Menu Solaria (@SolariaID)
Dream - Pengelola Solaria akhirnya buka suara terkait dugaan temuan bumbu yang mengandung unsur babi di restoran mereka di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mereka memberi penjelasan melalui akun Twitter resmi @SolariaID.
“ Hai #Solarians, berkaitan dengan pemberitaan mengenai Solaria kota Balikpapan. Berikut yang dapat kami sampaikan :#SolariaInfo,” demikian dikutip Dream dari @SolariaID, Rabu 25 November 2015.
Dalam kicauan itu, pengelola Resto Solaria menyatakan bahwa semua bumbu yang mereka gunakan memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“ Semua bahan yang kami gunakan bersertifikat halal & kami selalu mengikuti semua prosedur serta arahan dari MUI Pusat.”
Sementara itu, Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) akan menggelar uji banding atas temuan dalam sidak yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Kelautan Kalimantan Timur itu.
“ Informasi temuan bahan itu dari analisa awal Dinas Peternakan dan Kelautan setempat, kami harus klarifikasi dulu,” kata Direktur LPPOM MUI, Lukmanul Hakim. Hasil itu akan diketahui dalam satu hingga dua hari lagi.
Dream - Beredarnya bon makanan mahal Anyer di sosial media, Facebook, membuat cemas para pemilik rumah makan di sekitaran jalan raya Anyer, Banten. Mereka takut hal itu dapat mengancam usahanya.
Imas, salah seorang pemilik rumah makan 'Teh Imas' yang berada di tepi Jalan Raya Anyer merinding melihat mahalnya harga yang tertera pada bon yang tersebar di Facebook.
" Merinding saya lihatnya, mahal banget ikan bakar sampai 400 ribu," kata Imas.
Imas tidak percaya kalau bon makan itu dari rumah makan yang berada di area wisata Pantai Anyer. Karena di dalam bon tidak tercantum nama rumah makan. " Kalau di sini walau rumah makan lesehan kecil, pasti ada nama rumah makannya di bon," kata Imas.
Dia kini merasa resah akibat tersebarnya bon tersebut. " Yah pengunjung bisa nggak datang lagi karena takut. Bisa bangkrut dan tutup usaha kita semua di sini," ujarnya.
Sidak
Wakil Bupati Kabupaten Serang, Ratu Tatu Chasanah telah melakukan sidak ke sejumlah rumah makan lesehan yang berada di area wisata Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Ratu ingin membuktikan langsung soal bon makanan mahal di Anyer yang membuat heboh sosial media.
Dalam sidaknya kemarin, Ratu Tatu melihat langsung daftar harga dan menu yang ada di rumah makan. Ratu Tatu datang ke sejumlah rumah makan lesehan Muaro dan rumah makan Teh Imas yang berada di tepi jalan Raya Anyer.
Ia langsung mengecek daftar harga dan menu yang ada di setiap meja. Dia pun mengambil sebuah bon hasil pembayaran dari seorang pengunjung yang baru saja melakukan transaksi pembayaran.
Saat pengecekan tidak ditemukan kejanggalan dalam harga yang ada di daftar dan bon hasil pembayaran pengunjung pun masih dengan tarif normal.
" Saya sudah melihat bon yang tersebar, makanya saya langsung turun. Mau membuktikan harga di lapangan aslinya seperti apa. Hasilnya harga makanan di sini masih normal dan pengunjung juga tadi kita tanya langsung juga mengatakan harga yang ada juga cukup murah dan normal," kata Wakil Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah dikutip Dream.co.id dari lamanMerdeka.com, Rabu 9 September 2014.
Tatu merasa resah dengan bon yang tersebar di sosial media. Karena dapat berdampak fatal bagi wisata di Anyer. " Kasian atuh masyarakat yang usaha, bisa turun pengunjungnya," kata dia
Meski begitu, pihaknya akan melakukan pengawasan ketat terhadap rumah makan yang berada di Pantai Anyer dan wilayah lainnya. (Ism)
Dream - Asal belum lima detik, makanan yang jatuh boleh dimakan. Begitulah bunyi mitos yang menyebutkan jika makanan yang jatuh hanya beberapa detik di lantai, kotoran dan kuman tidak punya banyak kesempatan untuk mencemarinya.
Aturan lima detik tersebut mungkin tidak tampak sebagai masalah paling mendesak yang perlu diteliti oleh para ilmuwan makanan. Namun mitos makanan itu masih layak untuk diselidiki karena membentuk keyakinan kita tentang kapan makanan aman untuk dimakan.
Jadi apakah aturan lima detik ini merupakan ambang batas kritis yang memisahkan antara sepotong makanan yang masih layak dimakan dengan kasus keracunan makanan? Jawabannya ternyata sedikit lebih rumit dari itu.
Hal itu tergantung pada berapa banyak bakteri yang terserap oleh makanan yang jatuh dalam beberapa detik dan seberapa kotor lantai tempat makanan itu jatuh.
Laporan penelitian awal tentang aturan lima detik tersebut dilakukan oleh Jillian Clarke, seorang siswa SMA yang berpartisipasi dalam penelitian di University of Illinois. Clarke dan rekan-rekannya menyebarkan bakteri di atas lantai ubin. Setelah itu mereka menjatuhkan makanan di lantai dengan lama waktu yang bervariasi.
Mereka melaporkan bakteri berpindah dari ubin ke permen kenyal berbentuk beruang dan kue kering dalam waktu lima detik. Namun mereka tidak melaporkan jumlah dari bakteri yang berpindah dari ubin ke makanan itu.
