Ilustrasi Tata Cara Sholat Rebo Wekasan. (Foto: Shutterstock.com)
Dream – Tata cara sholat Rebo Wekasan alias tolak bala adalah tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lain sebagainya.
BACA JUGA : Bacaan Doa Tolak Balak yang Diajarkan oleh Rasulullah
Tradisi ini dilakukan dengan mendirikan sholat tolak bala, berdoa dengan doa khusus, sedekah, silaturahmi, dan berbuat baik kepada sesama.
Perlu diketahui sebelumnya, Rebo Wekasan adalah malam hari Rabu terakhir yang ada di bulan Shafar. Pada hari itu dipercaya sebagai hari di mana Allah menurunkan bala yang berjumlah 320.000 ke bumi.
Sehingga masyarakat menggelar sholat Rebo Wekasan sebagai permohonan kepada Allah agar dijauhkan dari bala atau marabahaya yang mengancam.
Tata cara sholat Rebo Wekasan atau sholat tolak bala ini sebenarnya sama dengan sholat sunnah pada umumnya. Namun agar kamu lebih memahaminya, dalam artikel kali ini Dream akan membahas tentang tata cara sholat Rebo Wekasan disertai hukum dan bacaan niatnya.
Pada mulanya, asal usul tradisi sholat Rebo Wekasan ini bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (W.1151 H) dalam kitab Fathul Malik al-Majid al-Mu-Allaf li Naf'il 'Abid wa Qam'i Kulli Jabbar 'Anid atau yang lebih dikenal dengan nama Kitab Mujarrabat ad-Dairabi.
Senada dengan itu, anjuran sholat Rebo Wekasan juga tercatat dalam kitab al-Jawahir al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin al-'Atthar (W. 970 H), Hasyiyah as-Sittin, dan sebagainya.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, KH Muhammad Djamaluddin Ahmad mengatakan, sholat Rebo Wekasan ini harus diniati dengan sholat mutlak atau sholat hajat. Sebab berdasarkan keputusan musyawarah NU Jawa Tengah tahun 1978 di Magelang, sholat khusus Rebo Wekasan hukumnya haram, kecuali jika diniati shalat sunnah muthlaqah atau niat shalat hajat.
Kemudian Muktamar ke-25 NU di Surabaya tahun 1971 juga melarang sholat yang tidak ada dasar hukumnya, kecuali diniati sholat mutlak.
Maka dari itu jika sholat Rebo Wekasan diniati secara khusus seperti misalnya 'aku niat sholat Shafar', 'aku niat sholat Rebo Wekasan', maka hukumnya tidak sah dan haram.
Hal ini sesuai dengan prinsip kaidah usul fiqih: “ Hukum asal dalam ibadah apabila tidak dianjurkan, maka tidak sah.”
Atas kaidah usul fiqh tersebut, ulama juga mengharamkan sholat Raghaib di awal Jumat bulan Rajab, sholat nishfu Sya’ban, sholat Asyura’ dan sholat kafarat di akhir bulan Ramadhan. Sebab sholat-sholat tersebut tidak memiliki dasar hadits yang kuat.
Tata cara sholat Rebo Wekasan ini harus diniati untuk menjalankan sholat mutlak atau hajat. Sholat sunah mutlak adalah sholat yang tidak dibatasi waktu, sebab, dan bilangannya tidak terbatas.
Sementara sholat hajat adalah sholat yang dilaksanakan saat memiliki keinginan atau hajat tertentu, termasuk hajat li daf'il bala (menghilangkan bala).
Tata cara sholat Rebo Wekasan ini bisa dilakukan pada pagi hari ketika waktu dhuha atau selepas sholat Magrib. Pada setiap rakaat dalam sholat ini dianjurkan membaca al-Fatihah sekali, surat al-Kautsar sebanyak 17 kali, surat al-Ikhlas lima kali, al-Falaq sekali dan an-Nas sekali.
Selain itu, dalam tata cara sholat Rebo Wekasan ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi dilakukan bersama-sama di lokasi yang sama.
Tata cara sholat Rebo Wekasan ini dilakukan sebanyak 4 rakaat dengan 2 kali salam. Gerakan dan bacaan sholatnya sama dengan sholat pada umumnya. Agar lebih jelasnya, berikut tata cara sholat Rebo Wekasan atau tolak bala yang perlu diketahui:
Usholli sunnatal lidaf'il balaa rok’atainii lillaahi ta'ala.
Artinya: " Saya salat sunnah untuk tolak bala dua rakaat karena Allah Ta'ala."
Usai mengerjakan tata cara sholat Rebo Wekasan atau tolak bala di atas, kemudian dianjurkan membaca doa keselamatan agar Allah menghindarkan diri kita dari bala yang diturunkan ke bumi.
Wa shallallaahu alaa sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam. Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa aziiza dzallat Li'izzatika jamii'u khalqika ikfinii min jamii'I khalqika yaa muhsinu yaa mujammilu yaa mutafadh-dhilu yaa mun'imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin
Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yawma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumul-laahu wa huwas-samii'ul 'aliim. Wa hasbunallaahu wa ni'mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim. Wa shallallaahu ta'aalaa 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihi wasallam.
Artinya:
" Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Allahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan; Ya Allah, Tuhan Yang Mahamulia dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Baik Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan; Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu Yang Maha Penyayang.
Allaahumma, Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan ra dan saudaranya (Sayyidina Husein ra), serta kakeknya (Sayyidina Muhammad saw) dan ayahnya (Sayyidina `Ali bin Abi Thalib ra), peliharalah aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun padanya; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memelihara, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. Cukuplah Allah tempat kami bersandar; tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Amin."
Sumber: NU Online, berbagai sumber.