Ilustrasi
Dream - Kasus Covid-19 varian delta strain B.1.617.2 ditemukan di Jakarta, Bangkalan dan Madura. Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia per 17 Juni juga naik sigifikan mencapai 8.189.
Seperti diperkirakan, virus Covid-19 varian delta lebih cepat menular. Rupanya, baru saja muncul varian Delta atau B.1.617.2 di India, kini sudah ada turunannya yang disebut “ Delta Plus” atau AY.1.
Varian ini diklaim lebih mudah menular dan menurunkan efektivitas vaksin. Benarkah hal tersebut? Berikut fakta-fakta seputar mutasi Covid-19 Delta Plus, dikutip dari KlikDokter.
1. Muncul Pertama Kali di India
Laporan kemunculan Delta Plus pertama kali dilaporkan di India pada Oktober 2020. Varian ini disebut 40-50 persen lebih menular daripada varian Alfa yang pertama kali dilaporkan di Inggris.
2. Terjadi Mutasi Protein Spike
Delta Plus adalah mutasi virus corona dari strain B.1.617.2 yang lebih agresif. Strain inilah yang mendorong gelombang kedua infeksi COVID-19 di India. Karakteristik varian ini adalah adanya mutasi K417N pada protein spike virus SARS-CoV 2, virus penyebab infeksi corona. Protein spike-lah yang membantu virus masuk dan menginfeksi sel manusia.
3. Kebal terhadap Pengobatan
Hingga saat ini memang belum ada bukti pasti soal seberapa parah infeksi yang disebabkan oleh varian Delta Plus. Hal ini karena adanya mutasi K417N, varian baru ini disebut lebih kebal terhadap vaksin dan terapi obat.
4. Sudah Ada Sejak Maret
Dr. VK Paul, anggota NITI Aayog (badan resmi transformasi India), mengatakan, varian Delta Plus sebenarnya sudah ada sejak Maret lalu. Saat itu varian ini belum terlalu mengkhawatirkan.
5. Sudah Menyebar di Sejumlah Negara
Menurut PHE (Public Health Profiles) Inggris, sejauh ini ada 63 genom B.1.617.2 dengan mutasi K417N yang telah diidentifikasi. Enam di antaranya berasal dari India.
Sementara itu, ada 36 kasus Delta Plus yang dikonfirmasi di Inggris. Angka tersebut menyumbang sekitar 6 persen kasus di Amerika Serikat. Dua kasus di Inggris ditemukan lebih dari 14 hari setelah program vaksinasi dosis kedua.
Negara lain yang sudah melaporkan keberadaan kasus Delta Plus, antara lain, 1 kasus di Kanada, Jerman dan Rusia; 2 kasus di Nepal; 4 dari Swiss; 9 dari Polandia; 12 dari Portugal; 13 dari Jepang; serta 14 dari Amerika Serikat.
Lantas, apakah Delta Plus sudah ada di Indonesia? Sejauh ini, otoritas kesehatan setempat belum memastikannya. Namun, varian Delta diketahui sudah ada di Indonesia dan menyebar di sejumlah daerah.
Selengkapnya baca di sini.
Dream - Tidak hanya jumlah kasus, gejala Covid-19 juga terus bertambah. Dilansir oleh BBC, penelitian Zoe Covid Symptom yang dilakukan oleh Prof Tim Spector membuktikan bahwa flu pada orang berusia lebih muda bisa menjadi gejala varian Delta.
Meski terdengar tidak terlalu berat, kondisi tersebut perlu diperhatikan. Layanan Kesehatan Nasional Britania, NHS, menyatakan bahwa gejala klasik Covid-19 adalah batuk, demam, dan hilangnya indera perasa serta penciuman.
Berdasarkan data pemakai aplikasi Zoe Covid Symptom, gejala klasik tersebut sudah jarang dialami. " Sejak bulan Mei, kami memantau gejala dari pengguna aplikasi. Dan mereka tidak merasakan hal yang sama seperti sebelumnya," ungkapnya.
Gejala Covid-19 varian Delta meningkat. Sebelumnya, jenis virus tersebut muncul di India dan kini mendominasi hampir 90 persen kasus di Inggris.
Salah satu gejala yang berkurang drastis adalah kehilangan indera penciuman. Gejala yang lebih ringan ini cukup mengkhawatirkan.
