Foto: Bank Indonesia
Dream - Kerokan merupakan cara tradisional mengobati masuk angin di kalangan masyarakat Jawa. Selain berfungsi sebagai alat bayar, ternyata ada satu uang koin di era kolonial yang kerap dijadikan alat untuk kerokan, yaitu uang Benggol.
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, 23 Juni 2021, koin Benggol, khususnya pecahan 2 ½ cent Nederlandsch-Indie, selalu dipakai untuk kerokan karena bentuknya yang besar dan tebal sehingga sangat nyaman digunakan.
Bagian pinggirnya pun rata sehingga tidak menimbulkan rasa sakit jika koin beradu dengan kulit. Koin berbahan tembaga ini dicetak sejak tahun 1856 sampai 1945 dan berlaku hingga tahun 1950-an.
Dalam kurun waktu 16 tahun cetakan, koin benggol dicetak dengan jumlah yang bervariasi setiap tahunnya. Pencetakan paling sedikit terjadi pada tahun 1896 sejumlah 1,12 juta buah dan terbanyak pada tahun 1945 sebanyak 200 juta buah.
Dari cetakan-cetakan tersebut, terdapat jenis cetakan khusus pada uang benggol di tahun 1902, yaitu berbahan emas dan perak dengan berat 13,5 gram dalam jumlah yang terbatas.
Uang koin benggol diterbitkan dalam dua cetakan dengan sejumlah perbedaan. Pada kelompok cetakan I, huruf arab ditulis dalam dua baris dan menggunakan huruf arab gundul.
Sedangkan pada kelompok cetakan II, huruf arab ditulis dalam tiga baris dengan menggunakan huruf arab yang dilengkapi harokat.
Perbedaan lainnya, pada kelompok cetakan I bentuk mahkota atas lebih lebar daripada bentuk mahkota atas pada kelompok cetakan II. Perbedaan terakhir ialah terletak pada ornamen mawar, di mana pada kelompok cetakan I bentuknya lebih besar daripada kelompok cetakan II.
Koin benggol di beberapa cetakan juga memiliki ragam keunikan. Pada koin benggol emisi 1945, misalnya, terdapat huruf P pada bawah angka 45 yang menunjukan bahwa uang tersebut dicetak di Philadelphia, Amerika Serikat. Sementara tanda prify pada uang tersebut bergambar pohon palm.
Keunikan lainnya dari koin benggol terdapat di emisi 1856, yaitu penggunaan huruf mim. Huruf mim ini ada yang terbuka dan tertutup.
Selain koin benggol, Pemerintah Hindia Belanda juga mencetak uang koin dengan lubang di tengahnya atau disebut dengan uang sen bolong. Uang tersebut berbahan tembaga dan diterbitkan sejak tahun 1936 hingga 1945 dalam 6 tahun periode cetakan, yaitu 1936, 1937, 1938, 1939, 1942, dan 1945.
Advertisement
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!