Dream - Bank Dunia menilai pelemahan rupiah yang terjadi akhir ini merupakan akibat menguatnya dolar AS terhadap semua mata uang. Bukan karena adanya kesalahan pengelolaan keuangan.
" Depresiasi rupiah terhadap dollar AS bukan akibat salah pengelolaan ekonomi di dalam Indonesia, tapi karena menguatnya dolar AS secara global," ujar Ekonom Kepala Bank Dunia di Indonesia, Ndiame Diop seperti dikutip dari laman setkab.go.id, Rabu, 18 Maret 2015.
Diop mengingatkan, bahwa mata uang dollar AS hingga saat ini belum kembali ke posisi dulu, sehingga masih ada potensi untuk terus menguat.
Terkait dengan pelemahan nilai rupiah itu, Diop mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia yang telah melakukan revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), di mana di dalamnya dilakukan penghapusan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Diop, dengan langkah (revisi APBN) itu saat ini belanja modal melebihi dari anggaran yang dialokasikan untuk subsidi energi. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa ruang yang tersedia untuk melakukan belanja masih terbatas.
“ Akan sulit untuk mencapai belanja modal 2 kali lipat dari 2014 karena hambatan disbursement, ruang fiskal terbatas,” jelas Diop.
Diop memperkirakan, belum akan ada peningkatan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mengutip laporan Bank Dunia, Diop memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 akan mencapai 5,2%, dan akan melonjak pada 2016 mendatang menjadi 5,6%. Adapun angka defisit anggaran diperkirakan mencapai 3,0% (2015), dan 3,2% (2016).
“ Untuk jangka pendek, ekonomi Indonesia tumbuh 5,5% atau lebih tinggi akan berat karena kondisi saat ini,” pungkasnya.
Advertisement
Hobi Membaca? Ini 4 Komunitas Literasi yang Bisa Kamu Ikuti
Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget
Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000
Kemenkeu Siapkan Rp20 Triliun untuk Hapus Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan
5 Komunitas Olahraga di Decathlon Summarecon Bekasi, Yuk Gabung!