Dream - Ini kisah dokter Sudanto yang dijuluki " Dokter Dua Ribu" . Julukan itu bukan tanpa alasan, dokter lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini telah lama mengabdi di Tanah Papua dengan bayaran periksa hanya Rp2.000 saja.
Sejak lulus dari Fakultas Kedokteran tahun 1976, Sudanto mengabdikan diri di Abepura, Jayapura. Sudanto tak ingin mengenakan tarif yang membebani masyarakat Abepura.
Jika pasiennya tak punya uang, dengan sukarela dia akan menggratiskan atau ditukar dengan rempah-rempah hasil kebun.
ujar Rektor UGM, Sudjarwadi dalam artikel yang ditulis ugm.ac.id pada 2009 silam.
Pertama kali membuka praktek, dokter kelahiran Karang Anyar, Kebumen, 5 Desember 1941 ini hanya menerima bayaran Rp500 atas jasanya.
Kemudian dia memasang tarif yang sangat Rp2.000 untuk orang dewasa dan Rp1.000 untuk anak-anak dan mahasiswa. Masyarakat Papua lantas memberikan panggilan khusus pada Sudanto yaitu “Dokter 2000 rupiah”.
Bahkan saking lamanya mengabdi dan disayangi warga, banyak pasien yang langsung sembuh hanya dengan melihatnya.
" Ada yang datang aja cuma buat sembuh," kata Sudanto kepada Liputan6.com pada tahun 2013.
Untuk obat-obatan, Sudanto hanya meresepkan obat yang murah. Dia bahkan memberi secara cuma-cuma jika ada obat di rumahnya.
" Kasihan, yang kekurangan biasanya banyak yang menderita sakit," ujar Sudanto.
Sudanto merupakan pemenang kategori Pelopor Pemberdayaan Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T) Alumni Awards 2009.
Awal mula setelah lulus pada tahun 1976, Sudanto mendaftarkan diri untuk mengikuti program Dokter Inpres (Instruksi Presiden) di Departemen Kesehatan.
Sudanto kemudian ditempatkan di wilayah Asmat, Irian Jaya (yang sekarang menjadi Papua). Sejak awal bertugas hingga tahun 1982, Sudanto telah melayani di 4 kecamatan terpencil di wilayah Asmat.
Melihat keterbatasan ekonomi masyarakat Asmat, Sudanto memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk pelayanan kesehatan di Asmat.
Setelah 6 tahun bertugas menjadi dokter Inpres, Sudanto melanjutkan kariernya di Rumah Skit Jiwa (RSJ) Abepura hingga pensiun pada tahun 2003.
Selain menjadi dokter, Sudanto terus mengabdikan dirinya dengan menjadi tenaga pendidikan dan mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura. Termasuk juga mengajar di program studi Pendidikan Jasmi dan Kesehatan (Penjaskes) FKIP Uncen serta beberapa perguruan tinggi swasta di Jayapura.
Walaupun sudah pensiun, Sudanto mengaku tak akan berhenti mengabdi demi kesehatan warga setempat.
Pengalamannya sewaktu kecil dengan hidup seadanya membuatnya tak ingin melihat orang sulit berobat hanya karena tak punya biaya.
" Saya selamanya akan mengabdi. Banyak orang yang kurang mampu di sini," jelasnya.
Sudanto membuka praktik di rumah mulai Senin hingga Sabtu sejak pukul 08.00 WIT hingga 12.00 WIT, bahkan bisa lebih. Sehari saja, ia bisa mengobati 100 sampai 200 pasien.
Advertisement
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Mahasiswa Makan Nasi Lele Sebungkus Berdua Saat Demo, Netizen: Makan Aja Telat, Masa Bakar Halte
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Didanai Rp83 Miliar dari Google, ASEAN Foundation Cetak 550 Ribu Pasukan Pembasmi Penipuan Online