Hotel Ini Sajikan Nuansa Betawi Tempo Dulu

Reporter : Ratih Wulan
Selasa, 12 April 2016 16:37
Hotel Ini Sajikan Nuansa Betawi Tempo Dulu
Para tamu akan disuguhi nuansa Betawi tempo dulu, yang akan membuat mereka nyaman untuk tinggal.

Dream – Lobi Hotel Mercure Jakarta Sabang terlihat sangat unik. Berbagai ornamen di ruang itu sangat kental dengan nuansa Betawi tempo dulu.

Lihat saja dinding-dindingnya. Berbagai lukisan tentang Betawi tempo dulu terpasang di sana, misal saja Stasiun Beos di Kota Tua. Ada juga gambar becak kuno yang jadi tren transportasi zaman penjajahan Belanda.

Hotel yang baru dibuka pada 2014 ini memang dibangun sesuai dengan konsep Hotel Mercure pada umumnya. Mereka mengadopsi budaya masyarakat di mana lokasi hotel didirikan.

“ Baru dua tahun dibuka dan karena terletak di Jakarta Pusat maka mengadopsi kebudayaan Betawi kalau di Sumatera pasti akan mengangkat budaya sana juga,” kata General Manager Hotel Mercure Jakarta Sabang, Riganda Togatorop, di kantornya, Senin kemarin.

Riganda menambahkan, tema Betawi tempo dulu di hotelnya dikemas dalam desain interior yang cukup modern. Berbagai properti yang mewakili masyarakat Betawi disulap menjadi lebih kekinian dan modern.

Misal saja bagian lobby lounge yang menampilkan kesan modern vintage dengan pajangan foto beberapa mantan Gubernur Jakata, Ali Sadikin. Selain itu ada pula lukisan pop art Presiden Soekarno yang sedang berdansa dengan ibu negara, Fatmawati.

“ Seperti bale-bale ini kan menggambarkan masyarakat Betawi dan di setiap kamar ada ornamen batik Betawi yang menghiasi,” imbuh Riganda.

Hotel ini menawarkan 166 kamar dengan harga yang bervariasi. Dimulai dari kelas superior dengan tarif Rp 1,3 juta per malam hingga Rp 4 juta untuk kamar selevel executive suites.

Lokasi yang strategis membuat hotel Mercure Jakarta Sabang sangat tepat disebut sebagai hotel bisnis. Berada di dekat pusat pemerintahan dan BUMN membuatnya ramai dijadikan rujukan tempat menginap.

Bahkan 25-30 persen tamu hotel berasal dari mancanegara. Terutama dari Malaysia dan Singapura, juga dari India.

“ Senin sampai Kamis kami ramai, tapi Jumat, Sabtu, dan Minggu, cenderung lebih rendah. Banyak ekspat India yang bekerja di bidang teknologi di sekitar sini sehingga banyak di antaranya yang menginap di sini,” terang Riganda.

Menurut Riganda, hotel yang ia kelola sangat dikenal dengan berbagai olahan kuliner yang lezat. Mereka tak mau kalah dengan kuliner di Jalan Sabang, yang sangat dekat dengan hotel ini. Berbagai olahan nusantara ada di sini, seperti rujak juih, tahu telor, sup buntut, dan nasi goreng kambing.

Begitu pula dengan sajian western yang juga mendapat tempat tersendiri di hati para tamu hotel. Olahan spagetty dan pizza menjadi menu yang juga banyak dipesan saat makan siang.

“ Daerah sini kan terkenal olahan kambing kita juga ikut sesuaikan. Tapi kalau hotel kita sejak dulu yang paling terkenal itu sop buntutnya,” kata Riganda.

Beri Komentar