Memakai Skincare. (Source: Shutterstock)
Dream - Beberapa waktu belakangan ini, tren perawatan kulit tengah mengalami perubahan. Sebelumnya, pemakaian banyak produk skincare atau 10 step skincare ala Korea menjadi tren.
Banyak orang yang mengikuti tren tersebut untuk bisa mendapatkan kulit glowing dan mulus. Tapi, kenyataannya tidak semua orang cocok dengan tren tersebut.
Tidak sedikit orang yang justru mengalami berbagai masalah kulit setelah mencoba dan layering beberapa produk skincare.
Akhirnya, skinimalism pun mulai digaungkan jadi tren baru. Skinimalism merupakan tren pemakaian produk skincare seminimalis mungkin. Dimulai dari pemakaian pembersih, pelembap, dan tabir surya.
Tentunya, tidak menutup kemungkinan produk skincare yang dipakai akan bertambah sedikit sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis kulit.
Foto: Shutterstock
Selain itu, skinimalism juga dilakukan dengan pemakaian produk yang bersifat multitasking. Misalnya, pemakaian pelembap yang mengandung serum atau sebaliknya.
Jadi, pemakaian skincare akan lebih mudah dan tidak memakan waktu lama. Hal ini sangat cocok dengan gaya hidup orang perkotaan yang memiliki waktu terbatas akibat padatnya kegiatan.
Di waktu mendatang, skinimalism akan digantikan dengan tren anti-inflamatory skincare yang dapat mencegah maupun mengatasi peradangan dan masalah kulit lainnya.
" Tren anti-inflamatory skincare ini bertujuan untuk mencegah serta mengatasi kerusakan sel, jerawat susah sembuh, dan penuaan dini yang bisa disebabkan polusi, asap rokok, dan lain-lain," ungkap Abelina, Dokter Estetika dalam Soft Launching Fav Beauty di Amy & Cake Bintaro, Tangerang Selatan, Kamis 23 Februari 2023.
Foto: Cynthia Amanda Male
Abelina mengungkapkan tren tersebut lahir setelah pemakaian banyak jenis skincare dengan beragam bahan aktif yang membuat kulit jenuh serta mudah iritasi.
Jadi ke depannya, banyak orang akan memakai skincare yang dapat menenangkan kulit dengan rangkaian perawatan sederhana.
" Orang akan pakai skincare yang berfungsi untuk menekan peradangan, seperti produk dengan kandungan centella asiatica atau camelia extract. Jadi, lebih ke skincare yang calming dan mengutamakan simplicity. Kan, kemarin trennya sudah eksfoliasi, AHA BHA, sekarang lawannya," ujar Abelina.
Dream - Kini, skincare yang dijual di pasaran tidak hanya diproduksi dari brand kecantikan. Beberapa skincare juga diproduksi klinik kecantikan.
Skincare dari brand kecantikan maupun klinik sama-sama bisa berdampak baik bagi kulit. Apalagi, jika produknya sudah memiliki label BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan telah teruji klinis.
Jika ingin mencari skincare yang tepat, cari tahu terlebih dulu perbedaan produk dari brand dengan klinik kecantikan menurut Dokter Kulit, Yessica Tania.
Foto: Shutterstock
Skincare yang diproduksi klinik kecantikan harus dipakai di bawah pengawasan dokter kulit. Sementara skincare yang dijual di pasaran bisa dipakai mandiri.
" Produk dari dokter atau klinik harus dengan pengawasan dermatologis. Kalau skincare on the counter nggak perlu, bisa dipakai mandiri. Cukup cari skincare sesuai kebutuhan dan trial and error sendiri," ujar dr. Yessica di acara Wonderly beberapa waktu lalu.
Biasanya, memakai krim atau skincare dari dokter kulit maupun klinik kecantikan perlu perawatan berjangka. Jadi, kamu harus berkonsultasi seputar perkembangan kondisi kulit setiap beberapa waktu sekali.
Tentunya, kamu juga harus menyisakan waktu dan biaya untuk melakukannya. Sedangkan ketika memakai skincare yang dibeli di pasaran, kamu bisa memulai dan memberhentikan pemakaian sesuai keinginan maupun kebutuhanmu.
Beberapa skincare yang terjual di pasaran juga bisa memberikan efek maksimal pada kulit. Sehingga, perawatan dasar yang dilakukan dengan skincare dari brand kecantikan tidak kalah efektif dibandingkan perawatan di klinik kecantikan.
Tidak dipungkiri bahwa perawatan di klinik kecantikan dibutuhkan sebagian orang untuk bisa memaksimalkan kesehatan kulit. Jadi, pilih perawatan sesuai dengan kebutuhan, waktu, biaya, serta kondisi kulitmu.
Advertisement