Foto: Dream.co.id
Dream - Tidak semua orang lahir dari keluarga berada yang bisa menikmati segala fasilitas dari kecil hingga dewasa. Banyak di antara kita yang harus berjuang dari bawah untuk menggapai kesuksesan.
Sudah tak terhitung lagi cerita orang yang harus berjuang dari nol untuk menggapai cita-cita mereka, beberapa dari mereka harus bekerja sambil kuliah.
Salah satunya datang dari Yulfa Adi Susatyo. Dia harus kuliah sambil bekerja, menjadi pengurus kantin kontainer di Universitas Islam Negeri Salatiga, Jawa Tengah.
Berkat perjuangannya dan dukungan dari program yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa ini, Yulfa dapat menyelesaikan pendidikan S1 dengan biaya sendiri.
Yulfa mengaku, sejak semester tiga telah membayar UKT kuliahnya sendiri dari penghasilan mengelola kantin kontainer.
“ Saya masuk kuliah tahun 2018, mulai masuk di kantin sini tahun 2019, ya memang kemudian uang dari sini bisa buat tambah-tambah untuk bayar UKT,” ungkap Yufla di Kantin Kontainer UIN Salatiga, Rabu 31 Mei 2023.
Pria berusia 25 tahun itu mengaku terbantu dengan program kantin kontainer di kampusnya. Sebab, ia lulus SMA dua tahun sebelum masuk kuliah, sehingga tidak termasuk kriteria untuk mengajukan beasiswa.
“ Saya kan lulusan 2016 kerja dulu dua tahun di karawang , terus baru masuk sini mau daftar bidikmisi itu enggak masuk kriteria,” ucapnya.
Menurut Yulfa, ayahnya telah meninggal dunia sejak ia berusia 3 tahun. Sedangkan ibunya bekerja sebagai buruh tani. Ia mengaku, awalnya sang ibu sempat meragukan niatnya untuk berkuliah karena tidak ada biaya.
Namun, ia berhasil membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan kuliahnya dan telah melaksanakan wisuda pada Desember 2022.
“ Karena dulu waktu awal saya bilang mau kuliah ibu saya itu bilang, nggak mampu biayai, jadi saya cari biaya sendiri buat kuliah, jadi beliau juga senang,” ujarnya.
Yulfa mengatakan banyak sukaduka berkuliah sambil mengelola kantin kontainer. Kendati demikian, ia merasa bahagia bisa lulus tepat waktu dengan biaya sendiri meski sempat menunda kuliahnya 2 tahun setelah lulus SMA.
Sementara Ahmad Busro Mustofa salah satu penerima manfaat lainnya menyebutkan omzet kotor yang bisa ia terima dari kantin kontainer ini bisa mencapai Rp2 juta perbulan tergantung jumlah pengelolanya.
Penghasilan itu ia terima setelah disisihkan sebanyak 2,5% untuk zakat ke Donpet Dhuafa, dan 10% untuk biaya pengembangan.
“ Rata-rata perbulan Rp1 juta kalau normal 10 orang pengelola, kalau empat bisa dua juta perorang,” ungkapnya.
Kantin kontainer ini telah berdiri tahun 2016 sebab melihat banyaknya mahasiswa yang berjualan di koridor kampus. Karena itu, pihak kampus bersama dengan Dompet Dhuafa berinisiatif memberikan wadah khusus mahasiswa untuk berwirausaha.
Sempat hiatus selama dua tahun karena pandemi Covid-19, kini kantin kontainer telah kembali eksis dan ramai oleh mahasiswa hingga dosen.
Dengan menu utama soto hingga nasi bakar dengan harga hanya Rp5.000 dan es teh andalannya seharga Rp2.500 saja. Serta menu titipan mahasiswa yang murah meriah tak heran kantin kontainer ini selalu diserbu oleh masyarakat kampus.
Advertisement
Kenapa Seseorang Bisa Terkena Cacingan? Ini Kata Dokter
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Didanai Rp83 Miliar dari Google, ASEAN Foundation Cetak 550 Ribu Pasukan Pembasmi Penipuan Online