Siklon Tropis Senyar: Dari Bibit 95B hingga Awan Ekstrem di Sumatera
© 2025 Https://www.bmkg.go.id
Reporter : Hevy Zil Umami
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), resmi menaikkan status sistem cuaca di perairan Selat Malaka — dari bibit siklon menjadi siklon tropis dan menamainya Senyar.
DREAM.CO.ID - Pada 26 November 2025, badan meteorologi nasional, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), resmi menaikkan status sistem cuaca di perairan Selat Malaka — dari bibit siklon menjadi siklon tropis dan menamainya Senyar. Sistem ini semula terpantau sebagai Bibit Siklon 95B sejak 21 November 2025 di timur Aceh.
Menurut BMKG, pada saat namanya diumumkan, pusat tekanan Senyar tercatat sekitar 998 hPa dengan kecepatan angin maksimum sekitar 43 knot (sekitar 80 km/jam). Lokasi pusat tepatnya berada di koordinat sekitar 5,0° Lintang Utara dan 98,0° Bujur Timur — berada di perairan hangat Selat Malaka.
Keairan hangat dan suplai uap air besar dari Selat Malaka diyakini memicu perkembangan awan konvektif massif. Kombinasi itu menciptakan hujan intens, angin kencang, serta gelombang tinggi di laut.
Kenapa Senyar “Tidak Biasa” — dan Mengapa Kita Harus Waspada
Secara geografis, Selat Malaka dan kawasan barat-laut Sumatra bukan jalur siklon tropis rutin — sebab dekat garis khatulistiwa sehingga secara teoritis kurang mendukung. Oleh karena itu, terbentuknya Senyar dianggap “tidak umum.”
Meski demikian, BMKG menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir terdapat kecenderungan meningkatnya sistem tekanan rendah atau bibit siklon yang mendekati wilayah Indonesia, yang bisa berkembang jadi siklon tropis — terutama jika kondisi laut dan atmosfer mendukung.
Keunikan dan jarangnya peristiwa ini membuat Senyar mendapat perhatian khusus: potensi dampaknya bisa melampaui musim hujan biasa, terutama bagi wilayah rentan seperti Aceh, pesisir barat Sumatra, dan laut di sekitar Selat Malaka.
Dampak Senyar: Hujan Ekstrem, Gelombang Tinggi, Bencana Hidrometeorologi
Setelah Senyar terbentuk, BMKG dan otoritas lokal mengeluarkan peringatan darurat cuaca ekstrem untuk sejumlah wilayah, terutama di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), serta pesisir barat Sumatra.
Pengamatan curah hujan di beberapa pos BMKG di Sumut menunjukkan peningkatan tajam. Misalnya, ARG Pakkat tercatat 238,4 mm pada 25 November 2025, Stamet F.L. Tobing 229,7 mm (24 Nov), serta titik-titik lain di Tapanuli dan pesisir barat Sumatra menunjukkan curah hujan antara 150–200 mm dalam 24 jam.
Hujan ekstrem dengan durasi lama seperti itu memicu banjir darat, banjir pesisir, dan potensi longsor di kawasan lereng dan perbukitan. Tak hanya itu — angin kencang dan gelombang laut tinggi akibat pengaruh siklon memperbesar risiko bagi nelayan dan transportasi laut. BMKG memperingatkan gelombang dengan tinggi 2,5–4,0 meter di perairan Selat Malaka bagian utara, perairan Aceh, serta perairan barat Aceh dan Nias.
Diperkirakan dampak cuaca ekstrem dari Senyar bisa berlangsung hingga 2–3 Desember 2025, atau lebih lama kalau sistem menahan sisa massa awan konvektif di utara Sumatra.
Mitigasi dan Imbauan: Siaga Terhadap Potensi Bencana
Menanggapi fenomena ini, BMKG mengimbau seluruh pemangku kepentingan — pemerintah daerah, BPBD, nelayan, pelaku pelayaran, hingga masyarakat pesisir — untuk meningkatkan kewaspadaan. Informasi resmi bisa diakses melalui kanal BMKG.
Bagi warga di daerah rawan banjir, tanah longsor, dan pesisir — penting menjaga kesiagaan: hindari area dataran rendah atau tepian sungai/laut saat hujan deras, siapkan jalur evakuasi, dan pantau informasi cuaca secara berkala.
Nelayan dan pelaku transportasi laut disarankan menunda pelayaran sampai kondisi laut dan cuaca dinyatakan aman, agar risiko gelombang besar dan angin kencang dapat diminimalisir.
Kenangan Lama & Pelajaran Baru
Senyar menjadi contoh nyata bahwa siklon tropis, meski jarang, bisa muncul di kawasan yang selama ini dianggap relatif aman — seperti selat dan perairan dekat ekuator. Pesan pentingnya: kita tidak bisa menganggap enteng perubahan iklim dan dinamika atmosfer global.
Kesiapsiagaan, mitigasi, dan respons cepat adalah kunci agar dampak cuaca ekstrem bisa diminimalisir. Informasi resmi dari lembaga klimatologi seperti BMKG perlu terus diikuti—dan masyarakat harus aktif bersama pemerintah daerah membangun budaya waspada terhadap bencana.