Orang yang berusia muda bisa tetap beraktivitas tanpa mengetahui kondisi mereka sebenarnya. Jadi, lebih baik untuk melakukan tes Covid-19 terlebih dulu jika ingin beraktivitas di luar rumah.
Selain Delta, virus Covid-19 varian Alpha atau varian Inggris juga menimpa jutaan orang di negara itu sendiri.
Beberapa gejala yang kerap dirasakan adalah meriang, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, serta nyeri otot.
Walaupun Covid-19 memiliki gejala yang sudah diungkapkan, semua orang harus tetap berhati-hati, menjaga imunitas dan mencari tahu kondisi tubuh sebelum beraktivitas di luar ruangan.
Dream - Kasus Corona di dunia sudah tembus lebih dari 95 juta. Bahkan beberapa diantara kembali mencatat lonjakan kasus Covid-19. Namun, beberapa negara juga menunjukkan penurunan bahkan telah mencabut status emergency, salah satunya Slovenia.
Dikutip dari Euronews.com, Rabu 16 Juni 2021, status darurat Covid-19 di Slovenia telah berakhir sejak Selasa, 15 Juni 2021, setelah sebelumnya diberlakukan lockdown secara ketat selama 8 bulan lamanya. Dalam pernyataan Kementerian Kesehatan Slovenia, mencatat 112 kasus aktif dan dua kasus kematian.
Sekitar 45 persen penduduk dewasa di Slovenia juga sudah menerima vaksin Corona dosis pertama dan 32 persen lainnya sudah menerima dosis kedua. Hingga pada akhirnya, negara ini pun mencapai herd immunity (kekebalan komunal).
Meski herd immunity diklaim sudah terbentuk, pemerintah tetap memberlakukan protokol kesehatan ketat seperti memakai masker di dalam ruangan tempat umum serta menjaga jarak aman.
Sumber: euronews.com
Dream - Republik Kiribati tengah jadi perbincangan. Negara yang letaknya di kepulauan Samudera Pasifik dengan populasi 122.330 jiwa, dilaporkan tidak miliki kasus virus corona alias masih bersih dari Covid-19.
Penduduk Kiribati percaya kelapa merupakan makanan pokok yang diklaim sebagai kunci status bebas virus Covid-19 di sana.
" Kami menggunakan moimoto (kelapa) untuk bertahan melawan virus. Ini sangat kaya akan vitamin C dan vitamin A," kata seorang guru Sekolah Dasar di Tarawa, Rooti Tianaira, dilansir dari Mirror.co.uk, Selasa 12 Mei 2020.
Kata Rooti, nenek moyang mereka biasa makan kelapa parut yang dikenal karena rasanya khas tetapi memiliki khasiat memberi kesehatan untuk sarapan.
" Kami kuat, tanpa penyakit. Jadi sekarang, buah-buahan lokal ini digunakan sebagai obat untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Sudah dijual di kios-kios pinggir jalan," jelasnya.
Meski jumlah pohon kelapa melebihi penduduknya, Rimon Rimon, seorang jurnalis setempat, mengaku baru mengetahui buah ini bisa digunakan sebagai obat melawan Covid-19.
Bukan hal aneh jika ada orang yang menjual kelapa. " Namun bisa mengatasi virus corona? Ini baru bagi saya," tegas Rimon.
Kemampuan moimoto adalah satu dari sekian rumor konyol dari negara bekas koloni Inggris itu.
" Kabar itu menjadi isu utama di sini. Karena baru belakangan ini orang mendapat akses ke internet, jadi mereka dibombardir dengan informasi," ujar dia.
Berdasarkan pengamatan Rimon, masyarakat di negara yang masuk kategori paling tidak berkembang itu (LDC) oleh PBB, masih tidak bisa membedakan mana kabar hoaks. Jadi, mereka menyebarkan apa yang menurut mereka benar.
Merebaknya informasi keliru ditambah dengan belum jelasnya regulasi pemerintah mengenai apa saja yang bisa dibagikan di media sosial.
Selama ini, masyarakat mengandalkan informasi mengenai wabah dari Kementerian Kesehatan dan Kantor Kepresidenan.
" Pemerintah perlu memerhatikan bagaimana rakyat memperoleh informasi, dan memperingatkan mereka bisa terkena masalah jika membagikan kabar ngawur" .(Sah)
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!
Ada Mobil Listrik di Konser Remember November Vol.3 - Yokjakarta
75 Ucapan Hari Santri Nasional 2025 yang Penuh Makna dan Bisa Jadi Caption Media Sosial