Menteri Perubungan Ad Interim, Luhut Binsar Pandjaitan, Berbagi Cerita Alasan Menolak Penghentian Operasional KRL. (Foto: Akun Facebook Luhut Binsar Pandjaitan)
Dream – Menteri Perhubungan Ad Interim, Luhut Binsar Pandjaitan, angkat suara tentang alasannya menolak operasional KRL berhenti selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dia mengungkapkan ada suatu hal yang mendasarinya membuat keputusan tersebut.
Di akun Facebooknya, @luhutbinsar.pandjaitan, Senin 20 April 2020, Luhut bercerita masa kecilnya. Semasa kecil, keluarganya hidup dalam keadaan yang sulit. Sang ayah adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga sebagai sopir bus AKAP di Sibualbuali. Gajinya pun hanya cukup untuk makan sehari-hari.
“ Kalau mau dibilang, saya adalah anak sopir bus AKAP dan dilahirkan dari seorang ibu yang tangguh meskipun tidak tamat Sekolah Rakyat,” kata Luhut.
Kesulitan dan perjuangan hidup itu dijadikan pegangan dalam merumuskan kebijakan publik.
“ Apalagi di tengah badai pandemi Covid-19 yang sedang melanda negara kita saat ini, yang membawa dampak yang cukup signifikan, terutama dalam penghidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” kata dia.
Luhut juga membeberkan alasan dia menolak usulan penghentian operasional KRL Jabodetabek. Dikatakan bahwa angkutan ini umum, kalau berhenti, bisa menghambat orang-orang untuk beraktivitas. Terlebih, ada 8 sektor usaha yang diizinkan beroperasi selama PSBB, mulai dari pangan sampai kesehatan.
“ Banyak dari mereka menyampaikan kepada saya agar KRL Commuter Line Jabodetabek tetap beroperasi saat PSBB ini diberlakukan,” kata dia.
Luhut juga bercerita ada seorang ibu yang mengandalkan KRL untuk berangkat bekerja. Sang ibu menyebut suaminya dirumahkan tanpa gaji selama PSBB. Jika KRL dihentikan sementara, dia akan kebingungan untuk berangkat kerja.
“ Ibu tersebut kemudian bertanya juga, bagaimana ia harus menghidupi keluarga dan anak-anaknya jika dirinya tidak punya akses untuk pergi ke tempat kerja?” tulis dia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini juga teringat perjuangan orang tuanya menghidupi keempat anak agar bisa makan setiap hari dan sekolah.
“ Terlebih saat ini, jumlah ibu bekerja semakin banyak dan kaum ibu juga menjadi tulang punggung membantu perekonomian keluarga dengan ikut andil dalam mencari nafkah,” kata dia.
Luhut juga teringat pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta para menteri untuk mempertimbangkan kehidupan rakyat yang paling sulit dan terkena dampak corona. Rakyat inilah yang mendapatkan bantuan langsung beripa Jaring Pengaman Sosial.
“ Jika tidak, mereka terancam tidak bisa menghidupi keluarganya,” kata dia.
Inilah yang menjadi pertimbangan tidak terburu-buru mengambil tindakan. Luhut memikirkan kebijakan matang-matang dan mempertimbangkan sisi positif-negatif untuk mencari jalan tengah terbaik. Misalnya operasional KRL tetap berjalan seperti biasa dengan ada pembatasan waktu dan pengendalian penumpang.
“ Kami akan selalu mengevaluasi langkah-langkah dari setiap kebijakan yang diambil karena hari ini setiap kebijakan harus ditentukan dan dilakukan secara cepat tanpa perlu ada satu bagian masyarakat yang disulitkan oleh kebijakan yang kami buat bersama,” kata dia.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media