Para Penari Sedang Menarikan Tari Tarek Pukat, Salah Satu Tarian Tradisional Aceh. (Foto: Shutterstock)
Dream – Indonesia semakin gencar mengundang investor dari Timur Tengah untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata Tanah Air. Dalam waktu dekat, dua menteri di Kabinet Indonesia Maju bahkan akan bertolak ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk menarik calon investor.
Sebelum diketahui UEA telah menunjukan komitmennya untuk membangun sektor pariwisata halal di Aceh. Nilai investasinya diprediksi senilai US$700 juta (Rp10,95 triliun).
Menteri Investasi/Kepala Badan Kooordinator Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan UEA berniat membangun kawasan wisata halal di Aceh. Pemerintah saat ini sedang mempersiapkan langkah-langkah, termasuk insentif dan perizinan yang diminta.
“ Insya Allah bulan November kami akan ke Uni Emirat Arab, kalau jadi. Rencana dengan rombongan mungkin Pak Sandi (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) juga akan ikut,” kata Bahlil dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama di Bidang Penanaman Modan Pada Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dikutip dari laman Merdeka.com.
Menurut Bahlil kunjungannya ke UEA untuk membahas rencana investasi pariwisata halal. Diakuinya rencana investasi UEA di provinsi paling barat Indonesia itu memang masih menghadapi beberapa persoalan terkait dengan masalah perizinan.
“ Persoalan wisata halal memang di Indonesia ini gampang-gampang susah kita lihat. Mana yang halal dan yang bukan halal jadi tergantung barang ini,” kata dia.(Sah)
Dream - Sejak beberapa tahun belakangan, pemerintah berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat makanan dan wisata halal, serta pakaian muslim dunia. Hal itu didukung oleh peran bank syariah.
Menurut Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center sekaligus Dewan Pakar Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (PP MES), Sapta Nirwandar, Indonesia telah berhasil menjadi pusat industri halal. Sayangnya, hanya sebagai konsumen.

" Memang kita ini jadi negara top di sektor industri halal, tapi sebagai consumer. Indonesia menjadi konsumen halal food peringkat pertama sebesar 114 miliar dolar AS," ujar Sapta Nirwandar, dalam Forum Muhadatsah Bulanan Dewan Pakar PP MES bertajuk 'Peran Bank Syariah dalam Sektor Sustainable Halal Food dan Sustainable Fashion', Sabtu 3 Juli 2021 kemarin.
Sementara yang menjadi penyuplai utama di sektor industri halal adalah negara non muslim. Brazil menduduki peringkat pertama eksportir produk halal dengan nilai ekspor 16,2 dolar AS. Lalu, diikuti India dengan nilai ekspor sebesar 14,4 miliar dolar AS.

Meski begitu, ia tetap mendukung Indonesia untuk menjadi pusat di sektor industri halal sebagai produsen. Diawali dengan memberikan label halal pada berbagai jenis makanan yang terjual.
" Kita telah melakukan penelitian, dan hasilnya terbukti food dan fashion menjadi dua sektor yang mendominasi. Untuk food sendiri, di masa pendemi seperti sekarang kebutuhannya naik. Oleh karena itu, kita perlu fokuskan ke sektor halal food, halal labeling menjadi kebutuhan yang sangat penting," kata Sapta.
Perkembangan Indonesia untuk menjadi pusat di sektor industri halal mendapat bantuan dari bank syariah. Terutama, dalam penguatan ekosistem makanan halal dan pakaian muslim yang berkelanjutan.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI), Herry Gunardi menyatakan bahwa bank syariah mampu membiayai perkembangan potensi industri halal di kisaran Rp420-714 triliun. " Namun, dalam realisasinya masih di bawah potensi minimum," ungkapnya.
Selain itu, menurut Dewan Pakar PP MES, Riawan Amin diperlukan adanya sinergi antara bank syariah dan konvensional untuk bisa membangun Indonesia sebagai pusat industri halal.
" Kita harus berjamaah dalam persoalan food dan fashion ini. Ini perlu ditekankan sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Wakil Presiden RI dalam Global Islamic Forum 2019 yaitu melakukan sinergi dengan bank konvensional," ujar Amin.
Selanjutnya menurut mantan Sekretaris Jenderal PP MES, Adiwarman Karim, terdapat tiga hal yang harus dipahami oleh pejuang ekonomi dan keuangan syariah untuk bisa membantu mewujudkan Indonesia sebagai pusat di industri halal.
Hal pertama yaitu keberhasilan dari ekonomi syariah adalah ketika bank konvensional mengadopsi cara-cara ekonomi syariah.
Kedua, menghadirkan ekonomi syariah secara bertahap harus melalui pilot project. " Terakhir adalah perlunya mencari kesamaan fungsi dari ekonomi syariah kemudian diberikan fitur pembeda, ini menjadi hal yang penting," katanya. (mut)
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap