Bisnis Surat Utang Syariah Masih Lesu

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 12 Mei 2016 15:45
Bisnis Surat Utang Syariah Masih Lesu
Kondisi ini terjadi kalau harga minyak dunia yang rendah.

Dream - Lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poor's memperkirakan lesunya penerbitan surat utang syariah (sukuk) global masih akan berlanjut hingga tahun ini. Standard&Poor's memprediksi volume penerbitan sukuk turun menjadi US$50 miliar-US$55 miliar atau sekitar Rp664,12 triliun-Rp730,53 triliun.

Bekurangnya penerbitan sukuk global ini lantaran rendahnya harga minyak dunia yang memukul perekonomian negara-negara muslim.

" Jika harga minyak dunia kembali melemah, beberapa negara pengekspor minyak seperti Kawasan Negara Teluk dan Malaysia tak punya pilihan lain selain mengurangi investasi sehingga bisa menekan kebutuhan pembiayanan dan berpotensi mengurangi penerbitan emisi," kata Credit Analyst and Global Head of Islamic Finance at Standard&Poor's, Mohamed Damek, dilansir dari situs Gulf Times, Kamis 12 Maret 2016.

Sekadar informasi, volume sukuk global yang diterbitkan pada tahun 2015 sudah menunjukan penurunan. Chairman International Islamic Financial Market (IIFM), Khalid Hamad, mengatakan penerbitan sukuk tahun 2015 mencapai US$60,6 miliar atau Rp804,91 triliun. Angka ini turun 43 persen dari tahun 2014.

Penurunan sukuk ini disebabkan oleh penurunan harga minyak dunia dan keputusan Malaysia untuk tidak melanjutkan penerbitan sukuk berjangka pendek.

" Penurunan penerbitan sukuk ini tidak bisa dilihat sebagai pasar sukuk yang melemah, tapi perubahan strategi Malaysia," kata dia.

Khalid mengatakan jika Malaysia tetap melanjutkan penerbitan sukuk berjangka pendek, volume sukuk global bisa mencapai US$100 miliar pada 2015 atau Rp1.328,25 triliun. Dengan begitu, volume sukuk mendekati volume tahun 2014 yang sebesar US$110 miliar atau Rp1.461 triliun.

Hal ini menunjukkan pasar sukuk relatif stabil dan tetap aktif diterbitkan oleh beberapa pihak, seperti perusahaan pembangkit listrik dan lembaga pembiayaan syariah, Islamic Development Bank (IDB).

" Kami tidak mengabaikan prinsip-prinsip yang membedakan sukuk dengan obligasi konvensional. Sukuk adalah cara inovatif untuk meningkatkan pembiayaan syariah dan kaitannya erat dengan ekonomi riil," kata dia.

Sekadar catatan, 74 persen sukuk dari sukuk global, berasal dari Asia Tenggara, sementara 22 persen berasal dari Negara-negara Teluk. Dilihat dari negaranya, Malaysia tetap memegang negara penerbit sukuk terbanyak. Negeri Jiran itu memegang pasar sebesar 93 persen dan diikuti oleh Arab Saudi 17 persen, Uni Emirat Arab 10 persen, Indonesia 6 persen, Qatar 4 persen, Turki 2 persen, serta Bahrain dan Hong Kong yang masing-masing pasarnya 1 persen.

Beri Komentar