Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) membagikan citra udara di wilayah China pasca mewabahnya virus corona, Covid-19. Dari citra satelit terlihat penurunan drastis tingkat polusi di China.
NASA menunjukkan penurunan level nitrogen dioksida. Kondisi ini diduga terjadi karena aktivitas pabrik di China berhenti sementara waktu.
Sebagai perbandingan, NASA melihat foto satelit yang sama dua bulan pertama 2019 dengan periode yang sama di tahun 2020. NASA mencatat penurunan tingkat polusi udara bertepatan dengan pembatasan aktivitas transportasi dan kegiatan bisnis di saat masyarakat China banyak menjalani karantina.
" Ini adalah pertama kalinya saya melihat penurunan dramatis di area seluas itu untuk waktu tertentu," Fei Liu, seorang peneliti kualitas udara di Goddard Space Flight Center NASA, dilaporkan BBC.
Perbedaan kondisi udara di China
Dia mengatakan, telah mengamati penurunan kadar nitrogen dioksida selama resesi ekonomi pada 2008. Tetapi, penurunan itu terjadi secara bertahap.
Citra satelit kualitas udara di China
NASA mencatat, perayaan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari dan awal Februari biasanya ditandai dengan peningkatan polusi udara. Tapi, kondisi tersebut tak berlaku di tahun ini.
" Tahun ini, tingkat pengurangan lebih signifikan daripada tahun-tahun terakhir dan itu telah berlangsung lebih lama," kata Liu.
" Saya tidak terkejut karena banyak kota di seluruh negeri telah mengambil tindakan untuk meminimalkan penyebaran virus," ucap dia.
Dream - DKI Jakarta mengalami banjir di sejumlah lokasi akibat hujan yang terjadi sejak Senin malam 24 Februari 2020 hingga Selasa pagi, 25 Februari 2020.
Banjir terjadi hampir merata di lima wilayah Jakarta. Ketinggian air juga bervariasi. Dari mulai 10 cm sampai dengan di atas 1,5 meter.
Namun, selain masalah banjir, DKI Jakarta juga dianggap sebagai salah satu ibukota paling tercemar di dunia, menurut 2019 World Air Quality Report yang diterbitkan pada Selasa, 25 Februari 2020.
Laporan dibuat oleh jaringan pemantau kualitas udara terbesar di dunia bernama IQAir AirVisual. Dalam laporannya, IQAir AirVisual menggunakan data dari pemerintah, perusahaan, kelompok masyarakat sipil dan perangkat pengukur yang dimiliki warga.
Jakarta bahkan menggantikan Beijing, yang dalam beberapa tahun sebelumnya dikenal sebagai ibukota negara paling tercemar di dunia.
Udara di Jakarta sekarang 20 persen lebih tercemar dibandingkan dengan kualitas udara di ibukota China tersebut.
Menurut pengukuran partikel menggunakan PM2.5, Jakarta berada di peringkat ke-5 dalam daftar 10 ibukota negara paling tercemar di dunia. PM2.5 adalah partikel yang sangat kecil hingga bisa menembus jauh ke dalam paru-paru.
Disebutkan bahwa sejak 2017, tingkat polusi di Jakarta meningkat sebesar 66%, menjadikannya yang terburuk di Asia Tenggara.
Polusi partikel ini bisa menyebabkan masalah kesehatan. Termasuk asma, kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, dan bahkan diabetes.
Jenis polusi ini juga bisa membunuh lebih banyak orang sebanyak 7 juta per tahun daripada masalah lingkungan lainnya.
Delhi, ibukota India, merupakan kota yang paling tercemar di dunia. Tingkat polusi udaranya melebihi skala indeks kualitas udara (AQI) Amerika Serikat pada tahun 2019.
Sementara ibukota Bangladesh, Dhaka, menjadi kota paling tercemar kedua setelah Delhi. Disusul oleh ibukota Mongolia, Ulaanbaatar dan Kabul di Afghanistan di peringkat tiga dan empat.
Ibukota Nepal, Kathmandu dan Hanoi di Vietnam menjadi kota paling tercemar ke 6 dan ke 7 dalam daftar 2019 World Air Quality Report.
Tiga ibukota paling tercemar berikutnya adalah Hanama di Bahrain, Beijing di China, dan Tashkent di Uzbekistan. Masing-masing menempati posisi delapan, sembilan, dan sepuluh.
Sumber: Eco-Business
Dream - Polusi udara sudah jadi bagian dari masyarakat perkotaan dan mereka yang tinggal di kawasan industri. Asap kendaraan dan asap pabrik jadi 'makanan' sehari-hari.
Kondisi tersebut sebenarnya bisa berujung fatal, terutama untuk anak. Sebuah penelitian dari Cincinnati Children's Hospital, Ohio, Amerika Serikat menunjukkan kalau anak-anak yang lebih sering terpapar polusi udara lebih rentan mengalami kecemasan, stres hingga melakukan bunuh diri.
Hasil penelitian itu kemudian diterbitkan oleh Environmental Health Perspectives yang menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup di lingkungan kurang beruntung akan lebih rentan terpapar berbagai penyakit.
" Studi ini adalah yang pertama menunjukkan hubungan antara tingkat polusi udara luar ruangan harian dan peningkatan gejala gangguan kejiwaan, seperti kecemasan dan bunuh diri, pada anak-anak," ujar penulis Dr. Cole Brokamp, salah satu peneliti.
Meski demikian, ia mengakui kalau penelitian tersebut masih perlu pendalaman lebih lanjut mengenai polusi udara dapat mempengaruhi gejala anak melakukan bunuh diri.
" Fakta bahwa anak-anak yang tinggal di lingkungan yang miskin mengalami efek kesehatan yang lebih besar dari polusi udara dapat berarti bahwa pencemar dan stresor lingkungan dapat memiliki efek sinergis pada keparahan dan frekuensi gejala kejiwaan," ucap dia.
Ada dua analisa yang dilakukan Environmental Health Perspectives, pertama yang dapat membuat anak menjadi cemas yakni paparan dari lalu lintas kendaraan bermotor yang berlalu lalang setiap hari, terlebih ketika rumah anak tersebut berada di pinggi jalan dengan tingkat lalu lintas yang padat.
" Itu adalah studi pertama yang menggunakan neuroimaging untuk menghubungkan polusi lalu lintas dengan gangguan metabolisme pada materi abu-abu dan gejala kecemasan umum pada anak-anak yang sehat," kata dia.
Studi kedua, paparan polusi dengan aktivitas lalu lintas yang tinggi terbukti meningkatkan gejala kecemasan dan depresi pada anak usia 12 tahun.
" Secara kolektif, studi-studi ini berkontribusi pada semakin banyak bukti bahwa paparan polusi udara selama awal kehidupan dan masa kanak-kanak dapat berkontribusi pada depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya pada masa remaja," kata rekan penulis Dr Patrick Ryan.
Selain itu, polusi juga dapat meningkatkan penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan bentuk demensia lainnya, yang dikhawatirkan para ahli kesehatan. (mut)
(Sumber: Mirror.co.uk)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN