Dream - Baru-baru ini Bank Sentral Uni Emirat Arab (UEA) mulai menerima berbagai surat utang syariah (sukuk) sebagai jaminan bagi bank syariah untuk mengakses fasilitas pinjaman khusus dari tanggal 1 April 2015.
" Ini akan membantu bank-bank syariah UEA yang sebagian besar memegang sekuritas syariah tersebut," kata Bashar Al Natoor, Global Head of Islamic Finance di Fitch Ratings, seperti dikutip dari Gulf News, Selasa, 14 April 2015.
Fasilitas pinjaman yang sudah berjalan satu minggu ini didasarkan pada akad wakalah, di mana negara menanamkan uangnya atas nama pemberi pinjaman.
Kebanyakan instrumen pengelolaan likuiditas bank syariah terdiri dari aset dengan profitabilitas rendah, seperti uang tunai dan deposito bank sentral. Sementara sukuk ditawarkan sebagai instrumen over-the-counter dan hanya sedikit yang terdaftar di bursa.
Sebelumnya, pelaksanaan Basel III dan aturan coverage rasio likuiditas (LCR) baru diharapkan akan meningkatkan penawaran instrumen pengelolaan likuiditas dan emiten cenderung untuk mendaftarkan lebih banyak sukuk mereka di bursa. Selain itu, beberapa regulator diperkirakan akan mulai menerima sukuk sebagai jaminan atas likuiditas.
Bahrain dan bank syariah yang berbasis di UEA sejauh ini kelebihan likuiditas baik secara tunai maupun sukuk dengan tenor antara tiga dan enam bulan. Hal ini merugikan dibandingkan dengan bank konvensional, yang memiliki berbagai pilihan manajemen likuiditas produktif berdasar bunga.
" Upaya untuk mengembangkan alat likuiditas berbasis syariah mulai banyak dilakukan di beberapa negara Teluk, terutama Oman,” ujar Al Natoor.
“ Alat-alat ini akan menjadi penting bagi bank syariah untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka, lebih-lebih laju pertumbuhan jasa keuangan syariah melampaui pertumbuhan perbankan konvensional di wilayah ini," tambahnya.
Keuangan syariah berharap bisa memperluas jumlah nasabah Muslim yang besar yang relatif kurang terlayani perbankan seiring dengan perkembangan ekonomi di negara asal mereka. Beberapa negara dengan populasi muslim yang besar juga berusaha untuk menginvestasikan kekayaan mereka pada instrumen berbasis syariah.
Aset perbankan syariah UEA mencapai US$ 100 miliar, keempat terbesar di dunia setelah Iran, Malaysia dan Arab Saudi, menurut data pemerintah Dubai. Sementara aset perbankan syariah di Bahrain sendiri mencapai US$ 43 miliar.
Di UEA, bank sentral telah memperluas daftar jaminan syariah untuk mendapatkan pinjaman overnight dengan memasukkan jenis aset selain sertifikat deposito syariah negara.
" Keterbatasan peraturan dan pajak bisa menahan perkembangan perbankan syariah, seperti berkurangnya alat yang bisa mengakomodasi aturan syariah. pengenalan alat manajemen likuiditas baru di Bahrain dan UEA menandai langkah kecil tapi penting dalam mengatasi beberapa tantangan tersebut," tandasnya.
Advertisement
Komunitas InterNations Jakarta, Tempat Kumpul Para Bule di Ibu Kota
Lihat Mewahnya 8 Perhiasan Bersejarah Kerajaan Prancis yang Dicuri dari Museum Louvre
Hobi Membaca? Ini 4 Komunitas Literasi yang Bisa Kamu Ikuti
Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget
Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000