Menteri Luhut Tolak Stop KRL Saat PSBB Karena Kenangan Jadi Anak Sopir Angkot

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 20 April 2020 13:48
Menteri Luhut Tolak Stop KRL Saat PSBB Karena Kenangan Jadi Anak Sopir Angkot
Dia blak-blakan mengungkapkan penolakan penghentian operasional KRL.

Dream – Menteri Perhubungan Ad Interim, Luhut Binsar Pandjaitan, angkat suara tentang alasannya menolak operasional KRL berhenti selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dia mengungkapkan ada suatu hal yang mendasarinya membuat keputusan tersebut.

Di akun Facebooknya, @luhutbinsar.pandjaitan, Senin 20 April 2020, Luhut bercerita masa kecilnya. Semasa kecil, keluarganya hidup dalam keadaan yang sulit. Sang ayah adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga sebagai sopir bus AKAP di Sibualbuali. Gajinya pun hanya cukup untuk makan sehari-hari.

“ Kalau mau dibilang, saya adalah anak sopir bus AKAP dan dilahirkan dari seorang ibu yang tangguh meskipun tidak tamat Sekolah Rakyat,” kata Luhut.

Kesulitan dan perjuangan hidup itu dijadikan pegangan dalam merumuskan kebijakan publik.

“ Apalagi di tengah badai pandemi Covid-19 yang sedang melanda negara kita saat ini, yang membawa dampak yang cukup signifikan, terutama dalam penghidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” kata dia.

1 dari 4 halaman

Ungkap Alasan Tolak Penghentian Operasional KRL

Luhut juga membeberkan alasan dia menolak usulan penghentian operasional KRL Jabodetabek. Dikatakan bahwa angkutan ini umum, kalau berhenti, bisa menghambat orang-orang untuk beraktivitas. Terlebih, ada 8 sektor usaha yang diizinkan beroperasi selama PSBB, mulai dari pangan sampai kesehatan.

“ Banyak dari mereka menyampaikan kepada saya agar KRL Commuter Line Jabodetabek tetap beroperasi saat PSBB ini diberlakukan,” kata dia.

Luhut juga bercerita ada seorang ibu yang mengandalkan KRL untuk berangkat bekerja. Sang ibu menyebut suaminya dirumahkan tanpa gaji selama PSBB. Jika KRL dihentikan sementara, dia akan kebingungan untuk berangkat kerja.

“ Ibu tersebut kemudian bertanya juga, bagaimana ia harus menghidupi keluarga dan anak-anaknya jika dirinya tidak punya akses untuk pergi ke tempat kerja?” tulis dia. 

2 dari 4 halaman

Teringat Perjuangan Orang Tua dan Pesan Jokowi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini juga teringat perjuangan orang tuanya menghidupi keempat anak agar bisa makan setiap hari dan sekolah.

“ Terlebih saat ini, jumlah ibu bekerja semakin banyak dan kaum ibu juga menjadi tulang punggung membantu perekonomian keluarga dengan ikut andil dalam mencari nafkah,” kata dia.

Luhut juga teringat pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta para menteri untuk mempertimbangkan kehidupan rakyat yang paling sulit dan terkena dampak corona. Rakyat inilah yang mendapatkan bantuan langsung beripa Jaring Pengaman Sosial.

“ Jika tidak, mereka terancam tidak bisa menghidupi keluarganya,” kata dia.

3 dari 4 halaman

Pastikan Selalu Dievaluasi

Inilah yang menjadi pertimbangan tidak terburu-buru mengambil tindakan. Luhut memikirkan kebijakan matang-matang dan mempertimbangkan sisi positif-negatif untuk mencari jalan tengah terbaik. Misalnya operasional KRL tetap berjalan seperti biasa dengan ada pembatasan waktu dan pengendalian penumpang.

“ Kami akan selalu mengevaluasi langkah-langkah dari setiap kebijakan yang diambil karena hari ini setiap kebijakan harus ditentukan dan dilakukan secara cepat tanpa perlu ada satu bagian masyarakat yang disulitkan oleh kebijakan yang kami buat bersama,” kata dia.

Beri Komentar