Prosesi Mandi Balimau (Antara Foto/Iggoy El Fitra)
Dream - Petang itu, gemericik air menyegarkan dan lembutnya hembusan angin, membuat banyak orang tak tahan godaan menyeburkan diri ke pemandian alam none-none Belanda.
" Byurrr..Byurrr.." lompatan silih berganti sekelompok remaja tanggung menimbulkan riak, mengoyak gejolak tenang aliran sungai Lubuk Minturun. Kegirangan bermandi ria.
Sedari siang, sungai yang terletak sekitar 10 km sebelah utara kota Padang itu penuh sesak diserbu warga. Ratusan orang berjubel berebut tempat hingga bibir sungai yang airnya jernih.
Mereka lakukan demi ritual mandi 'Balimau'. Sebuah ritual yang ajeg dilakukan sehari menjelang puasa tiba, Rabu 17 Juni 2015.
Dari namanya 'Balimau', upacara ini memang berurusan dengan jeruk limau. Jeruk yang biasa dipakai untuk masak itu dianggap bisa membersihkan kulit dan jiwa mereka menjelang masuknya bulan suci Ramadan.
Limau mereka potong dan peras lalu dibalurkan ke sekujur tubuh untuk menggantikan sabun.
Suasana kian riuh. Ruang gerak berendam makin sulit, berhimpit. Tapi pengunjung justru menikmatinya. Mandi bareng sembari disuguhi pemandangan alam menggoda. Sunset indah di hari terakhir bulan Syaban membungkus sungai.
Sinar mentari meredup. Beberapa orang mulai beranjak dari sungai. Acara Mandi Balimau usai sudah. Mereka kini bersiap memakai wangi-wangian.
Usai mensucikan diri, dilanjutkan bersilahturahmi dengan sesama pengunjung sebelum beranjak pulang. Mereka saling meminta maaf agar kelak menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas dan diterima ibadahnya oleh Allah SWT.
Pemandian Lubuk Minturun, yang terletak di Kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, menjadi lokasi paling ramai untuk warga melakukan tradisi Balimau.
Pemandian ini sudah dikenal sejak pemerintah Belanda di Ranah Minang. Konon pada masa pemerintahan Belanda, pemandian alam ditutup hanya untuk tempat pakansi none-none cantik mandi.
Dikutip dari situs resmi Provinsi Sumatera Barat, tempat mandi hasil bentukan alam yang mengalir dari batang Kandis ini telah dinikmati sejak zaman meneer dan none Belanda.
Sebuah prasati dari semen yang sudah termakan usia di tepi pemandian Lubuk Minturun menjadi bukti.
Tak ubahnya seperti mandi wajib.....
© Dream
Aktivitas Balimau, sudah jamak bagi masyarakat Minangkabau. Tradisi mandi 'bersama' menggunakan jeruk limau rutin dilakukan satu hari sebelum datangnya bulan suci Ramadan.
Dikutip Dream dari laman Kemenang Provinsi Sumatera Barat, Balimau biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.
Adapun tujuan dari Balimau adalah membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadan. Pas dengan ajaran Islam untuk menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Tak ubahnya seperti mandi wajib.
Secara lahir, mensucikan diri adalah mandi bersih. Zaman dahulu tidak setiap orang bisa mandi dengan bersih. Bisa jadi karena sabun belum banyak digunakan. Ataupun sebab ada wilayah yang kekurangan air dan sibuk bekerja.
Nah, duhulu kala, pengganti sabun di beberapa wilayah di Minangkabau adalah limau (sejenis jeruk nipis), karena sifatnya yang melarutkan minyak atau keringat di tubuh. Balimau sebenarnya bukanlah adat Minangkabau. Namun ia merupakan tradisi yang telah berlaku secara turun temurun.
Ini merupakan sebuah ritual di hari terakhir bulan Syaban. Masyarakat mandi dan keramas dengan dedaunan dan bunga rampai. Cara ini biasa disebut 'Kasai', hingga kadang hari balimau disebut juga dengan hari 'Bakasai'.
Kebiasaan ini didukung oleh kaum adat dan agama, karena niatnya membersihkan diri dari segala dosa sebelum memasuki bulan Ramadaan.
Tradisi Balimau sebenarnya tak mesti dilaksanakan di tempat pemandian umum. Bisa dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing. Biasanya dimulai sore hari hingga menjelang Magrib, sekitar pukul 17.00 WIB.
Tapi kebanyakan dari mereka memilih tempat pemandian umum di kota Padang, seperti Lubuk Paraku, Lubuk Minturun dan Batang Kuranji, dengan alasan bisa sambil berekrasi.
Tradisi Balimau juga sudah berlangsung selama ratusan tahun di Pelalawan, Riau. Menurut cerita masyarakat, tradisi itu berawal dari kebiasaan Raja Pelalawan. Tetapi ada juga yang meyakini bahwa tradisi ini juga ada di Sumatera Barat, karena wilayah keduanya berdekatan.
© Dream
Seiring berjalannya waktu, nilai sakral mandi Balimau mengalami pergeseran. Bahkan beberapa tahun terakhir, mereka yang Balimau bukan hanya mereka yang berniat membersihkan diri.
Makin banyak yang Balimau dengan niat untuk hura-hura semata atau bahkan menemui pasangan lain jenis. Mereka kebanyakan adalah dari kalangan generasi muda.
Tak heran jika setiap tahun menjelang hari Balimau, para ulama dan tokoh masyarakat setempat selalu mengingatkan warga tentang hakikat Balimau. Balimau harus tetap terjaga untuk ajang mensucikan diri dan bukan sebaliknya.
Namun kaum muda malah kerap melanggarnya. Bahkan mereka saling bercampur antara lelaki dan perempuan padahal jelas bukan muhrim. Selain itu, juga sering ada peristiwa anak-anak hanyut karena tanpa pengawasan orangtua saat melakukan tradisi Balimau.
Tokoh adat, agama dan pemerintah kota Padang ikut turun tangan menjaga tradisi agar tidak jauh melenceng dari nilai-nilai Islam. Mereka telah meminta pengelola tempat wisata diminta memasang pagar pembatas antara laki-laki dan perempuan.
Pengamanan perayaan itu juga diperketat. Setiap tahun, anggota Satpol PP Kota Padang dikerahkan mengamankan kegiatan Balimau di 25 titik pemandian.
Sebuah tujuan yang baik dan suci harusnya memang terjaga.
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini


Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Lihat Video Baut Kendur Thai Lion Air Saat Terbang yang Bikin Geger



Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu