Viral Ramalan Gempa 8,9 SR di Selat Sunda, Ini Tanggapan BMKG

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Jumat, 5 Oktober 2018 08:00
Viral Ramalan Gempa 8,9 SR di Selat Sunda, Ini Tanggapan BMKG
BMKG menyebut ada beberapa ciri untuk mengenali berita hoaks soal kebencanaan.

Dream - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memastikan bahwa kabar yang menyebut akan terjadi gempa berkekuatan 8,9 skala Richter di Selat Sunda sebagai hoaks alias kabar bohong.

" Terkait hoaks, kita meminta kepada masyarakat mengenali ciri-ciri hoaks," kata Kepala Bidang Hubungan Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, di Jakarta, Kamis 4 Oktober 2018.

 

Menurut Daryono, ciri pertama sebuah informasi tentang bencana yang bisa dipastikan hoaks adalah terdapat kalimat 'akan ada gempa besar'. " Itu tandai, itu berita bohong," ucap dia.

Ciri lainnya, tambah Daryono, pencantuman instansi atau lembaga yang berwenang mengeluarkan informasi terkait bencana sekaligus nomor kontak yang bisa dihubungi. Jika tidak ada, dipastikan kabar tersebut hoaks.

Daryono melanjutkan, jika menemukan informasi yang tidak memenuhi kriteria tersebut, sebaiknya tidak mudah percaya. Masyarakat diimbau tidak ikut menyebarkannya. " Tidak boleh diteruskan, kalau diteruskan agen berita hoaks," ujar dia.

Kabar yang menyebut akan terjadi gempa dahsyat di Selat Sunda itu memang kerap kali muncul dan menjadi viral. Kabar itu kembali muncul saat terjadinya musibah lindu dan tsunami di Sulawesi Tengah akhir September lalu.

1 dari 3 halaman

47,8 Hektare Amblas Akibat Gempa Palu, Ini Hasil Penelitian Lapan

Dream - Jumlah bangunan yang rusak akibat gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, diduga lebih dari 5.000 buah. Angka itu didapat dari penghitungan citra satelit yang diterima Stasiun Bumi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

“ Tim baru menghitung sebagian wilayah yang terpotret citra satelit,” demikian keterangan yang dimuat laman lapan.go.id, Rabu 3 Oktober 2018.

Data yang diteliti itu berasal dari Satelit Pleiades tanggal 6 Juli 2018 (sebelum gempa) yang diterima oleh Stasiun Bumi Lapan di Parepare. Selain itu juga data satelit tanggal 30 September 2018 (setelah gempa) yang diterima oleh Internasional Disaster Charter.

Data itu kemudian dianalisa oleh tim gabungan dari Lapan, Institut Teknologi Bandung, dan Asian Institute of Technology (AIT) Thailand. “ Metode yang digunakan adalah interpretasi visual dengan membandingkan data citra satelit sebelum dan sesudah gempa.”

Hasil penghitungan menunjukkan adanya 418 bangunan rusak di Kabupaten Donggala, dan 2.403 di Palu. Sedang, yang kemungkinan rusak di Donggala adalah 315 bangunan dan 2.010 di Palu. Jumlah bangunaan rusak diduga lebih besar dari angka itu karena belum seluruh wilayah dampak gempa terpotret dari citra satelit.

“ Dari total 5146 bangunan rusak yang terdata, 1.045 bangunan terdapat di Perumnas Balaroa yang amblas dengan luasan sekitar 47,8 Ha,” tulis Lapan.

2 dari 3 halaman

Polisi Tangkap 4 Penyebar Hoaks Gempa Dahsyat

Dream - Polisi menangkap empat penyebar hoaks terkait kabar gempa dahsyat yang akan terjadi di wilayah Indonesia. Keempat pelaku masing-masing berinisial EW, JA, UUF, dan BK.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Irjen Setyo Wasisto, mengatakan, keempat pelaku itu ditangkap di daerah yang berbeda. EW Ditangkap di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pada 28 September 2018.

