Viral Smart Toilet Rp17 Miliar di Makassar Jadi Gudang, Ini Barang Bukti yang Diincar Kejaksaan

Reporter : Okti Nur Alifia
Senin, 18 Juli 2022 14:00
Viral Smart Toilet Rp17 Miliar di Makassar Jadi Gudang, Ini Barang Bukti yang Diincar Kejaksaan
Smart toilet di Makassar, kata pintar dalam namanya disebut tidak terwujud.

Dream - Pemerintah Kota Makassar merogoh kocek hingga Rp17 miliar untuk pembangunan smart toilet alias toilet pintar. Namun sayangnya hasilnya tak sesuai yang diharapkan.

Toilet yang dibangun untuk SD dan SMP dengan tujuan mengedukasi siswa akan kebersihan toilet pun tak sesuai ekspektasi. Alih-alih menjadikan toilet yang keren bak di negara maju, justru ada yang menjadikannya sebagai gudang.

Penampakan dari wujud toilet miliaran itu adalah lantainya yang kotor, keramik pecah, hingga air tidak mengalir. Kata pintar dalam namanya disebut tidak terwujud. 

Contohnya saja yang terjadi di SDN Komp Sambung Jawa, di bagian bilik perempuan, terpaksa dijadikan gudang penyimpanan barang. Karena fasilitas yang dibangun tidak dapat difungsikan.

1 dari 2 halaman

Lain halnya di SMPN 3 Makassar, plafon mengalami kerusakan, sebagiannya runtuh. Hingga atapnya juga bocor. Malangnya jika hujan turun, siswa tidak bisa menggunakannya.

Begitu pula yang terjadi di SMPN 7 Makassar, septic tank mengalami kebocoran. Kepala SMPN 7 Makassar, Muhammad Nasir mengaku sudah memenuhi panggilan penyidik dari Cabang Kejaksaan NegeriMakassar di Pelabuhan.

“ Tidak tahu kerusakannya dari mana. Bisa jadi karena materialnya,” ucapnya, dikutip Dream dari fajar.co.id pada Jumat, 15 Juli 2022.

Nasir sebenarnya ingin memperbaiki kebocoran septic tank tersebut. Namun kejaksaan tidak memberikan izin lantaran akan digunakan sebagai barang bukti.

“ Toilet ini sementara diperiksa kejaksaan. Karena sebagai barang bukti. Mau direnovasi juga sulit diadakan anggarannya,” beber Nasir.

2 dari 2 halaman

Pengamat Pemerintahan Universitas Bosowa (Unibos), Arief Wicaksono, menilai, penyelewengan anggaran sangat mudah ditemukan pada proyek-proyek pemerintah karena perencanaan yang tidak matang sejak awal.

“ Sebagian besar, motivasi dari program itu hanya untuk pengadaan,” tegas Arief.

Mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unibos itu menambahkan, proyek smart toilet dikerjakan tidak melihat kondisi sosial. Hanya terpaksa dibuat karena ada dananya.

“ Kalau mau dipaksakan, maka bisa dibuat dalam bentuk pilot project di satu sekolah. Jangan langsung bombastis. Ujungnya-ujungnya tidak sesuai harapan,” ucapnya.

Menurutnya jika alasannya hanya untuk mengedukasi siswa hidup sehat dengan menjaga kebersihan toilet, tidak perlu langsung membangun smart toilet.

 

Beri Komentar