Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Nama Dato Sri Tahir mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Mayapada Hospital, Bank Mayapada, Faimont Hotel Bali, Menara Topas, Forbes Indonesia hingga ELLE Indonesia, merupakan perusahaan yang berada di dalam satu naungan Mayapada Group, milk Dato Sri Tahir.
Namun sebelum sesukses sekarang, Tahir pernah melalui kehidupan yang sulit. Tahir atau yang akrab dipanggil Datok Tahir lahir di Surabaya, 26 Maret 1952. Ia lahir di lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu.
Tahir dibesarkan oleh seorang ayah yang menghidupi keluarga dengan membuat becak, sementara ibunya turut membantu keluarga dengan mengecat becak yang dibuat ayahnya.
Meski dalam kondisi serba kekurangan, ia bisa menamatkan pendidikan menengahnya di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya tahun 1971 saat berusia 19 tahun. Pemilik nama lahir Ang Tjoen Ming ini pernah bermimpi menjadi dokter.
Alasannya menjadi dokter cukup sederhana, ia ingin bekerja secara mandiri dan berniat membuka praktik di depan rumah sendiri sehingga tidak perlu bekerja di bawah orang lain.
Sayangnya cita-cita tersebut kandas karena pada suatu ketika ayahnya sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga.
Karena sakit yang diderita oleh ayahnya tersebut Tahir harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis ayahnya di Surabaya.
Namun, nasibnya cukup beruntung pada umur 20 tahun. Ia mendapat beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura.
Di sana, Tahir menempuh pendidikan sambil mencari produk setiap bulan di Singapura untuk dijual di Surabaya.
Bermodal Rp700 ribu yang ia dapat dari ibunya, ia manfaatkan waktu luang di sela kesibukan kuliah untuk berdagang. Di situlah jalan hidupnya menjadi pengusaha bermula.
Biasanya, ia membawa satu sampai dua koper untuk diisi dengan berbagai barang belanjaan dari Singapura untuk dijual di Indonesia.
Saat baru mulai berdagang, Tahir mengaku tidak ada yang membimbingnya sama sekali. Semua ia kerjakan sendiri.
Meski di Singapura, ternyata ia tidak bisa Bahasa Inggris sama sekali. Tahir hanya mengerti beberapa kata, seperti how much dan discount.
Tapi, kelemahan tersebut tak lantas membuat Tahir minder. Justru dengan keuletan itu usahanya akhirnya berkembang.
Dari sinilah, ia mendapatkan idenya untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Awal dari bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti pula.
Di umur 35 tahun, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, Amerika Serikat.
Dari bisnis garmen, lambat laun Tahir mulai berani memasuki bidang bisnis lain, yakni bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambat dari dealer mobil, perbankan, sampai di bidang kesehatan.
Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya. Ketika itu, bisnis garmen Mayapada tidak lagi tumbuh, justru bisnis banknya maju pesat.
Bank Mayapada terus agresif ketika melihat dirinya sukses menghadapi krisis moneter.
Dengan investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki lebih dari 100 cabang di penjuru Indonesia. Pada 2007, bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik keduq selain bank milik negara. Penghargaan dikeluarkan oleh majalah InfoBank.
Selain itu, Tahir juga dikenal karena sifat dermawannya. Ia pernah menyumbangkan hartanya sebanyak Rp1 triliun untuk pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja wanita (TKW) yang seharusnya merupakan kewajiban pemerintah dan perusahaan yang memberangkatkannya ke luar negeri.
Tahir juga pernah menyumbangkan 10 unit armada bus tingkat Transjakarta ke Pemda DKI Jakarta, dan memberikan pengobatan gratis untuk anak-anak penderita kanker.
Karena kepeduliannya dalam dunia amal, lewat Tahir Foundation, pemilik kelompok bisnis Mayapada ini menjadi miliarder pertama Indonesia yang masuk dalam Bill & Melinda Gates Foundation, organisasi nirlaba yang dibentuk oleh orang terkaya di dunia, Bill Gates.
Melansir real time net worth Forbes, kekayaan Tahir mencapai US$2,7 miliar atau sekitar Rp38,7 triliun.
Advertisement
4 Komunitas Menggambar & Melukis di Jakarta Seru Buat Diikuti
Quest Hotels: Akomodasi Fleksibel untuk Keluarga, Bisnis, dan Solo Traveller
Cara Cek Ketersediaan BBM Shell yang Semakin Langka
Jakarta Sales & Marketing Community, Jejaring Bisnis Santai yang Tumbuh Pesat
Banjir Kritikan, Prabowo Gelar Rapat Evaluasi MBG di Kediamannya
Sindiran Pedas Polisi Buat Pemotor yang Suka Lawan Arah dan Ditegur Malah Cuek
Warna-warni Budaya Asia dalam Perayaan Mooncake di Old Shanghai
5 Cara Efektif Kencangkan Payudara, Hasilnya Bikin Look Makin Menarik
Catharsis Journal, Komunitas yang Bantu Hempas Emosi Lewat Journaling
4 Komunitas Menggambar & Melukis di Jakarta Seru Buat Diikuti
Quest Hotels: Akomodasi Fleksibel untuk Keluarga, Bisnis, dan Solo Traveller