Untuk mengetahui jumlah bakteri yang berpindah ke makanan jatuh selama lima detik, laboratorium Clemson University, pada 2007, melakukan penelitian yang diterbitkan di Journal of Applied Microbiology.
Dalam penelitian itu, para peneliti ingin tahu apakah lamanya waktu makanan melakukan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi memengaruhi laju perpindahan bakteri ke makanan.
Untuk mengetahuinya, peneliti mencemari sekotak permukaan lantai, karpet dan kayu dengan bakteri Salmonella. Lima menit setelah itu, peneliti menaruh bologna atau roti di ketiga permukaan tersebut selama 5, 30 atau 60 detik, dan kemudian mengukur jumlah bakteri yang berpindah ke makanan. Proses ini diulang dengan cara yang sama setelah bakteri berada di ketiga permukaan untuk dua, empat, delapan dan 24 jam.
Hasilnya, jumlah bakteri ditransfer ke salah satu jenis makanan tidak tergantung banyak pada berapa lama makanan itu tergeletak di ketiga permukaan yang terkontaminasi - apakah selama beberapa detik atau menit. Tetapi pada banyaknya bakteri yang ada di ketiga permukaan tersebut.
Sehingga bisa disimpulkan kontaminasi terjadi hanya jika lantai mengandung banyak bakteri, bukan tergantung pada lamanya makanan berada di lantai.
Peneliti juga menemukan bahwa jenis permukaan ternyata memengaruhi tingkat perpindahan bakteri. Karpet, misalnya, tampaknya menjadi tempat yang sedikit lebih baik untuk menjatuhkan makanan dari kayu atau ubin.
Ketika karpet diberi Salmonella, kurang dari 1 persen bakteri yang pindah ke makanan. Tapi ketika makanan kontak dengan ubin atau kayu, 48-70 persen bakteri akan pindah ke makanan.
Tahun lalu, sebuah studi dari dari Aston University di Inggris menggunakan parameter hampir identik dengan penelitian ini. Mereka menemukan hasil yang sama dan melaporkan bahwa 87 persen orang akan makan makanan yang jatuh di lantai.
Dari sudut pandang keamanan makanan, jika ada jutaan bakteri atau lebih di permukaan lantai, 0,1 persen peluang orang tetap akan sakit. Selain itu, beberapa jenis bakteri sangat ganas dan hanya sejumlah kecil dari mereka akan membuat orang sakit.
Contohnya, 10 sel atau kurang dari E. coli dapat menyebabkan penyakit parah dan kematian pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rapuh. Namun peluang bakteri ini berada di sebagian besar permukaan sangat rendah.
Dan bukan hanya makanan yang jatuh yang bisa menyebarkan bakteri, beberapa 'media' juga menjadi sarana perpindahannya. Seperti makanan mentah, permukaan yang lembab, tangan, kulit, peralatan dan saat orang batuk atau bersin.
(Sumber: popsci.com)
Dream - Pernahkah Anda mendengar tentang ilmu hitam atau sihir? Tapi yang perlu diyakini apakah itu semua benar-benar ada?
Ya, pengunaan racun dan sihir memang menjadi fenomena yang sudah ada sejak zaman dahulu. Sihir ini sendiri merupakan kemampuan manusia untuk mengendalikan sesuatu hal melalui mistis atau supranatural.
Sihir ini dipercaya menjadi alat untuk mencelakai orang lain. Padahal sebenarnya penggunaan racun dan sihir ini termasuk dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Namun, Allah Maha Adil sebab telah memberikan penawar racun dan sihir kepada manusia dalam beberapa jenis makanan. Apa sajakah makanan itu? Berikut artikel lengkapnya.
Dream - Untuk pasangan yang baru menikah dan ingin memiliki anak, coba perhatikan makanan yang dikonsumsi. Menurut penelitian yang dilansir Health, Senin 16 Maret 2015, ada hubungan antara makanan yang dikonsumsi dengan kesuburan wanita.
Berikut ini makanan yang mempengaruhi kesuburan wanita;
1. Kurangi Konsumsi Minyak Zaitun
Menurut studi konsumsi makanan dengan kandungan lemak tak jenuh sekitar 25 persen dari kalori harian membuat wanita membutuhkan bantuan teknologi reproduksi berbantu. Untuk itu sebaiknya mulailah menguranginya guna menjaga kesuburan wanita.
2. Konsumsi Protein Nabati
Penelitian Harvard 2008 mengatakan, wanita dengan asupan protein hewani tinggi menyebabkan kemungkinan 39 persen menurunnya tingkat kesuburan wanita.
Solusinya menurut penelitian tersebut, mulailah mengubah asupan protein hewani dengan nabati seperti kacang kedelai atau olahan kacang kedelai.
3. Konsumsi Beras Merah
Menurut penelitian Harvard 2009, wanita yang mengonsumsi nasi putih, kentang atau sereal saat sarapan meningkatkan risiko infertilitas (ketidaksuburan).
Untuk itu sebaiknya mulailah menggantinya dengan beras merah, pasta atau roti gandum.
4. Es Krim
Wanita yang mengonsumsi satu porsi susu setiap harinya membantu mengurangi 50 persen risiko infertilitas. Penelitian tersebut dilakukan Universitas Harvard pada 2007.
Namun menurut para peneliti sebaiknya batasi konsumsi lemak jenuh dan lemak trans, cukup satu porsi es krim atau olahan susu saja.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur