Ancaman Krisis Malaysia Bakal Seret Rupiah?

Reporter : Ramdania
Selasa, 1 September 2015 15:15
Ancaman Krisis Malaysia Bakal Seret Rupiah?
Belum pulih nilai tukar rupiah karena devaluasi Yuan, Rupiah bakal tertekan kembali karena kisruh di Malaysia.

Dream - Masih ingat krisis 1998 yang terjadi karena kisruh politik di tanah air? Ancaman ini tampaknya sedang membayangi Malaysia. Tidak jauh berbeda penyebabnya, yaitu hilangnya kepercayaan rakyat Malaysia terhadap sosok pemimpin, Perdana Menteri Najib Razak yang terindikasi korupsi Rp 9,3 triliun.

Apa dampaknya?

Setyo Budiantoro, Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa menyatakan krisis kepercayaan ini telah memicu terjadinya krisis moneter yang mengakibatkan ringgit terpuruk hingga 32 persen dari level tertinggi April 2011.

" Apakah hal yang sama akan berulang di Malaysia? Kini semua berharap-harap cemas. Investor dan hedge fund tengah berada dalam posisi menunggu waktu yang tepat untuk melakukan posisi short (menjual) mata uang ringgit. Bila situasi politik memburuk, ringgit terancam ambrol," ujar Setyo dalam keterangan persnya, Selasa, 1 September 2015.

Menurut Setyo, Indonesia dengan letak geografis yang tidak jauh dengan Malaysia ini pun akan terkena dampaknya. Hal ini juga berdasarkan pada pengalaman tahun 1997 di mana kejatuhan Baht Thailand membuat rupiah pun ikut tertekan karena sentimen negatif terhadap mata uang Asia.

" Triple Krisis di Malaysia ini sangat mencemaskan bagi Indonesia, ringgit yang ambrol berisiko menyeret Rupiah. Contagion effect (efek menular) mata uang Thailand baht yang jatuh pada 1997 menyebabkan krisis di Asia, dan ketika itu Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling hebat. Posisi geografis Malaysia yang dekat dengan Indonesia mengakibatkan kemungkinan paparan krisis cukup besar," jelasnya.

Untuk itu, lanjut Setyo, sebagai langkah antisipasi agar rupiah tidak terjatuh semakin dalam, maka pemerintah dan Bank Indonesia perlu memberikan keyakinan bahwa kondisi ekonomi Indonesia jauh dari krisis.

" Meski nilai tukar dipengaruhi oleh faktor fundamental, namun fluktuasi mata uang lebih banyak dipengaruhi sentimen psikologi dan kepercayaan pasar. Komunikasi yang intens perlu dilakukan untuk menenangkan situasi. Dan tentu saja, pemerintah juga perlu menunjukkan keseriusan dalam mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan krisis," tandasnya.

Beri Komentar