Masya Allah...Wanita Wafat Saat Takbiratul Ihram

Reporter : Eko Huda S
Jumat, 29 April 2016 16:02
Masya Allah...Wanita Wafat Saat Takbiratul Ihram
Rakiah wafat di pelukan sang suami....

Dream - Perempuan asal Kampung Tasik Bakong, Rantau Panjang, Kelantan, Malaysia, Rakiah Mamat, meninggal dunia saat melaksanakan Sholat Asar. Dia wafat saat mengangkat tangan, melakukan takbiratul ihram.

“ Ketika itu, almarhumah dalam keadaan sesak nafas dan sangat lemah,” tutur suami Rakiah, Abdullah Yusof, sebagaimana dikutip Dream dari laman Harian Metro, Jumat 29 April 2016.

Melihat sang istri terjatuh, pria 73 tahun ini langsung memburu. Abdullah Yusof langsung melakukan talqin, menuntun perempuan 71 tahun yang tengah meregang nyawa itu.

“ Saya terus mengajar mengucap sebelum nafas arwah berhenti,” ujar Yusof. Rakiah kemudian wafat pukul setengah lima kemarin sore.

Proses pemandian jenazah Rakiah pun seolah mendapat kemudahan. Meski persediaan air di kampung itu telah habis karena kemarau panjang, tetap ada jalan untuk proses penyucian jenazah Rakiah.

Petugas pemadam kebakaran yang dihubungi segara datang untuk memberikan air. “ Kami tiada pilihan lain terpaksa pergi ke Balai Bomba dan Penyelamat (pemadam kebakaran) Rantau Panjang untuk mendapatkan bantuan.”

Alhamdulillah, mereka bersedia membantu dan segala urusan mengurus jenazah berjalan lancar dengan bantuan mereka. Saya ucapkan terima kasih kepada pihak pemadam yang bertungkus lumus membantu,” tambah Yusof.

Sementara itu, petugas pemadam kebakaran Rantau Panjang, Zaimi Samat, mengatakan, proses pengurusan jenazah Rakiah berjalan lancar. Sebanyak 7 anggota dikerahkan untuk proses itu.

Alhamdulillah urusan memandikan jenazah berjalan lancar dan selesai 10.45 malam,” kata Zaimi.

Dia menambahkan, kasus memandikan jenazah dengan bantuan pemadam kebakaran di kampung ini bukan sekali itu saja. Setidaknya sudah tiga kali petugas pemadam dimintai bantuan karena air di kampung itu benar-benar habis.

1 dari 4 halaman

Kecelakaan, Pria Tewas Bersujud Menghadap Kiblat

Kecelakaan, Pria Tewas Bersujud Menghadap Kiblat © Dream

Dream - Ini kisah lelaki yak tak pernah melewatkan salat. Pria itu meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan mayatnya ditemukan dalam keadaan bersujud menghadap kiblat.

Arifin Che Long. Demikian nama pria 74 tahun itu. Pada hari Minggu kemarin, warga Gua Musang, Kelantan, Malaysia, ini ditemukan tewas, tubuhnya penuh luka. Beberapa meter dari jasad itu, ditemukan motor Arifin.

Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 12.30 siang waktu setempat. Kala itu, Arifin menunggang motor sendirian dari kebun, hendak pulang ke rumah yang beralamat di Chiku Satu.

Namun sayang, saat sampai di Kilometer 30, Jalan Gua Musang-Kuala Krai, dia ditabrak dari belakang. Tubuh dan motornya terpelanting hingga jatuh ke semak-semak.

Dikutip Dream dari laman Harian Metro, Senin 1 Februari 2016, sesaat setelah kecelakaan, Arifin masih bisa bergerak. Dia merangkak, keluar dari semak-semaak menuju ke bahu jalan.

Beberapa menit kemudian, Arifin tewas. Jasadnya ditemukan bersujud, menghadap ke arah kiblat. " Mungkin almarhum ingat belum salat Zuhur atau mungkin dia merasakan kesakitan di kepalanya," ujar istri Arifin, Che Zahrah Awang Kecil.

