Korea Selatan Fokus Kembangkan Kuliner Halal

Reporter : Dwi Ratih
Minggu, 18 Oktober 2015 10:02
Korea Selatan Fokus Kembangkan Kuliner Halal
saat ini Korea Selatan tengah fokus mengembangkan kuliner halal di Indonesia.

Dream - Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama muslim, menjadi daya tarik tersendiri bagi pemerintah Korea Selatan. Tidak hanya melirik sektor kebudayaan, saat ini pemerintah Korea Selatan tengah fokus mengembangkan kuliner halal di Indonesia.

" Kami melihat budaya K-pop sangat diterima di sini. Jadi kami berharap kuliner khas negeri kami juga dapat dinikmati orang-orang Indonesia, " tutur Jae Su Kim, Presiden aT (Korea Agro-Fisheries and Food Trade Coorporation).

Jae Su Kim mengklaim makanan-makanan Korea lebih sehat. Alasannya, karena berasal dari proses fermentasi terlebih dahulu.

Begitu pula dengan gelaran Festival kuliner Korea yang diadakan selama tiga hari, 16-18 Oktober 2015. Jae Su Kim membawa membawa 20 eksportir Korea yang siap menggandeng pengusaha dari Indonesia.

" Tapi kalau jenis makanan, kami hanya membawa 10 jenis makanan yang sudah mendapat jaminan sertifikat halal dari MUI," imbuhnya saat dijumpai seusai K-Food Halal Seminar di kawasan Senayan.

Untuk saat ini sendiri, Korea sudah mendaftarkan 500 jenis makanan halal pada lembaga sertifikasi halal Korea. Lembaga yang bernama Korea Muslim Federation ini tengah berkerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengeluarkan cross halal certification.

Beberapa makanan yang ditampilkan antara lain mie instan, gocujhang, rumput laut, Kimchi, snack dan topoki dalam bentuk instan. Selain kue beras atau biasa disebut topoki, pemerintah Korea juga sangat gencar mempromosikan nasi instan.

" Nasi kita berbeda karena lebih tebal dan bulat, kemudian saat memasak juga lebih banyak membutuhkan air. Jadi hasilnya lebih lengket daripada yang Indonesia punya," imbuh Jae Su Kim. 

Selain makanan olahan, aT juga membawa hasil produksi buah-buahan mereka seperti anggur, apel, kesemek, peach yang terlihat lebih besar dan mengkilap.

" Meskipun di sini juga ada, tapi rasanya berbeda dengan buah yang dihasilkan dari negara empat musim," tuturnya melengkapi.

Lebih jauh Jae Su Kim menjelaskan hanya membawa produk makanan yang dihasilkan dari kemajuan tekhnologi di negaranya. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan dari Indonesia saat ini.

" Karena kami lebih maju di bidang teknologi dan tentunya Indonesia lebih membutuhkan itu untuk diadopsi. Sehingga bisa mengembangkan sendiri ke depannya, tutup Kim. (Ism) 

Beri Komentar