Kelompok 44 KKN Universitas Muhammadiyah Malang Membantu Pengusaha Tempe Desa Pringgondani Untuk Berkembang. (Foto: Shutterstock/ilustrasi)
Dream – Bagi pengusaha usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kendala terbesar dalam menjalankan bisnis datang dari urusan pemasaran. Biasanya para pebisnis kecil ini sudah menguasai perencanaan dan inovasi namun terbentur masalah saat harus menjualnya.
Kendala ini juga ditemukan para pengusaha tempe di Desa Pringgondani, Bantur, Malang, Jawa Timur. Mereka adalah para pengusaha tempe yang kesulitan memasarkan produk olahan dari kacang kedelai itu.
Harapan datang saat mahasiswa peserta Kelompok Kerja Nyata (KKN) 44 dari Universitas Muhammadiyah Malang datang. Para mahasiswa yang menjalani masa pengabdian di masyarakat itu mencoba membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami para pengusaha tempe di desa tersebut.
Selama ini para pengusaha tempe di Pringgondani hanya bisa menjual tempe di pasar yang jaraknya 12 kilometer dari desa. Mereka mengaku kesulitan saat harus bersaing dengan produk serupa yang membanjiri pasaran.
“ Jika pemasaran sulit dilakukan, usaha juga susah berkembang,” kata Ketua Divisi Kewirausahaan Kelompok 44 KKN UMM, M. Arif Rahman, dalam keterangan tertulis yang diterima Dream, Selasa 30 Juli 2019.
Dari pengamatan Arif dan rekan-rekan KKN, Desa Pringgondani memiliki lima hingga sepuluh pengusaha tempe. Sebagian dari mereka tak hanya berjualan tempe, tetapi juga kecambah.
Setiap hari para pengusaha kecil itu memproduksi 50 Kilogram tempe untuk dibawa ke pasar. Mereka juga memasarkan tempenya kepada masyarakat sekitar.
“ Kelompok 44 KKN UMM berinisiatif melakukan suatu sosialisasi bagaimana cara untuk melakukan pemasaran secara efektif agar suatu usaha yang dilakukan dapat berbuah hasil yang diinginkan,” kata dia.
Arif dan kawan-kawannya melakukan sosialisasi pemasaran kepada para pengusaha tempe di Desa Pringgondani pada Sabtu 27 Juli 2019. Acara ini dihadiri oleh 15 peserta dari usaha tempe dari Dusun Sumber Waluh, Sengon, Krajan, dan Sumber Bendo.
“ Kami memaparkan beberapa materi tentang manajemen usaha, mulai dari perencanaan hingga pemasaran produk,” kata dia.
Arif mengatakan, kelompoknya tak hanya mengajarkan manajemen usaha, tetapi juga membuat inovasi produk berupa pembuatan keripik tempe sagu.
“ Mayoritas usaha yang ada di Desa Pringgondani ini adalah pembuatan tempe. Agar produknya jadi variatif, kami membuat pelatihan keripik tempe sagu,” kata dia.
Penanggung Jawa Kepala Desa Pringgondan9i, Edi Suwono, mengatakan, warganya antusias mengikut usaha tempe. Mereka juga minta diajari cara memasarkan produk dan membuat keripik tempe dengan rasa yang bervariasi.
Edi mengharapkan acara ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menciptakan lapangan usaha dan perekonomian desa.
“ Selain itu, kami juga berharap akan ada produk khas dari Desa Pringgondani yang dikenal masyarakat luas dan menjadi ciri khas Desa Pringgondani,” kata dia.(Sah)
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal