Kepedulian Telah Menghapus Pilihan Eutanasia Anak Tercinta

Reporter : Ayik
Senin, 2 Februari 2015 13:05
Kepedulian Telah Menghapus Pilihan Eutanasia Anak Tercinta
Ia tak lagi bisa bebas bergerak, berbicara, bernapas bahkan Ia juga mengalami kesulitan saat menelan makanan.

Dream – Ini kisah Xiong Junyi, Bocah asal China yang menderita penyakit kerusakan otak cukup parah. Orangtuanya tak lagi sanggup menyaksikan penderitaan buah hati memutuskan untuk mengajukan permohonan Euthanasia pada dokter di rumah sakit Shanghai provinsi Anhui, China.

Euthanasia berasal dari kata Yunani, eu yang berarti baik dan thanatos berarti kematian. Jika dilihat dari ilmu kedokteran, Euthanasia merupakan sebuah tindakan untuk menghentikan kesakitan yang dialami penderita yang akan meninggal, dipercepat karena kesakitan yang terlalu hebat.

Namun niat orangtua Junyi itu ditentang oleh kantor urusan sipil setempat, karena Euthanasia dipandang ilegal di China. Sementara, kondisi Junyi semakin hari kian memprihatinkan, hampir satu bulan ia menginap di rumah sakit Anhui yang tak jauh dari kantor sang ayah. Ia tak lagi bisa bebas bergerak, berbicara, bernapas, bahkan Ia juga mengalami kesulitan saat menelan makanan.

Kepedulian Telah Menghapus Pilihan Eutanasia Anak Tercinta

Kisah Junyi menarik perhatian khalayak, terutama sebuah organisasi yang bergerak dibidang kemanusiaan. Penggalangan dana untuk membantu operasi pengangkatan sel jaringan yang merusak otak Junyi segera dilakukan. Respons masyarakat akan kesembuhan Junyi semakin positif. Tepat tanggal 30 Januari di rumah sakit anak Fudan University, Junyi melakukan operasi.

Dokter Li Hao yang menangani jalannya operasi Junyi mengaku operasi ini akan membutuhkan waktu, tenaga yang ekstra, serta biaya yang tidak sedikit. " Kami tidak bisa menjanjikan Junyi akan pulih secara maksimal, namun semangatlah yang akan membawa kesembuhan untuk Junyi," Ungkap dokter Li Hao.

Kedua orangtua Junyi sangat berterima kasih dengan organisasi serta masyarakat yang telah mendukung kesembuhan buah hati mereka. " Bukan maksud kami mematahkan semangat Junyi, namun kami sungguh tidak tega melihat keadaan Junyi yang semakin hari melemah. Oleh sebab itu Euthanasia sempat menjadi pilihan terbaik untuknya," ungkap Xiong Zhengqing, ayah Junyi.

Sumber:shanghaiist.com

Kirimkan kisah nyata inspiratif disekitamu atau yang kamu temui, ke komunitas@dream.co.id, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang ingin dipublish
2. Sertakan link blog atau sosmed
3. Foto dengan ukuran high-res
4. Isi di luar tanggung jawab redaksi

Ayo berbagi traffic di sini!

 

Beri Komentar