya doa di Tanah Suci menjadi salah satu harapan untuk " penghapusan dosa" .

Seperti yang terjadi pada Sutrisnawati. Waria berusia 52 tahun asal Desa Kunir, Kecamatan Jatimulyo, Lumajang, Jawa Timur, ini memutuskan berhaji karena sangat ingin bertobat dan kembali menjadi laki-laki lagi.

" Saya sudah lama ingin menunaikan ibadah haji, tapi kalau saya seperti begini ya takdir. Karena itu saya ingin berdoa di Tanah Suci agar menjadi orang yang saleh, bukan salehwati," ujar Sutrisnawati, dikutip dari merdeka.com, Kamis 1 September 2016.

Sutrisnawati berangkat ke Tanah Suci sore nanti. Dia tergabung dalam kloter 58 Lumajang dan berangkat dari embarkasi Surabaya.

1 dari 4 halaman

Saya Berangkat sebagai Laki-laki, Tapi...

Saya Berangkat sebagai Laki-laki, Tapi... © Dream

Dia mengaku sudah sekitar 10 tahun menabung demi bisa berangkat haji. " Saya berangkat sendiri, saya gabung dengan tetangga di desa," kata dia.

Saat di Tanah Suci nanti, Sutrisnawati mengaku akan memohon doa keselamatan bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat. Dia juga akan meminta kemantapan hati untuk bertobat dan menjadi laki-laki lagi.

" Saya berangkat sendiri, saya mandiri. Saya menunaikan ibadah haji dengan tetangga," kata dia.

Lebih lanjut, waria yang berprofesi sebagai perias pengantin berharap niatnya untuk bertobat semakin kuat. Dia pun berharap bisa mendapat kemantapan menjadi lelaki lagi.

" Saya berangkat dengan KTP laki-laki, karena petugas imigrasi memeriksa saya dan saya dinyatakan sebagai laki-laki, tapi sepulang dari Tanah Suci, saya akan kadang-kadang berpakaian wanita," kata dia.

2 dari 4 halaman

Niat Mengubah Diri Jemaah Haji Indonesia Termuda

Niat Mengubah Diri Jemaah Haji Indonesia Termuda © Dream

Dream - Berhaji di usia muda mungkin jarang ditemui. Kebanyakan masyarakat Indonesia berhaji di usia minimal minimal 30 tahun.

Andi Rahmat mungkin contoh yang berbeda. Dia masih remaja, belum genap 18 tahun, tetapi sudah menjalankan ibadah haji.

Andi tergabung dalam kloter 7 embarkasi Makassar. Andi mendaftar sejak 2011 dan mendapat kesempatan menjalankan haji tahun ini.

" Naik haji karena dibiayai orangtua. Karena orangtua sudah berjanji waktu masih kecil untuk memberangkatkan Andi berhaji," ujar Andi, dikutip dari kemenag.go.id, Senin, 29 Agustus 2016.

Andi lahir di Makassar, tetapi menjalani masa pertumbuhan di Halmahera Utara. Usai lulus SMA, Andi memilih membantu orangtuanya berdagang.

Dia menjadikan berhaji sebagai jalan untuk mengubah diri. Andi mengatakan dunianya saat ini adalah dunia bermain dan mencari tantangan. Di usianya yang masih tergolong muda, salah mengambil langkah bisa terjadi kapan saja.

" Teman-teman saya bilang, mudah-mudahan kamu berubah dari sana. Dan saya memang mempunyai niat untuk berubah," kata Andi.

Dia juga mengakui memiliki kecenderungan untuk bergaul, seperti lazimnya remaja lain seusianya. Tetapi, dia punya cara sendiri agar tidak larut dalam pergaulan.

" Sambil bergaul, menjalankan ibadah juga," kata dia.

Menjalankan ibadah haji di Tanah Suci merupakan pengalaman pertama bagi Andi. Dia mengaku tidak memiliki persiapan khusus dalam menjalankan ibadah ini.

Tetapi, dia sudah menjalankan umrah pada 2014 lalu. Pengalaman ini menjadi bekal dasar bagi Andi dalam menunaikan ibadah haji.

" Saya pernah umrah pada 2014, sekeluarga. Sudah tahu manasik haji," ucap Andi.

Terkait makna ibadah haji, Andi mengatakan dengan polos ibadah tersebut adalah memenuhi panggilan Allah SWT. Perasaan bahagia dia rasakan begitu tiba di Makkah Al Mukarramah.

