Kembalinya Blok Rokan ke Pangkuan Ibu Pertiwi Setelah Ditemukan 80 Tahun Lalu

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 9 Agustus 2021 16:35
Kembalinya Blok Rokan ke Pangkuan Ibu Pertiwi Setelah Ditemukan 80 Tahun Lalu
Selama ini, blok migas itu dikelola oleh perusahaan migas Amerika, Chevron.

Dream – Sejak tengah malam tadi, (Senin, 9 Agustus 2021), Pertamin resmi mengambil alih pengoperasional Blok Rokan di Riau. Blok yang telah dikuasai selama 80 tahun oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) itu akhirnya kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. 

Kepastian itu diperoleh setelah pemerintah mengalihkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Chevron Pacific Indonesia kepada Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Dikutip dari laman Pertamina, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengharapkan PHR bisa neneruskan dan mengembangkan capaian Blok Rokan. Sejak pertama kali diproduksi pada 1951 hingga 2021, Blok Rokan menjadi salah satu wilayah kerja yang menghasilkan 11,69 miliar barel minyak.

Pada akhir Juli 2021, rata-rata produksi Blok Rokan sekitar 160,5 ribu barel per hari atau 24 persen dari produksi nasional. Selain itu, produksi gas buminya sebanyak 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Arifin meminta PHR untuk berinvestasi secara masif agar produksi dari WK itu tidak menurun, kalau bisa, meningkat.

“ Ini harus menjadi komitmen Pertamina, mengingat WK Rokan merupakan salah satu WK terbesar di Indonesia yang bernilai strategis dalam memenuhi target produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030 mendatang,” kata dia.

1 dari 4 halaman

Awal Mula Penemuan Blok Rotan oleh Chevron

Sekadar informasi, dikutip dari berbagai sumber, pengelolaan Blok Rokan yang dilakukan oleh CPI ini bermula dari kedatangan Chevron pada 1924. Ini diawali dengan kedatangan 4 ahli geologi dari Standard Oil of California (Socal) di Indonesia. Mereka datang untuk mencari lapangan migas di Sumatera dan Kalimantan.

Pada 1941, pencarian itu berbuah manis: Lapangan Duri ditemukan dan Lapangan Minas pada 1944. Dua lapangan migas itu merupakan produsen minyak terbesar untuk Blok Rokan. Total lapangan di blok ini sebanyak 115 lokasi.

Blok migas ini berproduksi pertama kali pada 1951. Blok itu menghasilkan 11,69 miliar barel minyak per hari hingga saat ini. Bahkan, pernah mencapai 1 juta barel per hari pada 1973.

Bicara Blok Rokan, tentu tak lepas dari sejarah CPI di Indonesia. Pada 1930, Socal membentuk anak usaha bernama Nederlansche Pasific Petroleum Maatschappij (NPPM). Pada 1936, Socal bekerja sama dengan Texaco untuk membentu perusahaan baru bernama PT California Oil Texas Oil Company (Caltex). Pada 1963, dibentuklah PT Caltex Pacific Indonesia yang menjadi cikal bakal CPI.

2 dari 4 halaman

Alih Kelola Berjalan Mulus

      View this post on Instagram      

A post shared by PT Pertamina (Persero) (@pertamina)

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan proses alih kelola blok migas itu bisa berjalan dengan baik dan lancar. Dwi menyebut sejak dua tahun yang lalu, SKK Migas berupaya alih kelola bibsa berjalan lancar dan tingkat produksi minyak pada akhir masa kontrak CPI bisa dipertahankan.

“ Ini merupakan hal penting bagi bangsa dan negara mengingat WK Rokan saat ini masih mendukung 24 persen produksi nasional dan diharapkan tetap menjadi wilayah kerja andalan Indonesia,” kata Dwi.

Salah satu usaha SKK Migas untuk mengawal alih kelola WK Rokan adalah menginisiasi Head of Agreement (HoA) yang menjamin investasi PT CPI pada akhir masa kontrak. Hasilnya, sejak HoA ditandatangani pada 29 September 2020 hingga 8 Agustus 2021, pengeboran 103 sumur pengembangan telah dilakukan.

Selain pengeboran, SKK Migas juga mengawal isu-isu lain, seperti migrasi data dan operasional, pengadaan listrik, hingga perizinan dan prosedur operasi serta pengelolaan lingkungan.

Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit & Presiden Direktur CPI, Albert Simanjuntak, mengapresiasi proses alih operasional yang berjalan baik. “ Semoga WK Rokan dapat terus memberikan kontribusi terbaiknya kepada bangsa dan negara,” kata Albert.

3 dari 4 halaman

Siap Bor 161 Sumur di Blok Rokan Tahun Ini

Dikutip dari Liputan6.com, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan, Jaffee A. Suardin, mengatakan PHR mengelola wilayah kerja seluas 6.453 km persegi di Blok Rokan. Ada sepuluh lapangan utama, yaitu Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kota Batak, Petani, Pematang, Petapahan, dan Pager.

“ Kami optimis, dengan beralihnya operatorship dari CPI ke PHR, kami akan berupaya maksimal untuk mempertahankan dan terus melakukan aktivitas operasi yang masif untuk meningkatkan produksi migas sehingga dapat memenuhi target nasional 1 Juta barel di 2030,” kata Jaffree.

Nantinya, PHR akan mengebor 84 sumur dan rencana program CPI akan di-carry over ke PHR sebanyak 77 sumur. Totalnya, ada 161 sumur yang akan digarap sepanjang Agustus-Desember 2021.

Untuk tahun 2022, PHR akan mengebor 500 sumur baru. Komitmen ini merupakan komitmen investasi dan jumlah sumur terbesar di antara WK migas lain di Indonesia. Kegiatan pengeboran tersebut akan didukung dengan penyiapan tambahan 10 rig pengeboran. Secara total, tersedia 16 rig pengeboran serta 29 rig untuk kegiatan work over & well service yang merupakan mirroring dari kontrak sebelumnya.

4 dari 4 halaman

Strategi Pertamina

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, melalui PHR, telah membentuk tim transisi. Tim ini bertugas untuk memastikan kelancaran operasi, terutama di aspek subsurface, operasi produksi, project and facility engineering, operasi K3LL, hingga ke aspek sumber daya manusia, finansial , komersial, asset supply chain management serta IT.

“ Hal yang tidak kalah penting dalam proses alih kelola ini, kami mengingatkan kembali mengenai high risk pengelolaan usaha migas, tidak hanya proses kehandalan tapi aspek HSSE (Health, Safety, Security and Environment) tetap menjadi perhatian kita semua,” kata Nicke.

Dia juga berpesan agar tetap fokus dalam mengeloka Blok Rokan. Tujuannya agar mewujudkan kemandirian dan kedaulatan energi Indonesia. Sekadar informasi, Pertamina punya target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standard cubic feet per day (BSCFD) pada 2030.

Beri Komentar