Direktur Operasi Pencarian Dan Pertolongan Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, SAR Mission Coordinator (SMC) / Sumber: Instagram @banggasidoarjo.
DREAM.CO.ID - Pada Jumat 3 Oktober, tim SAR gabungan akhirnya menggunakan alat berat untuk mengangkat reruntuhan musola pondok pesantren Al Khoziny yang ambruk pada Senin, 29 September 2025. Sebelum mengerahkan alat berat, tim SAR yang dikepalai
Direktur Operasi pencarian dan Pertolongan Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo selaku SAR Mission Coordinator (SMC), melakukan assesment.
Assesment ini dilakukan untuk memastikan tidak ada respons korban dari balik reruntuhan. Pasalnya jika alat berat dikerahkan sementara masih ada korban yang hidup, maka akan sangat berbahaya dan malah berdampak mematikan.
Proses assesment bahkan dilakukan sebanyak tiga fase. Laksamana Yudh berusaha menjelaskan proses assesment tersebut pada keluarga korban. Perlu diketahui, proses evakuasi korban yang tertimbun bangunan sangat sulit dan jika tidak dilakukan penuh perhitungan bisa membahayakan petugas di lapangan.
" Kalau di situ, di samping kamera kita bisa melihat. Kemudian juga ada napas ada tandanya. Kalaupun ada suara atau apa, terdengar juga. Jadi kenapa mungkin kemarin sore, setelah yang terakhir itu selesai, ada yang datang ke tempat kami, kok gak ada pekerjaan? Mohon maaf, kami jelaskan kenapa tadi malam kami tidak bekerja. Kami butuh waktu hening. Untuk apa? Untuk mengoperasikan alat-alat yang tadi itu," kata Laksamana Yudhi, dikutip dari Instagram @banggasidoarjo.
Ia juga menjelaskan dengan suasana hening, tim SAR berusaha mencari suara-suara yang mungkin muncul dari para korban. Bukan hanya teriakan minta tolong tapi juga rintihan pelan yang mungkin bisa terdengar di situasi hening karena kondisi korban yang mulai melemah.
" Kenapa gak dicari, lho? Karena saya selaku pelaku di lapangan yang bertanggung jawab penuh melakukan ini. Dengan alat yang kami miliki secara teknologi, pengisian, kami gunakan itu. Jadi kami butuh keheningan yang saya sebutkan," ungkapnya.
Dari assesment yang dilakukan sebanyak tiga fase ternyata tidak terdengar suara korban. Dari alat yang digunakan juga tidak muncul tanda-tanda kehidupan.
" Dan ternyata tidak ada tanda-tanda lagi. Pagi tadi, kami kumpulkan. Kami ulangi sekali lagi, karena saya butuh keyakinan. Dengan semua alat yang saya miliki tadi, saya kumpulkan lagi dan dengan berat hati harus saya sampaikan, saya tidak menemukan lagi tanda-tanda itu. Mohon maaf," kata Laksamana Yudhi.
View this post on Instagram
Advertisement
Penasaran Suasana Kuliah, Kakek 60 Tahun Wujudkan Impian Jadi Mahasiswa
Cemaran Radiasi Cs-137 Terdeteksi, KLH Tetapkan Status Kejadian Khusus di Kawasan Industri Cikande
Fakta-fakta Psikosomatis, Gangguan Fisik yang Dipicu Kondisi Psikologis
Ponpes Al Khoziny yang Ambruk, Ternyata Usianya Lebih dari Satu Abad
Dedikasi Tinggi Gen Z, Sedang di Tebing Dimention di Grup Kantor Auto Balas
Trik Korean Makeup Look dari Verren Ornella di Campus Beauty Fair
Gelar Community Gathering, Dompet Dhuafa Jalin Sinergi Kebaikan dengan Ratusan Komunitas
Berawal Dangdut Keliling, Ini Sumber Penghasilan Ayu Ting Ting yang Kini Jadi Artis Tajir
Penasaran Suasana Kuliah, Kakek 60 Tahun Wujudkan Impian Jadi Mahasiswa
Ketua DPR Puan Maharani Sampaikan Permintaan Maaf Kepada Rakyat Indonesia