Foto: Timesnext.com
Dream - Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang mulai menghantam berbagai industri di Amerika Serikat, mulai membuat para pegawai Google. Karyawan di perusahaan raksasa pencarian di intenet itu khawatir mereka akan menjadi korban PHK berikutnya.
Selama beberapa waktu terakhir, perusahaan teknologi besar lainnya telah mengumumkan memangkas banyak pegawainya. Perusahaan milik Mark Zuckerberg, Meta Inc diketahui telah merumahkan 13 persen stafnya atau lebih dari 11 ribu orang.
Langkah serupa ditempuh Snap yang merumahkan sebanyak 20 persen, Twitter yang memecat setengah pegawainya, dan terakhir Hewlet Packard HP yang berencana melakukan PHK 4.000 hingga 6.000 orang selama tiga tahun ke depan.
Melansir laman CNBC, Jumat, 25 November 2022, sejauh ini Google berusaha menghindari PHK. Namun sejumlah kegiatan operasional mulai dipangkas perusahaan. Google telah memutuskan memangkas dana untuk inkubator Area 120, membatalkan laptop Pixelbook generasi berikutnya, dan akan menutup layanan game Stadia.
Bulan lalu perusahaan mengatakan pendapatan iklan YouTube menyusut dari tahun sebelumnya karena Google menghasilkan periode pertumbuhan terlemah sejak 2013.
Google mengatakan pada saat itu akan secara signifikan mengurangi pertumbuhan jumlah karyawan pada kuartal keempat.
Menghadapi isu PHK, beberapa pegawai mengekspresikan kecemasan dan kegelisahannya melalui meme " tolong jangan pecat kami" yang dibagikan secara internal.
Selain itu, ada juga meme yang menampilkan pernyataan dari investor aktivis TCI Fund yang meminta agar CEO Sundar Pichai memotong gaji dan jumlah karyawan lewat tindakan agresif.
Sebelumnya, awal tahun ini Google mengatakan bahwa mereka membuang praktik lama dan beralih ke proses yang disederhanakan bernama Googler Review and Development (GRAD).
Seorang juru bicara Google mengatakan bahwa sistem GRAD diluncurkan untuk membantu pengembangan karyawan, pembinaan, pembelajaran, dan kemajuan karir sepanjang tahun.
Google menambahkan bahwa sistem baru akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi, tetapi para pekerja bersikeras perubahan itu memiliki banyak ambiguitas di tengah isu perusahaan akan memotong gaji dan PHK.