Di Negara Arab Ini Sulit Kembangkan Bisnis Rumahan

Reporter : Ramdania
Selasa, 12 Mei 2015 10:45
Di Negara Arab Ini Sulit Kembangkan Bisnis Rumahan
Bisnis rumahan kini tengah marak di berbagai negara, tetapi di negara ini justru para pembisnis rumahan mengalami kesulitan untuk berkembang.

Dream - Meski tidak perlu membayar sewa atau membeli toko fisik, para pengusaha perempuan di Uni Emirat Arab yang berjualan barang secara online dari rumah mereka masih kesulitan mencapai sukses.

" Keharusan memiliki mitra cukup membuat stres ... Di sini juga tidak ada layanan konsultasi gratis oleh pemerintah untuk mendorong usaha kecil seperti yang ditemukan di sebagian besar negara lainnya," kata Jemima Hussain, yang mengimpor pakaian dan mainan dari negara asalnya, Afrika Selatan, seperti dikutip dari Gulf News, Selasa 12 Mei 2015.

" Pengurusan izin usaha yang mahal dan tarikan khusus membuatnya sangat sulit untuk memulai usaha mandiri bagi seseorang yang ingin melakukan investasi," tambahnya.

Solusinya adalah pengakuan resmi terhadap usaha mikro yang dapat dijalankan dari rumah.

" Tarikan macam-macam ini dapat memengaruhi keuntungan dan hal itu membuat banyak perempuan yang jera membangun kreativitas dan kemampuan mereka dalam bentuk usaha," kata Reesha Al Meida, pendiri dan direktur kreatif Pret Papier, pembuat alat tulis.

" Pengusaha juga diwajibkan mempunyai saldo tabungan minimal 20,000 dinar setiap bulan di rekening mereka. Angka tersebut terlalu tinggi bagi start-up dan ini mengecewakan," ungkapnya.

Sambil menunggu ulurangan tangan pemerintah, para pemilik start-up ini menggunakan platform media sosial dan pemasaran online untuk terhubung dengan pasar potensial.

Mereka juga memiliki situs yang disebut 'Little Majlis' yang memungkinkan anggotanya untuk bekerja di bawah lisensi perdagangan mereka. Di samping itu, mereka juga mendirikan sebuah toko online yang menjual langsung kepada masyarakat.

" Saya membuat Little Majlis sebagai bagian dari riset pasar saya untuk melihat permintaan untuk produk saya sebelum membuat investasi besar," kata Jemima.

" Setelah dua tahun, saya sekarang punya lisensi perdagangan saya sendiri dan bertujuan untuk menargetkan outlet ritel sebagai langkah berikutnya."

Namun muncul kendala lain berupa terbatasnya dana anggaran iklan. " Saya merasa sangat sulit karena biaya iklan di koran atau majalah relatif cukup tinggi," kata Sidiqa Sohail, yang memiliki kafe butik Spontiforia. " Kita harus membayar jumlah yang sama dengan perusahaan besar dan sangat sulit bersaing dengan itu.

" Menjadi pemain lokal, saya mungkin menjadi pemilik sesungguhnya dan biaya lisensi yang relatif rendah, tetapi kesulitan yang dihadapi sebagai pemilik unit usaha kecil tetap sama," keluhnya.

Masalahnya, lanjut Sohail, pemain lokal harus menjalankan semuanya sendirian, seperti produksi, pembuatan desain, menjaga stok, iklan hingga akuntansi.

Beri Komentar