Lidah Api Menjalar Dari Permukaan Matahari. (Foto: Shutterstock)
Dream - Bank Denmark, Saxo Bank, belum lama ini merilis prediksi 2019. Ada beberapa hal mengerikan yang menjadi " ramalan buruk" bank ini.
Salah satunya perkiraan itu adalah munculnya badai matahari yang diperkirakan memberi kerugian secara ekonomi.
Fenomena alam ini diprediksi akan menimbulkan kerugian sebesar US$2 triliun atau sekitar Rp28.960,54 triliun.
Dikutip dari Metro, Kamis 3 Januari 2019, Saxo memprediksi badai matahari akan menyapu satelit yang berada di hemisfer barat. Hal ini akan mengakibatkan kerusakam di GPS, wisata luar angkasa, serta infrastruktur logistik dan listrik.
Sebelumnya, badai matahari hebat pernah terjadi pada 1859. Peristiwa yang dinamakan Carrington Event ini menyebabkan lontaran massa korona (coronal mass ejection/CME) menghantam magnetosfer bumi. Peristiwa ini mengakibatkan aurora borealis terlihat di seluruh dunia.
Selain itu, ada juga prediksi bahwa Apple akan membeli saham Tesla seharga US$520 per lembar. Raksasa teknologi ini diperkirakan akan mengembangkan sahamnya di bidang otomotif.
Saxo juga memperkirakan Netflix akan gulung tikar pada tahun ini. Perusahaan asal Amerika Serikat tersebut " diramal" tidak akan kuat bersaing.
Sekadar informasi, prediksi ini berada di kajian " Outrageous Prediction" . Kajian ini memuat hal-hal yang kemungkinan akan terjadi pada 2019 dan berpengaruh terhadap finansial global.
Dream - Tim astronom menemukan objek paling jauh di tata surya. Objek baru ini sebelumnya telah diumumkan Minor Planet Center milik Interanational Astronomical Union. Butuh observasi beberapa tahun lalu untuk mengkarakterisasi objek dan jalur objek planet bernama 2018 VG18.
Dilansir Gizmondo, Farout ditemukan oleh astronom Scott S. Sheppard dari Carnegie Institution for Science dan rekan-rekannya di University of Hawaii dan University Northern Arizona.
Farout pertama kali diamati pada 10 November 2018 oleh para astronom menggunakan teleskop 8-meter Subaru Jepang yang terletak di atas Mauna Kea di Hawaii. Objek itu diamati kembali pada awal Desember dengan teleskop Magellan di Observatorium Las Campanas di Cili.
Berbagai pengamatan ini, sebagai tambahan untuk mengkonfirmasi objek, digunakan untuk menetapkan jalurnya di langit malam, bersama dengan ukuran, kecerahan, dan warnanya.
Farout berjarak sekitar 120 unit astronomi (AU) dari Bumi. 1 AU merupakan jarak Bumi ke Matahari yaitu sekitar 149 juta kilometer.
Cahaya matahari perlu menempuh perjalanan selama 16 jam dan 40 menit untuk tiba di objek berjarak 18 miliar kilometer dari pusat tata surya itu.
" 2018 VG18 adalah objek pertama yang ditemukan di luar 100 AU di Tata Surya kita," kata Sheppard. " Ini bergerak sangat lambat, yang akan memakan waktu beberapa tahun untuk melihat gerakan yang cukup dari objek untuk menentukan orbitnya mengelilingi Matahari."
Sheppard dan rekan-rekannya tidak akan terkejut mengenai perhitungan satu tahun di Farout sama dengan 1.000 tahun Bumi.
Sebagai pembanding, Pluto berjarak sekitar 34 AU dari Matahari. Sementara, Farout 3,5 kali lebih jauh.
Astronom tidak tahu banyak tentang karakteristik fisik Farout. Meski begitu, Sheppard membantah Farout disebut sebagai Planet X.
" Planet X lebih besar dari Bumi sehingga mendorong benda-benda kecil lainnya secara gravitasi dan menggiringnya ke dalam jenis orbit yang sama," kataSheppard. " Planet X juga kemungkinan lebih jauh lagi, di beberapa ratus AU."
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN