3 Petinggi Negara Tanpa Gelar Sarjana

Reporter : Ayik
Senin, 16 Maret 2015 14:44
3 Petinggi Negara Tanpa Gelar Sarjana
Untuk menjadi pemimpin dibutuhkan jiwa yang besar, bijaksana, tegas, adil serta mensejahterakan rakyatnya.

Dream - Demi menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki riwayat pendidikan setinggi-tingginya? Siapa bilang, beberapa pejabat tinggi Indonesia telah membuktikan bahwa mimpi dan tekad yang kuat justru membawa mereka menjadi pemimpin di negeri zamrud khatulistiwa ini.

Untuk menjadi pemimpin dibutuhkan jiwa yang besar, bijaksana, tegas, adil serta mensejahterakan rakyatnya. Berikut tiga tokoh Indonesia tanpa gelar sarjana:

1. Soeharto
Soeharto adalah anak dari pasangan Sukirah dan Kertosudiro, yang lahir pada 8 Juni 1921 di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Soeharto adalah anak ketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang dinikahinya setelah lama menduda.

Tamat dari SMP, Soeharto sebenarnya ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Apa daya, keluarganya tidak mampu membiayai karena keterbatasan ekonomi. Di usia remaja, Soeharto mencari pekerjaan, dan dia baru diterima menjadi anggota Koninklijk Nederlands Indisce Leger (KNIL). KNIL merupakan tentara kerajaan Belanda. Dan disinilah karies militernya dimulai.

2. Adam Malik
Adam Malik adalah anak dari pasangan Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Adam Malik lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, pada 22 Juli 1917. Adam Malik adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara.

Ayahnya adalah seorang saudagar kaya raya di Pematangsiantar. Adam Malik telah banyak berkontribusi dalam pergerakan nasional memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di zaman penjajahan Jepang, Adam Malik juga aktif bergerilya. Dia juga pernah membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, Karawang untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Adam Malik bersama Sukarni, Chaerul Shaleh, dan Wikana.

3. Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti adalah seorang CEO sekaligus pemilik maskapai penerbangan, Susi Air. Namun, apakah Anda tahu bahwa Susi Pudjiastuti seorang menteri sekaligus pemilik maskapai penerbangan itu tidak tamat hingga sekolah menengah atas (SMA). Ya, wanita kelahiran 15 Januari 1965 itu memang tidak lulus hingga SMA.

Bukan karena masalah biaya, melainkan Susi dikeluarkan saat kelas 2 SMA akibat keaktifannya dalam gerakan golput. Beliau mulai memulai usahanya dengan menjual perhiasannya dan mengumpulkan modal Rp 750.000 untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran pada tahun 1983. Usahanya itu semakin berkembang, sehingga ia berhasil mendirikan pabrik pada tahun 1996. Anak dari pasangan H. Karlan dan Hj. Suwuh itu memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp 20 miliar.

Penasaran dengan kisah ketiganya? Yuk selengkapnya Baca di sini. (Ism) 

Kirimkan kisah nyata inspiratif disekitamu atau yang kamu temui, ke komunitas@dream.co.id, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang ingin dipublish
2. Sertakan link blog atau sosmed
3. Foto dengan ukuran high-res
4. Isi di luar tanggung jawab redaksi

Ayo berbagi traffic di sini!

Beri Komentar