Amalan Agar Wanita Haid Tetap Bisa Mendapatkan Pahala Lailatul Qadar

Reporter : Reni Novita Sari
Jumat, 15 Mei 2020 17:01
Amalan Agar Wanita Haid Tetap Bisa Mendapatkan Pahala Lailatul Qadar
Lantas bagaimana cara wanita haid memperoleh malam lailatul qadar?

Dream- Bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa. Salah satunya adalah karena di bulan ini Allah SWT mewajibkan kaum Muslim yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan ibadah puasa. Keistimewaan lainnya yang tidak ditemukan pada bulan-bulan lain adalah adalah adanya lailatul qadar.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, " Di dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan.” (HR. An-Nasai)

Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Amal kebajikan yang dilakukan pada malam tersebut nilainya melebihi amal kebajikan yang dilakukan selama seribu bulan yang tidak ada malam qadarnya.

Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, “ Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “ Jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?”

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjawab

“ Berdoalah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU’ANNI (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi)

Persoalan baru muncul bagaimana dengan nasib para wanita yang sedang mengalami haid atau nifas, di mana mereka jelas dalam kondisi tidak suci sehingga dilarang shalat bahkan menyentuh mushaf hingga berbagai amalan lainnya agar mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.

Lantas apakah mereka juga bisa memperoleh lailatul qadar sebagaimana yang lain? Berikut penjelasan Dream dari beberapa sumber.

1 dari 3 halaman

Wanita Haid Bisa Memperoleh Malam Lailatul Qadar

Pertanyaan mengenai apakah wanita haid bisa memperoleh lailatur qadar bukanlah pertanyaan baru. Jauh sebelum itu Juwaibir bin Said Al-Balkhi menanyakan hal tersebut kepada Adh-Dhahhak. Termasuk juga wanita yang sedang nifas, bahkan orang yang tidur.

Menurut Adh-Dhahhak, mereka semua bisa mendapatkan laillatul qadar. Karena setiap orang yang Allah SWT terima amalnya, maka Allah SWT akan memberinya bagian dari lailatul qadar.

Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh-Dhahak, “ Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir, dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?”

Adh-Dhahak pun menjawab, “ Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 341)

Ibnu Rajab rahimahullah menasehatkan, “ Wahai saudaraku … Yang terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung pada kerja keras kita. Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha keras badan. Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam, namun tak mendapatkan rahmat. Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan rahmat tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena berdzikir kepada Allah. Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya yang malah dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 341)

2 dari 3 halaman

Amalan Wanita Haid Selama Malam Lailatul Qadar

Lailatul qadar

Lantas pertanyaannya adalah bagaimana wanita haid menghidupkan atau mengisi lailatul qadar agar bisa memperoleh pahala yang berlimpah?

Perlu diketahui, ada 3 tingkatan atau amalan yang bisa dikerjakan kaum muslim untuk memperoleh malam lailatul qadar. Penjelasan ini dikemukakan Syekh Nawawi Banten dalam kitab Nihayatuz Zain mengenai tingkatan menghidupkan lailatul qadar.

3 dari 3 halaman

Menurut Syekh Nawawi, setidaknya ada tingkatan dalam menghidupkan atau mengisi lailatul qadar, dari tingkat yang tertinggi sampai yang terendah. Pertama, menghidupkan lailatul qadar dengan memperbanyak shalat. Ini adalah tingkatan tertinggi. Kedua, menghidupkan sebagian besar lailaul qadar dengan memperbanyak zikir. Ini adalah tingkatan yang sedang. Ketiga, tingkat terendah atau minimalis adalah dengan melakukan shalat Isya dan Subuh berjamaah.

Dari ketiga tingkatan yang kemukakan Syekh Nawawi Banten ini, maka yang paling memungkinkan dilakukan wanita yang sedang haid untuk mengisi lailatul qadar sehingga ia bisa memperolah berjibun dan berlimpah pahala adalah tingkatan yang kedua, yaitu mengisi lailatul qadar dengan memperbanyak zikir, berdoa, dan beristighar. Sebab, tingkatan pertama dan ketiga tidak mungkin bisa diambil oleh wanita yang sedang haid.

Kesimpulan Kesimpulannya paling penting dari penjelasan di atas, malam lailatul qadar tidak disyaratkan iktikaf di masjid atau untuk mendapatkannya dengan beribadah di masjid. Orang yang beribadah di rumah pun dan dalam keadaan haid masih bisa mendapatkan lailatul qadar. Itulah karunia Allah.

Beri Komentar