Muslim Eropa (Shutterstock)
Dream – Menyemut. Lima ribu orang tumpah-ruah ke jalan. Didominasi lelaki berjubah serta mengenakan sorban. Berbagai panji hijau dikibar. Mobil-mobil berhias miniatur Kabah berada paling depan, dilengkapi pengeras suara. Mereka berarak, mengular ratusan meter.
Bahagia meruap. Semua menyungging senyum. Selama kirab, orang-orang itu terus melantunkan selawat. Iring-iringan itu terus bergemuruh, menumpahkan rasa cinta kepada junjungan. Sungguh menggetarkan hati.
Keramaian itu bukanlah demonstrasi. Tidak pula karnaval biasa. Pawai itu digelar dalam rangka maulid Nabi. Lembar kalender Kamis siang itu memang menunjukkan 12 Rabiul Awal 1437 Hijriyah. Tangal kelahiran Rasulullah Muhammad.
Jangan mengira kemeriahan itu dihelat di negara berpenduduk mayoritas Islam. Bukan di Indonesia. Tidak pula di Malaysia. Perayaan itu berlangsung di Birmingham, Inggris. Negeri yang penduduk Muslimnya hanya enam persen dari seluruh populasi.
Pada 24 Desember 2015 itu, komunitas Muslim turun ke jalan. Memulai parade dari Masjid Mehre Millat di Jalan Shakespeare. Mereka bergerak di jalanan, melewati sejumlah masjid. Itu bukan yang pertama, tahun-tahun sebelumnya peringatan Maulid juga digelar meriah.
Umat Islam di Inggris memang minoritas. Namun jumlah mereka terus bertambah. Lima ribu Muslim di Birmingham itu hanya sebagian saja dari total umat Islam di Inggris Raya yang tahun lalu jumlahnya sekitar empat juta. Mereka tumbuh pesat.
© http://www.birminghammail.co.uk
***
Umat Islam di Eropa tak hanya berada di Inggris. Mereka tersebar di seluruh negara. Data terbaru Pew Research Center menunjukkan penduduk Muslim di Benua Biru berkembang pesat. Saat ini memang baru lima persen dari total populasi. Tapi jumlah itu diprediksi melonjak hingga dua digit tiga dekade ke depan.
Tahun lalu, jumlah Muslim di Eropa mencapai 25,8 juta orang atau sekitar 4,9 persen dari total populasi. Mereka tersebar di 28 negara Uni Eropa, ditambah Swiss dan Norwegia. Jumlah itu lebih besar dari tahun 2010 silam, yang hanya 19,5 juta atau sekitar 3,8 persen.
Penduduk Muslim terbesar saat ini tinggal di Prancis. Tahun lalu, Muslim di negeri Napoleon ini tercatat sekitar enam juta atau hampir sembilan persen dari populasi.
Di Jerman, ada hampir lima juta umat Muslim atau sekitar enam persen penduduk. Sementara di Inggris, negeri tempat digelarnya Maulid itu, terdapat lebih dari empat juta warga pemeluk Islam atau lebih dari enam persen dari total warganya.
Posisi ke empat ada Italia. Negeri Pizza ini dihuni hampir tiga juta penduduk Muslim atau sekitar lima persen. Kemudian disusul Belanda dengan 1,2 juta penduduk Muslim atau sekitar tujuh persen total penduduk. Kemudian Spanyol dengan satu juta penduduk Muslim atau kurang dari tiga persen warganya.
© www.pewforum.org
Jumlah itu diprediksi akan melonjak tajam pada 2050. Pew Research Center punya tiga skenario untuk memprediksi pertambahan Muslim di Eropa. Pertama, zero migration, tak ada sama sekali perpindahan penduduk ke Eropa.
Skenario ke dua, medium migration. Terjadi perpindahan penduduk secara reguler ke Eropa serta gelombang pengungsi, seperti yang terjadi sejak 2014 hingga 2016, dihentikan. Sementara, skenario high migration terjadi apabila tetap ada gelombang pengungsi dan ditambah dengan migrasi reguler. Sebagai catatan, PBB mencatat ada satu juta migrasi ke Eropa selama 2015.
Dengan skenario zero migration, maka warga Muslim di Eropa pada 2050 akan tetap bertambah signifikan, dari 4,9 persen menjadi 7,4 persen populasi, atau sekitar 35,7 juta jiwa. Prancis tetap menjadi negeri Eropa dengan penduduk Muslim terbesar, yaitu sekitar 8,6 juta atau sekitar 12,7 persen.
Posisi ke dua ada Inggris dengan 6,5 juta warga Muslim atau sekitar 9,7 persen jumlah penduduk. Disusul Jerman dengan 5,9 juta atau 8,7 persen populasi dan Italia 4,3 juta atau 8,3 persen penduduk. Kemudian disusul Spanyol, Belanda, Belgia, serta Swedia, dengan rata-rata penduduk Muslim hampir dua juta.
