Emas Semakin Tidak Menarik bagi Investor

Reporter : Ramdania
Kamis, 13 Agustus 2015 16:31
Emas Semakin Tidak Menarik bagi Investor
Ini alasan Emas tidak lagi menarik sebagai instrumen investasi.

Dream - Bahwa emas telah menjadi investasi yang mengecewakan akhir-akhir ini tidak mengejutkan siapa pun di dunia investasi. Sehingga, menurut hipotesis, emas mungkin akan kehilangan peran tradisional dalam portofolio investasi.

Beberapa tahun yang lalu emas dianggap sebagai sebagai objek investasi yang sifatnya melindungi. Namun kini para investor sudah tidak mempercayainya lagi.

Kinerja emas telah begitu suram sehingga mendorong meningkatnya jumlah dana lindung nilai terhadap aset. Penurunan harga emas mencapai 8 persen sejak awal tahun ini dan 16 persen selama 12 bulan terakhir.

Seperti dikutip dari Gulf News, Kamis, 13 Agustus 2015, beberapa alasan mungkin bisa menjelaskan tren semakin tidak menariknya emas untuk investasi.

Pertama, investor telah menemukan cara yang lebih langsung untuk mengekspresikan pandangan mereka tentang masa depan, terutama di dunia di mana bank sentral telah begitu berpengaruh pada nilai aset -dari booming-nya pertukaran dana ekuitas yang diperdagangkan secara global hingga naiknya suku bunga dan produk kredit.

Kedua, emas telah menjadi jauh kurang menarik bagi investor sebagai akibat dari kurangnya tekanan inflasi yang berarti. Hal ini juga diperparah dengan menurunnya minat pada emas di antara investor institusi dan ritel, sebagian karena pertumbuhan global yang lebih lambat.

Ketiga, emas menghadapi risiko pertumbuhan permintaan yang lebih rendah dari bank sentral, yang sejak dulu dianggap pemegang emas yang bisa diandalkan. Bagian ini didorong oleh menurunnya kepemilikan cadangan devisa negara-negara berkembang, terutama ketika mereka mencoba untuk mengatasi dampak dari harga emas yang lebih rendah.

Keempat, analisis menyebutkan berinvestasi di emas telah semakin menantang. Secara khusus, harga emas telah gagal menanggapi beberapa guncangan geopolitik penting secara positif, sehingga mengikis daya tarik emas sebagai investasi dan pelindung risiko.

Kelima, pendorong utama harga aset -yaitu, injeksi likuiditas oleh bank sentral dan penyebaran beberapa kepemilikan kas perusahaan besar melalui dividen, pembelian kembali dan aktivitas merger dan akuisisi- belum memiliki efek dalam cara yang berarti terhadap emas; baik secara langsung melalui realokasi dana investor karena pergerakan harga, atau secara tidak langsung karena kekhawatiran bahwa semua likuiditas akan memicu tekanan inflasi.

Keenam, besarnya respon permintaan yang disebabkan oleh harga yang lebih rendah -dari perhiasan dan penggunaan fisik emas lainnya- terlalu kecil untuk mengimbangi sepinya minat investor.

Terakhir, ada perdebatan soal tingkat harga. Sebelum kinerja emas yang loyo baru-baru ini, harga emas sudah melonjak, misalnya, pada satu tahap telah meningkat lebih dari US$1.000 per ounce dari November 2008 yang mencapai US$700. Sehingga, pergerakan harga awal bisa dianggap tidak biasa dan berlebihan.

Melihat ketujuh alasan ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa emas mungkin akan semakin tergerus dari posisinya saat ini sebagai portofolio investasi retail dan institusi.

Baca Juga: BI Akui Nilai Tukar Rupiah Sudah Terperosok Terlalu Dalam Presiden Jokowi Naikkan Tunjangan Polisi Reshuffle Kabinet Jokowi, Rupiah Ambruk ke Level Rp 13.800/US$ Ganti Baju, Ditjen Pajak `Menghilang` Mulai 2017 Kesadaran Pajak Warga RI Masih Rendah Dibanding Negeri Jiran

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More