Tim SAR: Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Termasuk yang Terberat

Stories | Senin, 6 Oktober 2025 15:05

Reporter : Okti Nur

Terdengar suara sejumlah anak yang terus-menerus meminta pertolongan dan memanggil-manggil anggota keluarga mereka.

DREAM.CO.ID - Evakuasi korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, masih dilakukan hingga sekarang. Tim SAR gabungan telah menggunakan alat berat seperti excavator, setelah tidak ditemukannya tanda kehidupan dari korban yang terperangkap dalam tumbukan bangunan.

Salah satu tim penyelamat, anggota SAR Yogyakarta, Elfram Yuliawan, mengingat kejadian beberapa hari saat melakukan aksi penyelamatan pada bangunan yang runtuh pada 29 September 2025 itu. Dia mendengar suara sejumlah anak yang terus-menerus meminta pertolongan dan memanggil-manggil anggota keluarga mereka.

"Kami berusaha terus menenangkan mereka," ungkapnya, dikutip dari BBC, Senin, 6 Oktober 2025.

2 dari 4 halaman

Elfram dan teman-temannya harus berpacu dengan waktu, mengingat terdapat rentang waktu krusial bagi seorang korban untuk bertahan hidup tanpa minum dan makan atau disebut golden time.

"Korban ini kan mempunyai waktu peluang hidup, golden time. Itu yang harus saya manfaatkan dan itu sangat terbatas. Karena korban sebagian besar di dalam mengalami cedera," ujarnya.

Bagi pria berusia 38 tahun ini, tantangan di hadapan sungguh berat dari segi kesulitan medan maupun banyaknya korban. Musala ini ambruk saat proses pengecoran lantai tiga, ketika pelaksanaan salat Asar berjamaah pada pukul 15.00 WIB. Peristiwa ini menyebabkan puluhan santri dan pekerja tertimpa material bangunan.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kondisi reruntuhan bangunan ini merupakan tipe pancake atau reruntuhan bangunan berupa material beton yang bertumpuk dengan celah yang sangat sempit.

3 dari 4 halaman

Gempa di lepas pantai Pulau Madura dengan magnitudo 6,5 pada 30 September 2025, juga memperparah keadaan.

"Ditambah terjadi gempa waktu itu. Itu juga hal yang menyulitkan karena terjadi perubahan dari struktur bangunan tersebut," kata Elfram.

Karena faktor-faktor itulah, Elfram mengaku tugasnya kali ini adalah yang terberat. Padahal, Elfram pernah diutus ke Turki dan Myanmar untuk melakukan evakuasi korban dari bangunan runtuh serta di berbagai lokasi bencana lainnya di Indonesia.

"Ya di sini ini [yang terberat]," ungkapnya.

"Karena jumlah korban yang banyak dan juga kesulitan yang sangat kompleks," sambungnya.

4 dari 4 halaman

Elfram juga mendengar suara minta tolong diantara celah sempit reruntuhan bangunan. Dia dan rekan-rekannya langsung berinisiatif menanyakan nama dan umur mereka. Ada beberapa anak yang menyebutkan nama. Salah satunya Syahlendra Haical.

"Kami menemukan titik yang kami sebut dengan titik A2. Di situ tempat ditemukannya Haical dan rekan-rekannya yang selamat di titik itu," sebut Elfram.

Sebelum menjangkau Haical dan para korban, tim SAR gabungan berupaya mengamankan posisi-posisi bangunan karena mereka khawatir terjadi getaran susulan atau terjadi perubahan struktur bangunan secara tiba.

Beberapa metode mereka terapkan demi menopang struktur bangunan serta menjaga stabilitas bangunan.

"Kami menggunakan shoring dari kayu. Ram jack atau dongkrak itu juga kami gunakan. Juga ada lifting belt yang kami kembangkan sehingga bisa menahan posisi atap yang menjepit Haical. Ternyata tidak bisa mengeluarkan Haical. Kami hanya bisa menjangkau sedikit bahunya," papar Elfram.

Menurutnya, tim SAR juga memutar otak dan muncul ide membuat terowongan. Walaupun tidak besar, hanya 60 cm untuk petugas merangkak. Semua upaya itu, memang tidak mudah. Namun semua jerih upaya terbayar ketika para korban dapat dievakuasi.

"Kami usahakan semaksimal mungkin, karena keluarganya pasti berharap Haical bisa selamat," ucap Elfram.

Kasubdit Basarnas, Emi Freezer, menjelaskan mengapa mereka tidak bisa mengerahkan alat berat seperti excavator untuk membuang bongkahan-bongkahan reruntuhan bangunan pada tahap awal. Emi membuat analogi reruntuhan seperti jaring laba-laba.

"Struktur penyangga semua totally collapse atau gagal total untuk memberikan sanggahan Dan ini diintervensi sedikit saja akan merubah pola runtuhan. Dan rembetan seperti spider web [jaring laba-laba]," ujarnya.

"Satu titik kita colek maka rembetan getaran itu bisa sampai ke semua sektor yang terconnecting [terhubung] dengan bangunan tersebut," tambahnya.

Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Join Dream.co.id