Ahli: Tak Semua Makanan di Arab Halal

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 12 Februari 2015 17:33
Ahli: Tak Semua Makanan di Arab Halal
Mengejutkan, para ahli makanan yang bertemu di ajang Gulfood 2015 menuding tak semua makanan di Negeri Timur Tengah adalah halal. Apa alasannya?

Dream - Penemuan mengejutkan disampaikan ahli makanan di Arab Saudi. Para ahli menuding tidak semua produk yang berlabel dan dijual sebagai makanan halal di beberapa negara Timur Tengah adalah benar-benar halal.

Para ahli industri halal yang bertemu di sela pameran makanan terbesar Gulfood 2015, Dubai, mengatakan tudingan dugaan ini muncul akibat kurangnya konsistensi mengenai definisi halal, khususnya terkait kontroversi soal hewan dilumpuhkan sebelum disembelih,

Islam mewajibkan umat Islam untuk mengkonsumsi produk halal, yang pada dasarnya tidak mengandung alkohol atau babi.

Ebrahim Al Rahim, profesor di Um Al Qura University di Arab Saudi, mengatakan bahwa beberapa produk unggas yang diimpor oleh negara-negara di kawasan Teluk dari Barat tidak sesuai dengan syariah.

" Ayam yang diimpor di sebagian besar negara-negara di wilayah ini diberi label halal, meski pun dibius sebelum disembelih," kata Ebrahim seperti dilansir laman Zawya, Kamis, 12 Februari 2015.

Menurut Ebrahim, sebagian ulama percaya bahwa beberapa jenis hewan yang dilumpuhkan sebelum disembelih sesuai dengan syariah. Namun, sebagian lainnya menilai cara melumpuhkan hewan sebelum disembelih tidak sesuai dengan syariah sehingga membuatnya masuk kategori tidak halal.

Ebrahim mendesak agar negara pengimpor di wilayah Teluk menjelaskan standar agar terhindar dari mengimpor produk non-halal.

Direktur Departemen Standarisasi Otoritas Standardisasi dan Metrologi Emirat (ESMA), Farah Ali Al Zarooni menegaskan, undang-undang Halal Scheme yang baru direvisi Uni Emirat Arab (UEA) menetapkan produk halal harus diperiksa mulai dari proses produksi, distribusi dan penyimpanan.

" Skema baru memberikan spesifikasi jelas kepada mereka yang mengeluarkan sertifikat. Di masa lalu, badan akreditasi tidak terlibat dalam skema halal," kata Farah.

Selama ini UEA memang telah memiliki standar halal bagi makanan dan kosmetik. Selanjutnya, negara ini akan mengeluarkan standar atau pedoman halal untuk produk kulit dan tekstil.

Beri Komentar