Menurut Che Zahrah, suaminya sering pergi ke kebun mereka di Jalan FELDA Perasu. Jaraknya tiga kilometer dari rumah mereka. " Setidakya tiga kali dalam seminggu, suami ke kebun melihat tanaman dan pulang ke rumah sebelum jam satu tengah hari untuk salat Zuhur di surau dekat rumah."

" Itu rutin setiap hari dilakukan sejak dulu dan kami sekeluarga turut serta salat berjamaan di surau. Kadang jika imam tidak ada, suami saya yang menggantikan jadi imam," tutur Che Zahrah.

Dan seperti hari yang sudah-sudah, siang kemarin Arifin pulang dari kebun. Dia melaju dengan motor menuju rumah. Untuk menunaikan salat Zuhur.

" Maklum jika almahum ditemukan dalam keadaan sujud, saya anggap dia teringat dia perlu solat Zuhur," tambah Che Zahrah. 

2 dari 4 halaman

Wafat Setelah Pertahankan Sedekah Masjid

Wafat Setelah Pertahankan Sedekah Masjid © Dream

Dream - Seorang warga Thailand, Chemusor Masor, meninggal di Malaysia setelah ditikam perampok yang ingin merebut uang sedekah untuk pembangunan masjid. Pria berusia 59 tahun ini dibegal saat minta sumbangan dari kampung ke kampung.

Masor merupakan warga Narathiwat, Thailand. Dia datang ke Malaysia bersama beberapa orang untuk meminta sumbangan yang akan digunakan membangun masjid. Kelompok itu berpencar.

Masor bersama dengan anak lelaki dan dua rekan lainnya. Mereka tinggal Kampung Sri Indah, Sungai Buloh. Dan pada Minggu malam, mereka meminta sumbangan hingga ke Tanjung Karang.

Namun nahas, saat sampai di depan deretan kedai di Jalan Bagan Lama, dua orang yang berboncengan motor datang. Mereka merebut tas berisi uang hasil sumbangan.

Masor mempertahankan tas yang dia bawa itu. Tapi para perampok itu menikamnya sebanyak tiga kali. “ Korban ditusuk di tengah dada dan dua kali di bagian rusuk,” kata Ketua Polisi Daerah Kuala Selangor, Superintendan Ruslan Abdullah.

Setelah merampok, dua orang itu kabur. Sementara, Masor masih bisa bangkit dan berjalan mencari pertolongan. “ Korban coba berjalan kaki kira-kira 20 meter untuk meminta bantuan sebelum rebah dan tidak sadarkan diri di depan deretan kedai,” tambah Ruslan.

Masyarakat sekitar mencoba memberi pertolongan. Polisi dan rumah sakit dihubungi. Namun, nyawa Masor tak dapat ditolong. ”Barang yang hilang termasuk telepon genggam korban serta uang tunai yang tidak diketahui jumlahnya,” ujar Ruslan.

(Sumber: Harian Metro

3 dari 4 halaman

Sebelum Wafat, Putri Kiai Madura Cuci Kafan Pakai Air Zamzam

Sebelum Wafat, Putri Kiai Madura Cuci Kafan Pakai Air Zamzam © Dream

Dream - Tak ada yang tahu kapan ajal datang. Tapi, banyak orang berusaha bersiap. Seperti yang dilakukan oleh Nyai Khotibatul Ummah binti KH A Warits Ilyas, putri pengasuh Pondok Pesantren Annuqqayah, Sumenep, Madura.

Neng Oot --demikian Nyai Khotibatul Ummah karib disapa-- wafat pada Sabtu 6 Februari silam, akibat mengalami pendarahan setelah melahirkan.

Setelah Neng Oot meninggal, keluarga menemukan kain kafan dan wasiat yang ditulis tangan. Dalam wasiat itu tertulis kain kafan itu telah dicuci dengan air Zamzam. Tertulis pula sejumlah ayat Alquran tentang kematian dalam wasiat itu. Seolah telah bersiap.