" Pertama kali tiba, rasanya senang dan bahagia karena masih muda sudah mendapat kesempatan ke sini," ucap dia.

Saat di Baitullah, Andi mengaku ingin mendoakan yang terbaik bagi kedua orangtuanya. Dia juga akan memanjatkan doa agar orangtuanya selalu diberi kesehatan, dilimpahkan rezeki, dan dihindarkan dari segala masalah.

Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) UPG 7 Mahmud Zul Kirom M Khoiruddin mengatakan dia tidak merasa kerepotan mendampingi Andi. Menurut dia, anak muda cenderung bisa mengikuti manasik haji dan memiliki kondisi fisik yang kuat.

Mahmud justru khawatir terhadap para jemaah haji berusia lanjut. Mereka harus didampingi dan tidak boleh lepas dari pengawasan.

" Kalau yang muda, dari sisi bimbingan manasik bisa mereka pahami. Dari sisi kemampuan fisik, mereka juga istithaah secara jasmani dan rohani sehingga lebih mudah untuk diarahkan," kata dia.

" Kalau jemaah lansia, lebih riskan sehingga pola pembinaannya juga butuh ekstra pegawasan, tidak hanya pada masalah ibadah, tapi termasuk juga pengawasan tim kesehatan," ucap Mahmud.

Meski begitu, dia kagum dengan semangat para jemaah lansia. Mereka teguh menjalankan ibadah tahap demi tahap meski fisik sudah melemah.

3 dari 4 halaman

Istri ke-4 Merajuk, Suwito Berangkat Haji Bareng 3 Istri

Istri ke-4 Merajuk, Suwito Berangkat Haji Bareng 3 Istri © Dream

Dream – Tak semua Muslim mampu berhaji ke Tanah Suci. Biaya untuk menunaikan RukunIslam ke lima ini memang tak murah. Bagi Muslim di Indonesia, perlu menyiapkan dana puluhan juta.

Meski demikian, bukan berarti orang yang kemampuan ekonominya biasa-biasa saja tak bisa berangkat ke Arab Saudi. Sudah banyak kisah orang pas-pasan yang berangkat haji.

Memang, di balik kesakralan haji kerap muncul kisah-kisah unik dan dramatis. Sudah banyak kita dengar dan baca. Atau kita saksikan dalam tayangan televisi.

Dan tahun ini, salah satu kisah calon jemaah haji yang membetot perhatian masyarakat adalah Suwito. Calon jemaah haji asal Sumatera Utara. Pria 63 tahun ini berangkat haji ditemani tiga istri. Satu istri lainnya tak dibawa serta.

“ Tetapi karena istri ke empat merajuk, maka hanya tiga istri saja yang berangkat,” ujar Suwito, sebagaimana dikutip Dream dari laman Tabloid Imaji, Jumat 26 Agustus 2016. Laman Harian Andalas menulis istri yang merajuk itu pulang ke rumah orangtuanya.

4 dari 4 halaman

Kapal Laut Terakhir Pengangkut Haji Indonesia

Kapal Laut Terakhir Pengangkut Haji Indonesia © Dream

Dream - Dulu, kapal laut sempat menjadi andalan bagi rakyat Indonesia untuk berangkat hajike Tanah Suci. Kaum Muslim Nusantara rela terapung di samudera selama berminggu-minggu, bahkan sampai sebulan, menuju Arab Saudi.

Tak jarang pula ada calon jemaah haji yang wafat di atas kapal, sebelum sampai ke Tanah Suci. Dan biasanya, waktu di atas kapal ini banyak dimanfaatkan kepala rombongan untuk memberi atau mematangkan manasik haji.

Namun, pengalaman ini tak dirasakan oleh jemaah haji setelah tahun 1979. Sebab, kapal-kapal pengangkut calon jemaah haji dari Indonesia terakhir kali beroperasi pada tahun itu.

Sebenarnya, kapal laut yang menajadi moda pengangkut calon jemaah haji sejak zaman Belanda itu masih berjaya hingga era 1960-an. Meskipun pesawat pengangkut jemaah haji sudah beroperasi sejak 1952.

Calon jemaah haji kala itu masih memilih kapal laut karena tarifnya jauh lebih murah. Sehingga, sebagian masih calon jemaah masih menjatuhkan pilihan ke kapal laut. Membelah samudera menuju Tanah Suci.

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More