Soal Kedermawanan, Negara Maju Lebih Pelit?

Reporter : Syahid Latif
Rabu, 13 Januari 2016 09:41
Soal Kedermawanan, Negara Maju Lebih Pelit?
Namun dilihat dari jumlahnya, justru negara diluar OECD menyumbangkan uang lebih besar dibandingkan negara maju.

Dream - Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) mengeluarkan daftar negara maju yang memberikan bantuan internasional terbesar.

Meski masuk golongan negara kaya, sumbangan dari negara OECD justru lebih rendah dibandingkan negara-negara non-OECD. 

Dengan dipimpin Uni Emirat Arab, negara-negara non-OECD memberikan proporsi bantuan luar negeri yang lebih tinggi dari pendapatan negaranya.

Sayangnya, dana bantuan internasional sering diberikan untuk keadaan darurat jangka pendek, bukan untuk manfaat jangka panjang.

Melansir laporan Telegraph.co.uk, Rabu, 13 Januari 2016, selain Amerika Serikat, Inggris menempati posisi teratas untuk sumbangan yang bersumber dari pendapatan nasional. Inggris berada di posisi lima, di belakang negara-negara seperti Swedia dan Norwegia.

Angka-angka yang dirilis OECD menunjukkan bahwa dengan ukuran apa pun, Inggris adalah salah satu donor terbesar. Mengungguli negara-negara seperti Jerman, Perancis dan Jepang.

Yang dimaksud bantuan di sini adalah bantuan pemerintah, bukan sumbangan sukarela melalui badan amal. Jadi bantuan yang disumbangkan bersifat tidak mengikat atau memiliki kepentingan tertentu.

Seperti diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah lama meminta negara-negara maju untuk menyisihkan 0,7% pendapatan nasional mereka untuk bantuan internasional. Namun hanya Swedia, Luksemburg, Norwegia, Denmark dan Inggris yang berhasil memenuhinya pada tahun 2014 lalu.

Sementara negara-negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat, Jerman, Swiss dan Australia, menyumbangkan sedikit lebih rendah dari proporsi pendapatan nasional mereka.

Seiring pertumbuhan ekonomi global, bantuan luar negeri mengalami peningkatan secara keseluruhan dalam jangka panjang, lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 1960-an. Sekarang dana bantuan internasional telah mencapai tingkatnya yang paling tinggi, senilai US$ 137,2 miliar.

Meski PBB menyerukan 0,7% disisihkan untuk 'bantuan pembangunan', rata-rata bantuan yang diambil dari pendapatan nasional oleh negara-negara yang tergabung OECD adalah 0,3%.

Inggris kini memberikan proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan nasional dari sebelumnya. Pada tahun 1999, Inggris menyumbang 0,24%, jumlah yang terus menurun selama 20 tahun. Angka tersebut kini telah naik ke angka 0,71%.

Sebaliknya, AS kini menyumbang 0,18% dari pendapatan nasional mereka untuk bantuan internasional, dan tidak pernah lebih dari 3% sejak awal tahun 1970-an.

Penerima bantuan internasional terbesar adalah Afghanistan, diikuti oleh Vietnam, Suriah, Pakistan, Ethiopia, Mesir dan Turki.

Analisis OECD juga menunjukkan sejauh mana jumlah bantuan dipengaruhi sebuah peristiwa. Sebelumnya terjadi penurunan bantuan secara keseluruhan, tetapi krisis pengungsi Suriah telah membaliknya. Pemerintah Italia terpaksa mengeluarkan bantuan ekstra senilai US$ 600 untuk menambah bantuan internasional yang dikeluarkannya.

Dengan konflik di Timur Tengah yang membutuhkan lebih banyak bantuan internasional, negara-negara sangat miskin di sub-Sahara Afrika mengalami penurunan bantuan hingga 9% dibandingkan dengan 2013. (Ism) 

Beri Komentar