Turki Krisis, Qatar Siap Investasi Rp219 Triliun

Reporter : Ahmad Baiquni
Sabtu, 18 Agustus 2018 08:01
Turki Krisis, Qatar Siap Investasi Rp219 Triliun
Qatar siap menanamkan investasi Rp219 triliun untuk membantu Turki.

Dream - Emir Qatar, Syeikh Tamim bin Hamad Al Thani terbang ke Turki untuk memberikan dukungan kepada Ankara untuk pulih dari krisis ekonomi.

Al Thani juga mendukung sejumlah langkah politik yang dijalankan Turki atas perang dagang dengan Amerika Serikat.

Saat bertemu dengan Presiden Recep Tayib Erdogan, Al Thani menjanjikan investasi sebesar US$15 miliar, setara Rp219 triliun. Al Thani menyampaikan rencana tersebut usai santap siang dengan Erdogan, dilaporkan Al Arabiya.

Kantor berita Qatar, Qatar News Agency, melaporkan Al Thani datang ke Turki dalam rangka kunjungan kerja. Dia dengan Erdogan membahas sejumlah isu terkait hubungan bilateral dua negara.

" Juga penguatan kerja sama strategis yang sudah terjalin antara dua negara di berbagai bidang," demikian laporan tersebut.

Sebelumnya, sejumlah media menyebut Turki mulai frustasi dengan kondisi yang terjadi. Salah satu penyebabnya, Qatar terkesan diam atas masalah yang dihadapi Turki.

Qatar merupakan negara yang mendapat dukungan penuh dari Turki ketika menghadapi sejumlah masalah. Termasuk ketika berhadapan dengan boikot yang dilancarkan empat negara kawasan teluk yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir.

Harian Takvim, sempat menurunkan laporan terkait dukungan Turki yang selama ini diberikan kepada Qatar. Harian itu menyebut dukungan Turki cukup berarti di tengah situasi keterkucilan Qatar akibat tuduhan mendanai gerakan terorisme.

Laporan itu diturunkan sehari sebelum kunjungan Al Thani dan dihapus beberapa jam saja setelah tayang. Kedatangan Al Thani juga melambangkan dukungan balik kepada Turki yang tengah mengalami krisis ekonomi dan ketegangan hubungan diplomatis dengan Amerika Serikat.

Dalam beberapa hari terakhir, Turki sedang menghadapi krisis ekonomi. Nilai tukar lira terhadap dolar AS terjun bebas ke titik terendah usai Presiden AS Donald Trump mengunggah cuitan tentang kebijakan penaikan tarif masuk atas aluminium dan baja dari Turki.

Langkah yang dijalankan Washington ini merupakan bentuk tekanan terhadap Ankara atas insiden penangkapan pendeta asal AS karena dituduh sebagai mata-mata. Erdogan justru memberikan perlawanan dengan memboikot barang-barang elektronik asal AS. 

1 dari 2 halaman

Dunia Dicekam `Krismon` Baru, Ini Awal Lira Turki Rontok

Dream - Perekonomian Turki tengah diguncang. Nilai tukar lira, mata uangnya, yang menyentuh level terendah serta sikap Presiden Recep Tayyip Erdogan yang menolak meninggalkan kebijakan ekonomi tak ortodoknya membuat investor dibayangi krisis keuangan dunia baru.

Turki dan negara lain yang berpesta ketika nilai tukar dollar AS melemah kini menghadapi masalah tumpukan utang yang dikhawatirkan tak bisa lagi mereka lunasi.

Rontoknya mata uang lira memicu pelemahan mata uang negara berkembang lainnya seperti Afrika Selatan, Argentina. Meksiko, dan Indonesia.

Di Wall Street, papan perdagangan langsung berubah memerah begitu melihat bursa saham Asia, Amerika Utara, dan Eropa bergerak melemah.

Beruntung pasar di Jepang dan Kores perlahan-lahan mulai pulih dari kepanikan setelah indeks saham keduanya bergerak naik.

2 dari 2 halaman

Turki Tak Sendirian

Cobaan yang dialami Turki mulai membara saat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump membuat cuitan di akun Twitternya. Trump menuliskan keputusannya menaikkan tarif impor produk logam Turki sebagai hukuman atas sikap Erdogan yang menolah melepaskan seorang warganya yang dituding melakukan tindakan terorisme.

Persoalan keuangan di Turki dimulai ketika banyak bank berutang dalam mata uang dollar ketika bank sentral As, The Federal Reserves, mempertahankan suku bunga hampir nol persen.

Pemerintah Ankara juga menggenjot pengeluarannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi khususnya ketika muncul upaya kudeta pada 2016.

Dengan nilai tukar lira yang terpangkas hampir separuhnya, kini banyak bank menghadapi masalah. Utang mereka semakin tak terkendali. Untuk saat ini, Erdogan mendesak investor menaikkan suku bunga guna mendorong penguatan lira.

Turki juga membuka peluang meminta bantuan dana dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Jika utang Turki sampai pada status gagal bayar, bank asing, khususnya di Eropa, diyakini terancam mengalami kerugian besar. Data International Seetlement di Basel, Swiss mencatat Large Spanish diketahui berutang lebih dari US$82 miliar. Sementara bank Perancis memiliki catatan utang oustanding mencapai US$38 miliar.

Kesulitan yang dihadapi Turki sebagian besar akibat dari kesalahannya sendiri. Namun negara yang dihuni 80 juta penduduk itu bukan satu-satunya korban perubahan iklim keuangan, yang berasal dari perubahan kebijakan di Federal Reserve dan bank-bank sentral lainnya.

Dolar AS, sekarang pada level tertingginya dalam 13 bulan, didorong lebih tinggi oleh kenaikan suku bunga Fed dan aksi jual sekuritas pemerintah.

" Pasar seperti tersadar dengan kenyataan bahwa akan ada konsekuensi terhadap kenaikan suku bunga," kata ekonom Jacob Funk Kirkegaard dari Institut Peterson Institute for International Economis.

“ Ini adalah bagian dari transisi dari kondisi bunga nol persen saat uang benar-benar murah.”

 

Beri Komentar