Mengenal Saham Bluechip dan Ciri-cirinya
Dream - Saat memutuskan untuk berinvestasi di pasar modal, ada sederet istilah yang harus kamu ketahui. Salah satunya adalah saham bluechip. Apa sebenarnya saham bluechip?
Dikutip dari Cek Aja, Rabu 4 Desember 2019, saham bluechip ini diartikan sebagai saham lapis satu atau saham perusahaan besar yang labanya cenderung stabil. Istilah bluechip sebenarnya berasal dari permainan judi poker.
Di dalam dunia perjudian, terdapat tiga keping koin (chip) dengan warna merah, putih, dan biru, yang di mana chip berwarna biru memiliki nilai paling besar di antara yang lainnya.
Pada tahun 1923 atau 1924, seorang karyawan Dow Jones, Oliver Gingold, memperkenalkan istilah ini ketika berada di bursa saham untuk menyaksikan perdagangan saham pada saat itu.
Dari pergerakan perdagangan saham yang ia saksikan, ia merasa cukup tertarik dengan transaksi saham yang harganya dirasa cukup fantastis, yakni dengan nilai $200 – $250 (Rp398.276-Rp497.825) untuk tiap lembarnya.
Setelah kejadian tersebut, ia pun kembali ke kantor dan berkata kepada temannya untuk menuliskan bluechip stocks atau saham-saham kepingan biru, dan istilah dari ‘blue chip’ itu sendiri masih terkenal hingga saat ini dan digunakan oleh masyarakat yang senang bermain saham.
Saham Reputasi Nasional
Menurut New York Stock Exchange, bluechip dapat didefinisikan sebagai saham dari perusahaan yang memiliki reputasi nasional, baik dari sisi kualitas, kemampuan serta kehandalan untuk beroperasi yang menguntungkan dalam berbagai situasi ekonomi dengan keadaan baik maupun buruk. Banyak orang mengatakan bahwa bermain saham cenderung memiliki risiko yang tinggi, apalagi untuk dijadikan sebagai instrumen investasi.
Namun, sepertinya berbeda dengan saham bluechip ini. Istilah saham bluechip bisa mengarah kepada saham yang terpercaya karena memiliki nilai kapitalisasi yang besar.
Menurut para ahli di bidang ini, saham bluechip dapat dikatakan sebagai salah satu jenis saham paling aman untuk berinvestasi dibandingkan jenis saham lainnya.
Hal ini disebabkan oleh saham blue chip memiliki nilai fundamental yang sangat kuat, bagi itu dari segi finansial maupun dari segi manajemen. Perusahaan juga membagikan dividen dengan teratur dengan nilai yang memuaskan.
Ciri-ciri Saham Keping Biru
Ada empat ciri-ciri saham bluechip. Pertama, memiliki kapitalisasi besar. Saham bluechip berasal dari perusahaan besar dengan laba yang stabil. Besar dan stabil itu harus dapat dibuktikan dengan modal dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, termasuk kapitalisasi pasarnya.
Apa sih yang dimaksud dengan kapitalisasi? Kapitalisasi adalah harga pasar perusahaan apabila ada seseorang yang ingin membelinya secara utuh. Kapitalisasi tersebut dapat dihitung dengan cara mengalikan harga saham dengan jumlah lembar saham yang beredar di pasaran.
Lantas, berapa rupiah sih kapitalisasi sebuah perusahaan dapat dikatakan besar? Yaitu ketika kapitalisasi sebuah perusahaan telah mencapai Rp20 triliun ke atas.
Ke dua, ada di bursa dalam waktu yang lama. Sebuah perusahaan bisa dikatakan punya saham keping biru jika sudah lama di bursa dan mengalami peningkatan laba dan perkembangan yang signifikan.
Ke tiga, ramai diperdagangkan. Investor perorangan dan perusahaan menyukai saham keping biru. Saham-saham yang termasuk ke dalam kategori blue chip menjadi yang ramai diperjualbelikan dan menjadi yang paling aktif di bursa.
Ke empat, saham dari perusahaan market leader. Ada salah satu ciri saham keping biru yang paling mudah dilihat. Yaitu saham keping biru berasal dari perusahaan yang memimpin pasar. Misalnya, saham ASII yang berasal dari PT Astra International Tbk dan TLKM dari PT Telkom Tbk.
Kedua perusahaan ini menjadi market leader di sektornya masing-masing. Produk yang dijual sering digunakan oleh masyarakat luas.
4 Tips Investasi untuk Kaum Milenial
Dream - Kalau dulu milenial dipandang sebagai sosok yang mengedepankan gaya daripada menabung, kini generasi ini disangkutpautkan dengan investasi.
Kaum milenial mulai melek investasi. Sebagian di antaranya punya deposito berjangka, menabung emas, membuka reksa dana, sampai bermain saham.
Akan tetapi, tak sedikit pula yang masih ragu-ragu untuk memulai. Entah karena enggan berinvestasi atau tidak memahami instrumennya.
Supaya tidak kebingungan dengan investasi, pengamat investasi Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, berbagi tip menanam modal untuk milenial.
"Pertama, harus menentukan investasi," kata Bhima dalam peluncuran "Logam Mulia Waris" oleh PT Sampoerna Gold Indonesia di Sampoerna Strategic Square, Jakarta Pusat, Senin 11 November 2019.
Bhima menekankan apakah investasi itu untuk pembelian motor, mobil, atau rumah sendiri. Sebab, cara investasi masing-masing kebutuhan itu berbeda-beda.