Muslim Eropa tetap tumbuh pesat meski migrasi dihentikan. Sebab, komposisi Muslim di Eropa saat ini mayoritas berusia muda, rata-rata 13 tahun. Berkaca dari tren global, perempuan Muslim juga lebih subur, dengan anak lebih dari satu.
© www.pewforum.org
Jumlah itu akan berubah dan jauh lebih besar bila migrasi ke Eropa tetap terjadi. Bila tingkat migrasi medium, maka penduduk Muslim di Eropa pada tahun 2050 diperkirakan mencapai 57,9 juta dari total populasi 516,9 juta. Sementara, bila migrasi tinggi, maka Muslim Eropa mencapai 75,6 juta dari total 538,6 juta populasi.
***
Tentu kita harus bersyukur komunitas Muslim di Birmingham itu masih bisa merayakan Maulid Nabi. Dan perlu dijaga. Sebab, hidup sebagai minoritas tidak mudah. Apalagi dengan merebaknya Islamophobia, kecurigaan orang-orang Barat terhadap kaum Muslim. Serangan teror yang mengatasnamakan Islam hanya membuat saudara-saudara kita itu tersudut.
Tapi lihatlah kaum Muslim di Inggris itu. Mereka tak pernah lelah meluruskan pandangan orang Barat yang salah menerima informasi tentang Islam. Saudara-saudara kita itu terus berkampanye melawan stigma, menunjukkan bahwa Islam sejatinya agama yang damai.
Anda mungkin belum lupa dengan video ini. Kampanye “ Happy British Muslim” yang viral tiga tahun lalu. Gerakan itu dibuat oleh The Honesty Policy untuk meluruskan pandangan Barat terhadap Islam yang selama ini salah. Umat Islam di Eropa ingin menunjukkan bahwa agama mereka ramah. Sangat indah.
Video 40 detik itu dibuka dengan senyuman. Tak ada raut sedih, semua orang terlihat gembira. Laki-laki dan perempuan, anak-anak hingga orang tua, semua menyanyi. Mereka menari dengan iringan musik riang.
Orang-orang dalam video itu berasal dari bemacam latar. Tapi semua sama, mereka Muslim. Busana beragam. Sebagian lelaki berpeci, berjas. Beberapa perempuan memakai hijab. Namun tujuan orang-orang itu hanya satu: menebar kebahagiaan.
Dan lagu dalam video itu memang tentang kegembiraan. Tembang “ Happy” yang dipopulerkan Pharrell Williams. Melalui video kampanye inilah mereka berharap bisa menampilkan wajah indah Islam, ajaran yang rahmatan lil ‘alamin.
“ Inilah yang kita inginkan. Komunitas nasional saling berkoordinasi satu sama lain. Setiap individu memberikan sedikit waktu untuk kebaikan yang lebih besar,” demikian tulis blog The Honesty Policy yang melakukan kampanye.
Kampanye damai seperti ini penting. Sebab, kepercayaan membuat mereka punya kesempatan lebih besar untuk ikut membangun negara. Percayalah, kaum Muslim punya potensi besar untuk ikut memajukan negara di Eropa.
Bila masih ragu, dari Birmingham terbanglah ke arah tenggara. Mendaratlah di London. Mampirlah ke City Hall yang dibangin di tepi selatan Sungai Thames. Maka Anda akan menemui walikota Muslim. Dialah Sadiq Khan. Pria berdarah Pakistan itu telah memimpin Ibu Negeri Ingris itu sejak Mei 2016.
Tidak hanya di Inggris. Kaum Muslim di Eropa juga punya kontribusi pada negara mereka. Bila Anda menyaksikan pertandingan sepak bola di Emirate Stadium, di London itu, maka akan melihat aksi Mesut Ozil di tim Arsenal. Pemain berdarah Turi itu ikut mengantar Jerman merengkuh trofi Piala Dunia pada Piala Dunia di Brasil tiga tahun silam.
Jumlah Muslim di Eropa memang tengah berkembang pesat. Mereka terus melawan stigma yang berkembang di tengah masyarakat Barat. Mereka yang tengah mekar itu, terus menampilkan Islam yang damai.
Puasa Ramadhan 2023: Dalil, Keutamaan, hingga Ketentuan-Ketentuannya
Kombinasi Makanan yang Bisa Turunkan Berat Badan Lebih Mudah
Bacaan Dzikir dan Doa Setelah Sholat Fardhu yang Penting untuk Diamalkan
Selamat, Ini Daftar 50 Finalis DIW 2023
Coba 4 Bahan Alami untuk Perawatan Kulit Kepala Berminyak
Bacaan Dzikir dan Doa Setelah Sholat Fardhu yang Penting untuk Diamalkan
Puasa Ramadhan 2023: Dalil, Keutamaan, hingga Ketentuan-Ketentuannya
Setelah 18 Tahun Dilarang Guru di Berlin Diizinkan Pakai Jilbab Saat Mengajar
Munculnya Perempuan Al-Mutabarrijat Jadi Tanda Kiamat Makin Dekat, Siapakah Dia?