Gunungan Garebeg Besar Dal 1951 Di Masjid Gede Kauman. (Foto: Merdeka.com)
Dream - Forum Ukhuwah Islamiyah Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta akan menggelar Muslim United di Kompleks Alun-alun Utara dan Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.
Kontroversi pun bermunculan di media sosial. Menanggapi keramaian yang muncul, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengeluarkan jawaban izin penggunaan area Ndalem Pangulon Masjid Gedhe Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Keraton, dalam suratnya, belum mengizinkan digunakannya area itu rencananya akan dijadikan sebagai area buffet ustaz dan area VVIP selama perhelatan berlangsung, 11 hingga 13 Oktober 2019.
" Kami Gusti Kanjeng Ratu Condrokirono, Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, untuk sementara belum dapat mengabulkan permohonan, menggunakan KgD Masjid Gedhe serta halaman, Ndalem Pengulon, dan Alun-alun utara sisi barat," tulis Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura, Keraton Yogyakarta, GKR Condrokirono, Jumat, 28 September 2019.
Di laman resminya, acara ini digelar untuk menyatukan umat Islam dan mengumpulkan donasi. Sejumlah pendakwah nasional dari Ustaz Abdul Somad, Ustaz Hanan Attaki, Ustaz Felix Siauw, dan para artis hijrah dijadwalkan mengisi acara yang dihelat 11 hingga 13 Oktober 2019.
Selain dakwah, acara ini juga berisi bazar. Panitia menyediakan tenda berukuran 3x3 meter untuk produk fesyen perempuan, aksesroris, kuliner, obat-obatan herbal, agen perjalanan, dan lembaga swadaya masyarakat.
Dream - Putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X, GRA Nurastuti Wijareni atau GKR Bendara viral di dunia maya. Dia terekam kamera naik becak menuju ke rumahnya, kawasan keraton Yogyakarta.
GKR Bendara terekam kamera warganet saat berjalan di trotoar Jalan Malioboro, Yogyakarta. Dia mengenakan kemeja dan jaket warna biro dengan celana panjang abu-abu.
Video itu dibuat akun Instagram @imamwalton dan diunggah ulang akun @jogjaistimewa.
" Sederhana sekali, Puteri Sri Sultan Hamengkubuwono X naik becak, pak becak aja gak tau kalau yang naik becak itu anaknya raja," tulis akun tersebut.
GKR Bendara membalas unggahan yang viral tersebut. Dia terkaget karena unggahan itu beredar luas.
" Looooh," tulis GKR Bendara.
Melalui Instagram Story miliknya, GKR Bendara berterima kasih atas unggahan itu.
" Matur nuwun kepada seluruh netizen yang berkomentar positif dan supporting," kata dia.
Beliau mampir bersama komunitas djokjakarta 1945,
" Gusti saking pundi?"
" Saking kantor e bapak mas"
Foto2 trus lanjut jalan, dan sepertinya lanjut naik becak 🤟🏼 pic.twitter.com/IT126FVHy8— JUN MISUGI (@yeldhy)September 4, 2019
Pemilik akun Twitter @yeldhy mengatakan, sebelum naik becak menuju keraton, GKR Bendara sempat mengunjungi komunitas Djokjakarta 1945. Sebelumnya, dia berkunjung ke kantor ayahnya, di kawasan DPRD Yogyakarta.
" Saya saksi mata pada hari itu (Seloso wage) kemaren, tidak banyak yang tau kalau wanita berbaju biru yg jalan kaki itu adalah putri HB X. Beliau cuma pesan `mboten sah diumumke ten mic nggih mas` (tak usah diumumkan lewat pengeras suara ya mas)" tulis Akun tersebut.
Dream - Perayaan Idul Fitri selalu digelar penuh tradisi dan meriah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat beberapa waktu lalu sempat menggelar acara Garebeg Sawal yang biasanya dipadati oleh para masyarakat.
Hal yang juga selalu digelar di dalam Kraton adalah Ngabekten atau sungkeman. Dalam acara ini seluruh putra-putri, kerabat dan abdi dalem Kraton, melakukan sungkem kepada Ngarso Dalem atau Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Dikutip dari Kratonjogja.id, dalam Ngabekten terdapat semacam upacara minum teh. Perlengkapannya sangat klasik, berupa gelas-gelas yang merupakan peninggalan dari era Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Hampir seluruh peralatan minum teh ini berasal dari luar negeri, seperti Jerman, Perancis, Belanda.
Ada pula aturan pembuatan teh bagi Sultan. Membuat teh bagi Ngarso Dalem tak boleh sembarangan. Harus mengikuti pakem yang ada. Yaitu, mulanya air didihkan dalam ceret tembaga dan dipindahkan ke ceret khusus untuk Sultan.
Untuk menjaga suhu air, ceret tersebut tetap dipanaskan di atas bara namun tidak dikipasi agar asap tidak masuk dan mengakibatkan air minum berbau sangit. Pada Ngabekten, teh untuk Sultan akan diseduh di teko khusus berwarna merah muda dengan gambar menara.
View this post on Instagram
Teh tersebut disajikan dalam nampan perak, termasuk satu set teko dari perak dengan motif bunga, set cangkir keramik warna merah muda dengan gambar wajah Sri Sultan Hamengku Buwono VII, dan sendok emas. Dalam teko-teko perak bermotif bunga tersebut disediakan air teh, susu, air putih, dan juga gula.
Penyajian minuman dan perlengkapan yang kaya ragam ini merupakan salah satu esensi baku dari sebuah upacara Kraton Yogyakarta. Di sisi lain, tradisi minum teh menjadi sarana identifikasi dan pengamanan bagi kerabat, abdi dalem tertentu, ataupun tamu undangan, yang dikenali dari alat minum yang digunakan.(Sah)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik