Dream - Venezuela tengah mengalami krisis ekonomi. Inflasi di negeri itu melangit. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memperkirakan inflasi di negara itu mencapai 1.000.000%. Negeri ini mengalami hiperinflasi.
Menurut laman BBC, dikutip pada Kamis 23 Agustus 2018, mata uang Bolivar seolah tak ada harganya. Jika Anda menukar uang dolar Amerika ke dalam rupiah, maka US$1 mungkin setara Rp14.500.
Kurang lebih segitu. Tapi, bila Anda menukar dolar AS ke mata uang Venezuela, maka US$1 akan mendapat 6,3 juta Bolivar.
Nilai tukas Bolivar ini mengingatkan kita pada perekonomian Zimbabwe pada saat puncak inflasi akhir 2008. Kala itu, nilai tukar US$1 setara dengan 669 miliar dolar Zimbabwe. Kita tentu ingat foto-foto yang menunjukkan warga Zimbabwe membeli roti dengan keranjang berisi tumpukan uang kertas.
Dengan perbandingan itu, mungkin rakyat Venezuela masih bisa bilang perekonomian mereka masih mending ketimbang Zimbabwe. Namun demikian, harga kebutuhan masyarakat di Venezuela sangat tinggi.
Dream - Sebut saja daging ayam. Harga ayam seberat 2,4 kilogram di Caracas, ibu negeri Venezuela, mencapai 14.600.000 Bolivar. Sementara, harga satu gulung tisu kloset mencapai 2.600.000 Bolivar.
Foto-foto perbandingan antara barang dan uang Bolivar yang diunggah oleh media-media internasional bahkan sukup memprihatinkan. Untuk mendapat daging ayam 2,4 kg itu, diperlukan dua tumpuk uang kertas Bolivar.
Karena krisis ini, pemerintah Venezuela baru saja memperkenalkan reformasi ekonomi, termasuk redenominsasi nilai uang kertas Bolivar. Pemerintah menghapus lima nol dari setiap nomimal mata uangnya.
Pada Senin 20 Agustus lalu, berbagai bank di Venezuela tutup, mereka bersiap merilis " sovereign bolívar" baru di tengah peringatan dari para ekonom IMF yang menyebut tingkat inflasi mereka bisa menembus satu juta persen tahun ini. Hiperinflasi.
Menurut laman The Guardian, istilah hiperinflasi digunakan untuk menggambarkan kondisi kenaikan harga yang tidak bisa dikontrol lagi disertai dengan ambruknya nilai mata uang.
Secara teori, harga harus selalu berfluktuasi tergantung pada penawaran dan permintaan. Inflasi merupakan istilah kenaikan harga, deflasi menunjukkan harga yang jatuh. Hiperinflasi terjadi ketika harga naik sangat liar, sehingga membuat konsep inflasi tak masuk akal.
Persoalan timbul saat pasokan uang kertas pada sebuah perekonomian melebihi permintaan barang dan jasa, sehingga menyebabkan nilai mata uang jatuh. Kondisi ini terjadi saat pemerintah menciptakan uang baru untuk mendanai pengeluaran di atas pendapatan mereka dari pajak.
Hiperinflasi berdampak pada hancurnya daya beli dan mendorong penimbunan barang, karena masyarakat dan kalangan bisnis mengantisipasi kenaikan harga.
Ketidakpastian harga menghapus insentif bagi pembeli dan penjual. The Times bahkan melaporkan bahwa pemilik restoran di Venezuela tak lagi menjual menu dengan harga yang tercetak. Sementara supermarket menghapus harga di rak-rak barang. Banyak orang menggunakan kartu untuk membeli barang ketimbang uang tunai.
Advertisement
BPKH Setor Rp2,7 Triliun ke Arab Saudi untuk DP Haji 2026
10 Usulan Dewan Pers Soal Perubahan UU tentang Hak Cipta
Arab Saudi Buat Proyek `Sulap` Sampah Jadi Energi Listrik
Video Gempa 7,4 Magnitudo di Filipina yang Peringatan Tsunaminya Sampai Indonesia
Jakarta Doodle Fest Hadir Lagi, Ajang Unjuk Gigi para Seniman dan Ilustrator
Hore! Kebun Binatang Ragunan Kini Bikin Sesi Visit Malam Hari
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
El Rumi & Syifa Hadju Segera Menikah, Safeea Ternyata Malah Sedih
Viral Kucing Oren Jadi Wisata Baru di Jalan Sudirman Jakarta
Geger Pernikahan di Pacitan dengan Mahar Rp3 Miliar, Ternyata Pengantin Prianya Penipu
5 Sumber Penghasilan Amanda Manopo yang Menikah di Hotel Mewah