Foto: Setkab.go.id
Dream - Indonesia akhir pekan lalu kedatangan salah satu pemimpin dari sebuah negara di selatan Afrika bernama Eswatini. Mswati III, Raja Eswatini sengaja melawat ke Istana Merdeka bertemu Presiden Joko Widodo untuk menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) perkuatan kerja sama bilateral antara kedua negara.
Berlangsung pada Kamis, 25 Agustus 2022, kedua kepala negara itu turut menyaksikan MoU yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Kerajaan Eswatini, Thulisile Dladla.
“ MoU ini sangat penting artinya untuk membuka atau sebagai pembuka pintu upaya peningkatan kerja sama terutama kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Eswatini,” ujar Retno dikutip dari laman setkab.go.id.
Berbagai kerja sama akan digarap kedua negara di berbagai bidang mulai dari perdagangan, investasi, pertambangan, energi, ekonomi hijau, pertanian, infrastruktur dan pembangunan, pariwisata, hingga hal-hal yang terkait dengan kesehatan..
Menurut Retno, pertemuan itu juga mengulas kemajuan dari pertemuan terakhir kedua pemimpin pada 2019, yakni adanya perusahaan wellness-spa Indonesia sudah membuka usaha di Eswatini.
" Rencananya Eswatini akan mengimpor kosmetik-kosmetik produk Indonesia," kata Retno.
Selain menyaksikan penandatangan MoU, Menlu mengungkapkan kunjungan itu juga dimanfaatkan Raja Mswati III untuk berlibur dan berwisata.
Saat pertama kali mendengar nama negara ini, belum banyak warga Indonesia yang familiar dengan Eswatini. Mengutip laman Liputan6.com, berikut enam fakta menarik tentang kerajaan yang juga dikenal dengan nama Swaziland, mengutip
1. Punya 2 Ibu Kota
Terletak di antara Afrika Selatan dan Mozambik, Kerajaan Eswatini ternyata memiliki dua ibu kota. Ibu kota eksekutif dan pusat administrasi negara berada di Mbabane sedangkan pusat legislatif Eswatini berada di Lobamba yang juga menjadi tempat kedudukan Raja Mswati III dan ibunya.
2. Ubah Nama Agar Tak Disangka Swiss
Sebelum menggunakan nama Eswatini, negara kerajaan ini bernama Swaziland. Merasa nama Swaziland kerap disangka Swiss, Raja Mswati III memutuskan mengubah nama menjadi Eswatini yang diartikan sebagai Tanah Swazi.
Perubahan nama negara ini diumumkan pada April 2018 di sebuah stadion, tepat pada perayaan peringatan 50 tahun kemerdekaan Swaziland sekaligus menandai ulang tahun ke-50 sang raja.
Mengutip BBC, keputusan itu ditentang banyak kalangan di dalam negeri karena dianggap dilakukan tanpa prosedur konstitusional yang tepat.
3. Monarki Absolut
Kerajaan Eswatini adalah salah satu monarki absolut terakhir yang tersisa di dunia, dikutip dari situs BBC. Raja memerintah dengan dekrit atau keputusan atas nasib jutaan rakyat yang sebagian besar tinggal di pedesaan dan masih tradisional.
Raja Mswati III naik takhta pada 1986 saat masih berusia 18 tahun. Dia menggantikan ayahnya Raja Sobhuza II yang meninggal pada usia 82 tahun.
Raja yang dikenal sebagai Ngwenyama atau The Lion sering muncul di depan umum dalam pakaian tradisional. Statusnya sebagai raja absolut membuat apa yang raja katakan (keputusan) harus dilaksanakan.
4. Raja Hidup Berpoligami
Raja Mswati III dikabarkan memiliki 15 istri. Jumlah pendamping Raja Mswati III yang terdengar mengejutkan itu ternyata masih kalah dibandingkan mendiang ayahnya cukup lama memerintah. Raja Sobhuza II, menurut penulis biogafi resmi, memiliki 125 istri.
Praktik poligami itu membuat jumlah pangeran dan putri Eswatini banyak. Para anggota keluarga kerajaan biasanya mengenakan bulu merah di rambut mereka sebagai simbol status sosial.
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget