Akhir Pilu Deretan Taksi Penguasa Jalanan

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 6 Oktober 2017 13:15
Akhir Pilu Deretan Taksi Penguasa Jalanan
Perusahaan itu `berdarah-darah` ketika bersaing dengan taksi yang berbasis aplikasi.

Dream – Akhir-akhir ini, Express Group menjadi perhatian publik. Perusahaan taksi ini terpaksa merumahkan 250 orang karyawannya dan menjual aset berupa tanah dan ruko perusahaan.

Perusahaan taksi berwarna putih ini terpaksa melakukan langkah itu karena penumpang yang banyak beralih menggunakan jasa transportasi berbasis aplikasi. Hal ini membuat jumlah penumpang turun dan pendapatan anjlok.

“ Tingkat utilitas armada taksi mengalami penurunan karena adanya peralihan ke jasa transportasi berbasis aplikasi,” kata Corprate Secretary Express Group, Megawati Affan, dalam keterangan tertulisnya kepada otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI), belum lama ini. 

Sekadar informasi, jasa transportasi berbasis aplikasi ini menjadi hits di era 2011. Memulai bisnis dari penyewaaan ojek, aplikasi transportasi online ini mulai merambah ke berbagai jenis transportasi. Salah satu inovasi yang dihadirkan adalah penyewaan mobil mirip sebuah taksi.

Perseteruan taksi konvensonal dan online ternyata tak hanya terjadi di Indonesia. Persoalan serupa juga dialami perusahaan taksi di luar negeri. Bahkan nasib mereka lebih mengkhawatirkan. Sebut saja Barwood.

Dilansir dari Bethesda Magazine, Jumat 6 Oktober 2017, Barwood dan perusahaan taksi afiliasinya mengajukan perlindungan kebangkrutan di pengadilan federal tahun 2016. Pengadilan ini mengizinkan perusahaan menjual 50 unit dari 250 kendaraan penumpang yang dimilikinya. Dia juga turut menjual lisensi kendaraan mobil yang dijual.

CEO Barwood, Lee Barnes, kala itu mengatakan ada dua pembeli potensial dan enggan menyebutkan namanya. Satu pembeli sudah melakukan due diligence terhadap penawaran ini, sementara yang lainnya belum melakukan penawaran.

Kalah bersaingnya Barwood dengan taksi online ini membuat pendapatan perusahaan ini anjlok. Pendapatan Barwood turun dari US$7,1 juta (Rp95,76 miliar) pada 2015 menjadi US$3,3 juta (Rp44,51 miliar) pada 7,5 bulan pertama pada 2016. Perusahaan ini punya aset senilai US$4,5 juta (Rp60,69 miliar), namun kewajiban utangnya US$5,4 juta (Rp72,83 miliar).

1 dari 2 halaman

Perusahaan Dijual Separuh Harga

Perusahaan Dijual Separuh Harga © Dream

Selain Barwood, perusahaan taksi lainnya, Yellow Cab Co-Op, juga gulung tikar. Perusahaan taksi berbasis di San Fransisco, Amerika Serikat, ini juga menanggung utang yang cukup banyak, yaitu sebesar US$26 juta (Rp350,68 miliar), padalah aset yang dimiliki sebesar US$8 juta (Rp107,9 miliar).

Perusahaan yang dinyatakan bangkrut pada Januari 2016 ini akhirnya dibeli oleh sebuah perusahaan taksi tradisional, Citywide. Yellow Cab ini dijual dengan harga US$5400 ribu (Rp5,39 miliar), setengah dari harga yang ditawarkan. Penjualan ini telah dilakukan pada April 2017.

“ Taksi ini akan tetap beroperasi sebagai taksi kuning,” kata perwakilan dari penjaminan Yellow Cab, Sam Singer, dilansir dari San Fransisco Examiner.

Sekadar informasi, perusahaan ini gulung tikar setelah muncul taksi online, Uber dan Lyft. Banyak orang memprediksi dua perusahaan transportasi berbasis aplikasi ini akan menggulung taksi tradisional, sepeti Yellow Cab dan Barwood.

 



2 dari 2 halaman

Di Indonesia Sudah Banyak yang Tumbang

Di Indonesia Sudah Banyak yang Tumbang © Dream

Keberadaan jasa transportasi berbasis aplikasi ini membuat perusahaan-perusahaan taksi tradisional juga bangkrut. Dilansir dari berbagai sumber, Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta menyebut dulunya ada 31 pemain taksi pada periode 2013-2014.

Kini, jumlahnya menyusut jadi empat perusahan. Jumlah armada taksinya pun merosot dari 25.550 unit, kini menjadi 9 ribuan unit.

Salah satu perusahaan taksi lokal, Sri Medali, juga terpaksa menjual mobil-mobil taksi. Dulu perusahaan ini memiliki 500 unit mobil taksi. Kini yang tersisa hanya 5 armada.

Taxiku pun serupa, dari 2.500 unit yang beroperasi, kini yang ada hanya 100 unit.

“ Akhirnya banyak yang tutup, seperti Taxiku, Sri Medali, KTI (Koperasi Taksi Indonesia), dan Kosti,” kata Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan, di Jakarta.

Beri Komentar