Ke dua, generasi milenial harus mau mempelajari instrumen yang cocok untuk generasi milenial. Misalnya, emas digital, saham, obligasi, surat utang, dan lain-lain.
"Pelajari yang paling nyaman dan dimengerti. Bisa juga beli di e-commerce reksa dana dan lain-lain," kata Bhima.
Menurut dia, tak ada batasan usia dalam investasi. Malah, usia seseorang untuk investasi kini semakin muda.
"Sekarang trennya justru anak masih kuliah. Semester awal tapi bisa manage uang yang dikasih orangtua. Semakin dini, semakin bagus. Apalagi, dengan perkembangan teknologi, informasi investasi yang cocok sama umur kita semakin gampang dicari," kata dia.
Pahami Risiko dan Ukur Kemampuan
Ke tiga, memahami risiko. Bhima mengatakan orang harus memahami dulu risiko investasi dan jangan ikut latah.
"Ada yang sukses dengan investasi saham, terus kita latah dengan kondisi ekonomi kayak sekarang. Latah ke saham, risikonya gede," kata dia.
Ke empat, Bhima menekankan generasi milenial harus bisa mengukur kemampuan diri dan mengalokasikan dana minimal untuk dialokasikan secara rutin.
"Saya, sih, minimal punya standar 30 persen dari penghasilan itu ditabung untuk investasi. Misalnya, untuk cicil 30 persen. Untuk milenial, 2 bulan dia baru bisa beli emas 5 gram, 10 gram. Itu jadi menarik," kata dia.
Survei: Generasi Z Lebih Optimistis daripada Milenial
Dream – Generasi Z disebut-sebut bakal membawa angin segar bagi dunia kerja. Menurut survei, generasi ini juga lebih tahan di tempat kerja daripada kaum milenial yang lahir di kisaran 1982 hingga 1996.
Menurut survei yang dilakukan Korn Ferry, generasi Z membawa banyak optimisme dan punya banyak tujuan. Apalagi, generasi yang lahir pada 1997 hingga 2010 ini termasuk ke dalam angkatan kerja yang nantinya mendominasi pasar tenaga kerja.
Saat ini, Indonesia sedang memasuki era “bonus demografi”, di mana proporsi jumlah penduduk usia produktif berada di atas dua pertiga dari jumlah penduduk keseluruhan. Hal ini didukung oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang menyatakan bahwa era “bonus demografi” akan dialami Indonesia pada periode antara 2020-2030.
Pada rentang tahun tersebut, jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedangkan 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif. Persentase ini akan semakin ideal saat memasuki masa puncak yaitu antara tahun 2028-2030.
Hasil survei ini menunjukkan dua pertiga responden percaya bahwa generasi Z lebih pede terhadap masa depan daripada generasi Y. Ada 53 persen responden menyebut generasi ini membawa lebih banyak motivasi ke tempat kerja dibandingkan dengan generasi milenial dan lebih dari 54 persen responden berpendapat bahwa Gen Z lebih menekankan pada apakah pekerjaan mereka memiliki tujuan.
"Gen Z lebih optimistis didukung dengan fakta bahwa generasi tersebut adalah generasi yang baru memasuki dunia kerja profesional dan mereka masih sangat bersemangat dan siap menghadapi segala tantangan yang akan muncul," kata Principal Advisory Korn Ferry Indonesia, Melisa Soentoro, di Jakarta.
Melisa mengatakan, rasa optimisme itu berasal dari lingkungan, generasi Z tumbuh di lingkungan yang makmur.
“Aspek lain yang juga mungkin mempengaruhi adalah faktor lingkungan yang membentuk pola pengasuhan tertentu. Kita telah melihat hampir satu dekade kemakmuran, yaitu era di mana Gen Z dibesarkan,” kata dia.
Bagaimana dengan Generasi Milenial?
Melisa mengatakan, generasi milenial memerlukan umpan balik yang konsisten. Mereka termotivasi oleh kepercayaan kepada para pemimpin dan peluang untuk tumbuh berkembang.
“Oleh karena itu, para pemimpin perusahaan yang memahami perbedaan dalam beragam generasi dapat memupuk kolaborasi yang lebih besar di antara seluruh karyawan untuk mencapai keberhasilan perusahaan,” kata dia.
Jika melihat dari tekanan, 67 persen responden mengatakan generasi milenial lebih tertekan di tempat kerja daripada Z serta 58 persen responden menyebut milenial lebih termotivasi oleh gaji dan kompensasi dan 65 persen lainnya karena proses kenaikan karier yang cepat.
Selain itu di dalam survei, penilaian terhadap responden dilakukan untuk menentukan generasi mana yang lebih memiliki keseimbangan kerja dan kehidupan (work/life balance) dan mudah diajak bekerja sama.
“Sangatlah penting bagi para pemimpin perusahaan untuk memahami apa yang memotivasi semua karyawan untuk melakukan yang terbaik dalam pekerjaan mereka setiap hari dan untuk menciptakan budaya di mana semua karyawan merasa didukung dan dihargai,” kata dia.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cewek Aktif Merapat! Intip Rahasia Tebarkan Wangi Sepanjang Hari, Bebas Bau Badan Mengganggu
Biarpun aktif seharian, tapi jangan sampai bau badan mengganggu!
Baca SelengkapnyaLakukan 4 Langkah untuk Jaga Kesehatan Otak, Investasi untuk Masa Tua
Menjaga kesehatan otak adalah cara kunci untuk menjaga otak tetap berkerja dengan baik. Coba tips menjaga kesehatan otak berikut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.