Dream - Bagi orang tua, memberi contoh lebih efektif daripada memberi arahan kepada anak-anak. Ini berlaku untuk segala hal, termasuk dalam mengelola uang.
Slogan pentingnya menabung yang dijejalkan kepada anak-anak tidak akan bekerja jika orang tua tidak memberikan contoh melalui tindakan.
Anak-anak memang tidak perlu sampai dilibatkan dalam mengurus keuangan rumah tangga. Tetapi memberikan contoh dalam hal mengelola keuangan seperti menabung, belanja barang yang hanya diperlukan, dan membuat keputusan bijak saat dihadapkan pada pilihan adalah lebih efektif.
Seperti dikutip dari GulfNews, Kami, 30 Juli 2015, berikut adalah beberapa konsep agar anak-anak bisa membuat keputusan bijaksana tentang uang mereka.
Keterjangkauan
Mengatakan kepada seorang anak bahwa dia tidak akan mendapatkan barang tertentu karena dia tidak mampu membelinya bukan cara yang produktif. Ganti pembicaraan tentang konsep keterjangkauan. Ada perbedaan antara menginginkan sesuatu dan berusaha mendapatkan sesuatu. Keterjangkauan menempatkan item dalam konteks rumah tangga serta kerangka waktu. Misalnya, sesuatu yang mungkin tidak terjangkau sekarang, tapi dengan menabung kita bisa mendapatkannya nanti.
Dengan membedakan item yang diinginkan tetapi tidak terjangkau dengan item yang tidak diinginkan tapi terjangkau, anak Anda akan belajar bahwa kata tidak dari orang tua memiliki lebih dari satu alasan. Demikian pula, Anda harus dapat menumbuhkan keterampilan pada anak untuk mengendalikan nafsu belanja dengan melalui latihan konsep keterjangkauan.
Nilai uang
Beri penjelasan mengapa kita perlu tahu soal nilai uang. Anda mungkin mengajarkan anak-anak untuk menghabiskan 100 ribu rupiah untuk makanan, bukan pada mainan. Dalam hal ini Anda mengajarkan tentang kebutuhan dasar di atas barang mewah. Demikian pula, Anda mengajarkan anak-anak agar memutuskan untuk membeli mainan bukan karena harganya yang sama atau lebih murah, tetapi pada kualitas mainan, nilai pendidikan, daya tahan, dan sebagainya.
Anda perlu menjelaskan faktor-faktor dasar -seperti kualitas, fungsi dan daya tahan- yang berkontribusi terhadap pembuatan keputusan belanja yang lebih bermanfaat untuk pikiran mereka. Perlu diingat, bahwa Anda harus menghindari membahas nilai dari barang itu sendiri dari perspektif orang dewasa. Dengan kata lain, perspektif Anda tentu berbeda dari anak Anda. Jadi kenalkan anak Anda pada faktor kebutuhan dan fokus pada aspek yang lebih obyektif seperti bagaimana barang tersebut dibuat, apakah itu akan bekerja dengan baik atau tidak, dan sebagainya.
Prioritas
Bahkan anak-anak TK mungkin sudah mulai bisa mengenal prioritas. Jika Anda tahu hanya bisa membeli satu item dengan sejumlah uang tertentu, Anda harus mengajarkan anak-anak untuk menemukan item tersebut. Strategi ini membantu Anda menghindari diskusi di kemudian hari ketika anak-anak dihadapkan pada daftar item yang panjang. Selain itu, anak Anda harus dapat berpikir tentang pilihan yang tersedia dan membuat pengorbanan dan kompromi.
Anda mungkin perlu menemani mereka melalui proses ini untuk sementara waktu. Anda bisa mengajukan pertanyaan seperti apa yang mereka sukai tentang setiap item, apa yang ingin mereka segera miliki dan item apa yang bisa mereka tunda untuk dimiliki. Dengan demikian, Anda telah mengakrabkan mereka dengan bagaimana membuat keputusan sekarang dan nanti.
Selain itu, cara ini akan menghindarkan Anda dari menjadi pembuat keputusan tunggal. Jadi ketika anak-anak memiliki keputusan sendiri, mereka belajar bahwa ada konsekuensi. Misalnya, mendapatkan item yang salah berarti kesempatan untuk item yang lebih baik hilang.
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget