Prediksi Mengerikan Kondisi Ekonomi Dunia Masa Depan

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 28 Mei 2015 08:32
Prediksi Mengerikan Kondisi Ekonomi Dunia Masa Depan
Ekonomi dunia diibaratkan sebuah kapal yang berlayar tanpa sekoci penyelamat

Dream - Perekonomian dunia diambang bahaya besar dengan kemungkinan terjun pada resesi baru. Jika ancaman ini benar-benar terjadi dikhawatirkan hanya sedikit negara yang bisa memeranginya.

Peringatan cukup mengerikan tersebut disampaikan Kepala Ekonom HSBC, Stephen King yang menggambarkan situasi itu seperti kapal yang berlayar tanpa sekoci penyelamat.

Dengan rata-rata suku bunga di negara berkembang yang mendekati nol persen, amunisi kebijakan moneter konvensional tak lagi bisa menolong.

" Sebagai dampaiknya, ekonomi dunia seolah belajar di tengah lautan tanpa sekoci penyelamat yang bisa digunakan dalam keadaan darurat," ujar King dalam laporan The World Economy's Tintatic Problem seperti dikutip laman news.com.au, Kamis, 28 Mei 2015.

Kabar buruk ini muncul hampir bersamaan dengan proyeksi PBB yang memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 2,8 persen. Angka ini hanya sedikit lebih baik dari kondisi resesi dimana ekonomi dunia biasanya hanya tumbuh 2,5 persen.

" Dalam kondisi ini, harga komoditas akan memimpin pelemahan di negara-negara berkembang," ujar King.

Kondisi lainnya adalah kenaikan harga dolar AS yang tak bisa direspon bank sentral AS, The Fed, meski melalui kebijakan pemotongan sukuk bunga

" AS akan terseret dalam resesi karena sesuatu yang tak bisa dikontrolnya," sambung King.

Sementara China yang menjadi tumpuan ekonomi juga diyakini bakal menghadapi kondisi yang tak kalah buruk.

Pada resesi tahun 1970-an yang melanda AS, The Fed pernah memangkas suku bunga acuan ke level minimum 5 basis poin. Kebijakan suku bunga rendah inilah yang kini tengah dilakukan AS.

Di sisi lain, defisit anggaran masih dianggap kurang aman dengan tingkat suku yang terlalu tinggi.

Upaya mencegah jurang resesi sebetulnya sudah dilakukan banyak negara dalam enam tahun terakhir.

" Sekarang masalah seolah berputar. Jika perusahaan tak berinvestasi ekonomi akan stagnan dan suku bunga tetap rendah. Jika suku bunga rendah namun perusahaan tak mau menurunkan bunganya, mereka tak mau investasi," ujarnya. (Ism) 

Beri Komentar