Makan Camilan/ Foto: Shutterstock
Dream - Makanan dalam kemasan selalu memiliki detail informasi gizi. Mulai dari kandungan gula, garam, penyedap hingga zat lain yang terkandung di dalamnya. Penting bagi Sahabat Dream untuk membaca informasi gizi tersebut.
Seringkali tanpa sadar kita mengonsumsi makanan atau minuman dalam kemasan yang tinggi gula. Hal ini tentu bisa berdapak buruk pada level gula dalam darah. Bayangkan hal ini terjadi selama bertahun-tahun, efek yang paling buruk adalah bisa memicu obesitas dan diabetes.
Sayangnya, masyarakat masih cenderung mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi, baik dari penambahan gula saat memasak, makan, dan minum maupun melalui konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula.
" Masyarakat perlu lebih jeli dalam memperhatikan label kemasan guna mengetahui kandungan gula tersembunyi (hidden sugar) di makanan minuman. Hal ini penting agar kita dapat lebih sadar akan jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya,” kata dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, Dokter Spesialis Gizi Klinis, dalam acara Beat Obesity yang digelar Nutrifood secara online, 4 November 2021.
Ia menambahkan, masyarakat juga harus secara rutin melakukan pengukuran berat badan untuk mengetahui apakah berat badan mereka termasuk kategori normal atau overweight dan bahkan obesitas.
Cara pengukurannya dengan metode perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu jumlah berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Berdasarkan World Health Organization, untuk orang Asia, apabila hasil BMI-nya di bawah 18,5 maka tergolong kurus, sementara BMI 18,5-22,9 termasuk kategori normal.
Masyarakat perlu lebih waspada apabila hasil BMI mencapai angka 23,0-24,9 karena sudah termasuk overweight, 25-29,9 termasuk kategori obesitas tingkat I, dan ≥30 dinyatakan obesitas tingkat II.
Sahabat Dream juga harus selalu perhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan. Yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (seperti lemak, lemak jenuh, protein, garam/natrium, dan karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.
" Idealnya, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan,” ujar Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP, Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Badan POM RI, dalam acara yang sama.
Susana, Head of Strategic Marketing Nutrifood, menyatakan nutrifood selama lebih dari 42 tahun berkomitmen untuk menginspirasi masyarakat Indonesia. Penting untuk implementasikan gaya hidup sehat, terlebih di masa pandemi saat ini.
Berlangsung sejak Maret hingga September 2021 (6 bulan), program " Beat Obesity" ini diikuti oleh 132 karyawan yang ingin menurunkan berat badannya. Karena pandemi COVID-19, hampir seluruh program pendampingan diadakan secara virtual, yang terdiri dari medical check up, survei kebiasaan hidup sehat dan pembentukan support group. Termasuk berbagai aktivitas olahraga secara mandiri maupun kelas virtual, edukasi kesehatan, penyediaan makan siang khusus bagi karyawan yang berlokasi di pabrik, dan konsultasi kesehatan dengan dokter.
Setelah menjalani program selama 6 bulan, hampir 80 persen peserta program ini mengalami penurunan berat badan rata-rata 4,5 kg. Sebagian diantaranya bahkan mengalami penurunan lebih dari 10 kg berat badan.
" Meskipun program ini masih belum sempurna, kami senang dapat memberikan manfaat untuk mendukung karyawan kami menjadi lebih sehat dan meningkatkan kualitas hidup mereka dan keluarga,” ujar Susana.
Laporan Syifa Putri Naomi
Dream - Anak-anak yang masih dalam tahap usia pertumbuhan sangat membutuhkan aktivitas fisik demi tumbuh kembangnya. Sedihnya, pandemi membuat anak tak bisa bebas bermain yang menguras kekuatan fisik seperti saat mereka di sekolah bersama teman-temannya.
Belum lagi rasa jenuh belajar di rumah yang biasanya dilampiaskan lewat makanan atau camilan. Hal ini membuat risiko kenaikan berat badan pada anak meningkat. Jika dibiarkan terus menerus bukan tak mungkin anak mengalami obesitas.
Dokter Cynthia Rindang Kusumaningtyas, spesialis anak yang praktik di RS Pondok Indah – Puri Indah mengingatkan para orangtua untuk memperhatikan asupan dan aktivitas anak saat di rumah saja. Ia memberikan tips untuk membuat anak tidak makan berlebihan dan terhindar dari obesitas selama pandemi.
Langkah pertama menurut dr. Cynthia adalah selalu sediakan makanan dan camilan bernutrisi tinggi. Buah sayur dan makanan tinggi protein sebaiknya selalu ada di rumah. Hindari camilan keripik gurih atau camilan dengan gula tinggi
" Makan sayur dan buah setiap hari agar si kecil cepat merasa kenyang dengan makanan yang sehat. Mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang dengan jumlah secukupnya serta menghindari kudapan berkalori tinggi," ungkap dr Cynthia dalam rilis yang diterima Dream.co.id.
Ia juga menyarankan untuk menghindari memberi si kecil minuman manis dengan gula tinggi. Lebih baik berikan air putih. Untuk menambah rasa bisa membuat infused water dengan memasukkan irisan buah.
Tak hanya asupan yang harus diperhatikan, pastikan juga si kecil melakukan aktivitas fisik. Bukan hanya sekadar di depan laptop atau bermain HP, karena sekolah online sudah sangat menguras waktunya.
" Buat kesepakatan jadwal bersama keluarga untuk mengurangi waktu menonton televisi atau main video games dan digantikan dengan aktivitas fisik seperti jalan pagi atau main sepeda dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan," pesan dr. Cynthia.
Jenis kegiatan fisik atau lamanya olahraga yang dilakukan tentunya harus disesuaikan dengan usia anak serta kemampuan perkembangannya. Bila si kecil masih bayi, mengajaknya bermain dalam posisi tengkurap, mencoba meraih benda dengan merangkak, mendorong benda, atau bermain bola dalam posisi duduk selama 30 menit per hari sudah merupakan bentuk olahraga pada kelompok usia tersebut.
Pada anak di bawah lima tahun, aktivitas fisik ringan seperti berjalan-jalan di taman sambil mencari kupu-kupu, bermain pasir, membantu menyiram tanaman dengan total 180 menit sehari akan menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Untuk anak yang lebih besar tentunya membutuhkan olahraga dengan intensitas lebih tinggi berdurasi 60 menit dalam satu hari seperti main petak umpet, naik sepeda, hiking, menari, atau berlari.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR