Dewasa Ini, Banyak Produk Investasi Abal-abal Yang Ditawarkan Kepada Masyarakat. (Sumber: Merdeka.com)
Dream - Banyaknya investasi bodong yang beredar saat ini disebabkan oleh pintarnya perusahaan investasi ilegal dalam memanfaatkan peluang. Mereka tak hanya memanfaatkan sifat masyarakat yang gampang tergiur oleh janji-janji manis, tetapi juga penurunan suku bunga perbankan.
Direktur Marketing and Product Development Bahana TCW Investment Management, Rukmi Proborini, mengatakan suku bunga yang dipangkas tiga kali oleh Bank Indonesia (BI) ini mengondisikan bunga kredit perbankan turun sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, penurunan suku bunga acuran bisa mendorong turunnya bunga deposito. Padahal, deposito masih menjadi primadona sebagai sarana untuk mengembangkan uang.
" Mereka yang biasa menikmati suku bunga deposito tinggi, lama-lama akan merasakan dampak kuncupnya bunga deposito ini," kata Rukmi di Jakarta, dikutip dalam keterangan yang diterima Dream, Jumat 10 Juni 2016.
Rukmi mengatakan para deposan mencari alternatif lain untuk investasi. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh perusahaan investasi bodong. Mereka menawarkan investas abal-abal dengan bunga yang lebih tinggi daripada deposito.
" Produknya dikemas sedemikian rupa sehingga mirip dengan produk pasar modal yang sudah dikenal luas semisal reksa dana, tetapi produk ini sejatinya sama sekali bukan reksa dana," kata dia.
Rukmi mengatakan banyak keanehan dari investasi palsu ini. Misalnya, penawaran dilakukan secara tertutup dan tidak untuk semua orang. Biasanya, penawaran investasi dilakukan melalui mini gathering. Tak hanya itu, imbal hasilnya pun melebihi imbal hasil di pasar dan dana yang diinvestasikan pun menjadi tidak transparan.
" Bisa jadi juga, ada produk serupa dengan reksa dana saham, tetapi menawarkan imbal hasil tetap seperti investasi pada obligasi," kata dia.
Lantas bagaimana caranya untuk mengetahui produk investasi yang ditawarkan ini adalah produk pasar modal atau tidak? Rukmi mengatakan ada beberapa pertanyaan dasar yang bisa ditujukan kepada para penawar produk investasi.
1. Apakah imbal hasil yang ditawarkan terlalu fantastis?
2. Apakah ada bank kustodian yang menampung dana itu?
3. Bagaimana kredibilitas pihak yang menawarkan produk tersebut?
4. Apakah ada transparansi ke mana dana kita ditanamkan?
5. Apakah kita sebagai pemodal dapat memantau pergerakan harganya?
6. Siapa institusi yang mengawasi produk itu?
Rukmi mengatakan masyarakat perlu waspada apabila mayoritas jawaban dari beberapa pertanyaan itu adalah tidak ada atau tidak tahu. Dia pun menyarankan agar produk semacam itu untuk dihindari.
" Sebaiknya abaikan penawaran seperti itu daripada uang melayang," kata dia.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!