Sementara JA ditangkap di Batam, Kepulauan Riau, pada 30 September 2018. UUF ditangkap di Sidoarjo, Jawa Timur, tanggal 2 Oktober 2018.

" Dan satu lagi, BK di Manado, juga tanggal 2 Oktober," kata Setyo di Jakarta, Rabu 3 Oktober 2018.

Setyo menjelaskan para pelaku memiliki lebih dari satu akun media sosial. Mereka menggunakan akun-akun tersebut untuk menyebar berita hoaks.

Dalam kasus ini, EW ditangkap karena menyebarkan berita bohong terkait gempa yang perlu diwaspadai di Pulau Sumbawa.

Hoaks yang disebarkan JA terkait jasad korban gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Sementara UUF dan BK ditangkap karena menyebarkan berita hoaks akan adanya gempa dan tsunami dahsyat di Jawa.

" Ini berita-berita yang sebenarnya sudah dibantah oleh BNPB, karena tidak ada satu ahli pun yang bisa memprediksi kapan akan terjadi gempa," ujar Setyo.

Hingga kini, polisi masih memperdalam kasus ini. Para pelaku pun masih menjalani pemeriksaan secara intensif.

" Yang jelas mereka menyebarluaskan berita bohong yang menyebabkan masyarakat takut, menyebabkan masyarakat gelisah, dan bahkan merugikan sampai membatalkan pesawat dan macam-macam secara ekonomi," ucap dia.

3 dari 3 halaman

Gempa 8,7 SR Bakal Muncul dari Selat Sunda, Jakarta Waspada

Dream - Informasi mengenai prediksi gempa berkekuatan 8,7 Skala Richter (SR) di sekitar Jabodetabek menjadi perbincangan hangat pasca-gempa yang mengguncang Lebak, Banten.

Ancaman gempa itu juga sempat mengemuka beberapa waktu lalu dalam sarasehan yang diadakan Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan potensi gempa tersebut tidak akan muncul di Jakarta namun di Selat Sunda bagian selatan.

" Jika itu terjadi akan berdampak di Jakarta," kata Sutopo dalam cuitannya.

Selain potensi gempa 8,7 SR dari Sunda Megathrust, masyarakat Jabodetabek juga harus mewaspadai adanya pergerakan sesar aktif.

Meski begitu, Kabag Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Hary Tirto Djatmiko, menyebut ancaman gempa 8,7 SR yang pernah disinggung dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017 itu tetap tak dapat diprediksi.

" Meski para ahli mampu menghitung perkiraan Magnitudo maksimum gempa di zona megathrust, akan tetapi teknologi saat ini belum mampu memprediksi dengan tepat, apalagi memastikan kapan terjadinya gempa megathrust tersebut," tulis Hary, di laman resmi BMKG, Jumat, 2 Maret 2018.

Sutopo menyebut ada 17 titik gempa yang pernah mengguncang Jabodetabek. Sutopo berharap pengetahuan warga Jabodetabek mengenai mitigasi bencana dapat ditingkatkan.

" Jumlah penduduk Jabodetabek 32 juta jiwa. Mereka masih minim pengetahuan dan latihan antisipasi gempa," ujar Sutopo.

Senada dengan Sutopo, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan potensi gempabumi di Indonesia sepatutnya jangan sampai menimbulkan perasaan mencekam dan ketakutan di masyarakat.

" Masyarakat harus terus meningkatkan kemampuan dalam memahami cara penyelamatan saat terjadi gempabumi," kata Dwikorita dalam keterangan tertulisnya.

BMKG dan BNPB serta beberapa lembaga dan kementerian terkait, kata Dwikorita, akan menggalakkan sosialisasi gempa bumi di beberapa instansi.

" Hal ini akan dapat menjadikan seluruh masyarakat kita lebih paham dan lebih siap dalam menghadapi bencana, serta lebih terampil dan cekatan dalam melindungi ataupun menyelamatkan dirinya saat terjadi gempa," kata Dwikorita.

(Sah)

Beri Komentar