Keponakan Neng Oot, Muhammad Al-Faiz, mengatakan, kisah saudaranya itu mirip dengan Salahuddin al-Ayyubi, sultan Dinasti Ayyubiah. Dalam satu versi sejarah dikisahkan, Salahuddin al-Ayyubi selalu membawa peti-peti terkunci ke tengah medan perang.

Peti-peti itu dijaga, hingga orang-orang terdekatnya mengira bahwa di dalamnya terdapat harta dan permata berharga. Namun, setelah Salahuddin mengembuskan nafas terakhir dan peti-peti itu dibuka, ketika itulah orang-orang sadar bahwa dugaan mereka selama ini salah.

Peti-peti itu hanya berisi sepucuk wasiat, kain kafan, dan setumpuk tanah. Dalam wasiat itu tertulis: " Aku mau dikafani dengan kain kafan ini, yang telah harum oleh air Zamzam dan juga telah mengunjungi Kabah serta pusara Rasulullah. Sedangkan tanah ini, berasal dari bekas perang. Buatlah batu bata darinya dan jadikan bantalku di dalam kuburanku."

Konon, sesuai wasiatnya, dari tanah itu dibuatlah 12 batu besar yang kini bersemayam di bawah kepala Salahuddin di dalam kuburannya.

" Demikianlah, kesadaran seseorang untuk mempersiapkan kematiannya, baik persiapan lahir maupun batin, tidak lain merupakan rahmat Tuhan yang amat besar," kata Muhammad Al-Faiz.

" Sangat boleh jadi rahmat itu adalah rangkaian awal dari rahmat selanjutnya dalam dimensi yang lebih kekal. Kafa bil mauti wa'idhan. Cukuplah kematian memberi kita pelajaran, meniscayakan sebuah pertanyaan, ‘Apa yang sudah saya persiapkan?’" tambah dia. (Ism, Sumber: NU Online)

4 dari 4 halaman

Kakek Miskin yang Dermawan Wafat, Dunia Berduka

Kakek Miskin yang Dermawan Wafat, Dunia Berduka © Dream

Dream - Liu Shenglang. Inilah kakek dermawan. Pria 93 tahun ini bukanlah orang kaya raya. Pekerjaannya hanyalah pemulung. Namun dari barang-barang bekas yang dipungut itulah Liu beramal. Memberi inspirasi kepada banyak orang.

Sudah lebih 20 tahun Liu menjadi pemungut sampah. Sejak itu pula dia telah membiayai lebih dari 100 mahasiswa hingga lulus kuliah. Semua dana yang dia santunkan itu dari hasil memungut sampah.

Liu biasanya pergi ke kantor pos dengan mengendarai sepeda untuk mengirimkan uang agar para mahasiswa miskin bisa tetap kuliah. Kakek asal Kota Yantai, Provinsi Shandong, China, ini benar-benar menghabiskan sisa umurnya dengan berbagi untuk sesama.

Awal tahun ini kakek Liu ini meninggal dunia pada usia 93 tahun. Tak heran, hampir semua orang yang mengenalnya berduka atas kepergian kakek inspiratif ini.

Sekitar Rp 212 juta telah dia dermakan untuk para mahasiswa. Dan cara ini telah ditiru banyak orang. Hingga kini, sekitar 700 organisasi dan 500 ribu orang relawan di China yang mau melakukan kebaikan seperti Liu.

Selamat jalan kakek Liu. Si miskin yang dermawan.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini. (CCTV News)

Kirimkan kisah nyata inspiratif di sekitamu atau yang kamu temui, ke komunitas@dream.co.id, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang ingin dipublish
2. Sertakan link blog atau sosmed
3. Foto dengan ukuran high-res
4. Isi di luar tanggung jawab redaksi

Ayo berbagi traffic di sini!

Beri Komentar