ASEAN Incar `Kelas Menengah` Indonesia

Reporter : Ramdania
Senin, 13 April 2015 11:36
ASEAN Incar `Kelas Menengah` Indonesia
Pertumbuhan ekonomi kelas menengah yang ada di Indonesia menjadi potensi besar bagi produsen asing. Pasalnya, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sangat cepat.

Dream - William Henley, founder IndoSterling Capital menyatakan saat ini Indonesia menjadi negara dengan perkembangan kelas menengah terbesar di dunia. Jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami perkembangan pesat setelah krisis moneter 1997/1998. Bank Dunia mencatat pertumbuhan kelas menengah dari nol persen pada tahun 1999 menjadi 6,5 persen pada tahun 2011 menjadi 130 juta jiwa.

" Diperkirakan juga angka tersebut bakal meningkat menjadi 141 juta pada 2030,'' ujar lelaki yang aktif dalam bisnis teknologi digital dalam keterangan persnya, Senin, 13 April 2015.

William menilai pertumbuhan kelas menengah ini ternyata yang mendorong tumbuhnya pengguna sosial media di negeri ini. Dia menyebutkan hingga kini Indonesia tercatat sebagai pengguna aktif terbanyak untuk Twitter dan Facebook.

Dari total pengguna aktif Twitter secara global sebanyak 284 juta, Indonesia menyumbang angka 50 juta atau hampir 18 persen. Sementara pengguna aktif Facebook di Indonesia mencapai sekitar 60 juta dan ada di peringkat keempat setelah Amerika Serikat, India, dan Brasil.

Melihat potensi tersebut, lanjut William, pemerintah harus mampu memberdayakannya, terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika tidak dapat dimaksimalkan maka hadirnya era MEA pada penghujung tahun nanti hanya akan menjadi pasar menggiurkan bagi produk-produk impor yang membanjiri negeri ini.

''Pasar yang besar ini tentu sangat menarik. Namun pasar yang besar ini juga menjadi sebuah pekerjaan rumah besar bagi pemerintah Indonesia. Jika tidak tertangani dengan baik maka pasar besar Indonesia ini justru akan menggerogoti perekonomian Indonesia,'' jelasnya.

''Jika hanya menjadi pasar “ jajahan”, sudah pasti pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia tidak akan berkesinambungan. Industri tidak tumbuh, tenaga kerja tidak terserap, hingga minimnya devisa ke kas negara,'' tambahnya. (Ism)

Beri Komentar