Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Jepang sedang mengalami krisis populasi akibat angka kelahiran yang rendah. Dampaknya, sebagian sekolah terpaksa tutup karena kekurangan siswa dan tidak ada lagi yang mendaftar.
SMP Yumoto di Fukushima bagian pegunungan Jepang Utara menjadi salah satu sekolah yang akan tutup. Pada Maret lalu, sekolah ini mengadakan upacara kelulusan untuk dua murid terakhirnya Eita Sato dan Aoi Hoshi. Setelah itu, sekolah berusia 76 tahun itu akan menutup pintunya untuk selamanya.
“ Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya terkejut, ” kata Eita.
Kisah Eita dan Aoi menjadi potret miris resesi seks di Jepang terasa begitu nyata. Kelulusan mereka hanya dihadiri oleh mereka saja tanpa siswa lain.
Sekolah Yumoto mempunyai dua lantai yang terletak di pusat distrik dan memiliki sekitar 50 lulusan per tahun selama masa kejayaannya di tahun 1960-an dulu.
Foto-foto setiap kelulusan tergantung di dekat pintu masuk, dari hitam putih menjadi berwarna, dengan jumlah siswa yang tiba-tiba menurun dari sekitar tahun 2000. Hingga di tahun 2022 lalu, sekolah tidak mempunyai foto kelulusan.
Masumi, ibu Eita yang juga merupakan lulusan Yumoto, sangat menyayangkan penutup sekolah ini. Dia begitu khawatir daerah itu tidak lagi ditinggali orang-orang sebagai tempat pindah.
“ Saya khawatir orang tidak akan menganggap daerah ini sebagai tempat pindah untuk memulai sebuah keluarga jika tidak ada sekolah menengah pertama,” kata Masumi.
Kelahiran di Jepang sangat anjlok, tercatat di bawah 800.000 pada tahun 2022, angka ini menjadi rekor yang terendah.
Sekitar 450 sekolah pun ditutup setiap tahun, menurut data pemerintah. Antara tahun 2002 hingga 2020, hampir 9.000 sekolah telah tutup.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menjanjikan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak, dan mengatakan menjaga lingkungan pendidikan sangat penting.
Penutupan sekolah meningkat terutama di daerah pedesaan seperti Ten-ei, area ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima. Hal ini memberikan pukulan lebih lanjut ke daerah yang sudah berjuang dengan depopulasi.
Para ahli memperingatkan bahwa penutupan sekolah di pedesaan akan memperlebar kesenjangan nasional dan membuat daerah terpencil berada di bawah tekanan yang lebih besar.
“ Penutupan sekolah berarti kotamadya pada akhirnya akan menjadi tidak berkelanjutan,” kata Touko Shirakawa, dosen sosiologi di Universitas Wanita Sagami.
Aoi, yang bercita-cita menjadi guru taman kanak-kanak di kampung halamannya, akan bersekolah di sekolah yang berbeda dari Eita mulai bulan April.
“ Saya tidak tahu apakah akan ada anak di desa saat saya menjadi guru,” kata Aoi.
" Tapi jika ada, aku ingin kembali," lanjutnya.
View this post on Instagram
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN