Plt Gubernur Banten Rano Karno (Merdeka)
Dream - Sudah hampir sepekan lebih, Pelaksana Tugas (plt) Gubernur Banten Rano Karno terserang virus Bell's Palsy, yang membuat mulutnya tampak tertarik ke bagian samping atas alias 'meletot.'
Nah, buat Anda yang mungkin belum mengetahui dan mengenal Bell’s Palsy, berikut ini adalah penjelasannya. Mulai dari gejala, komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita Bell’s Palsy, serta penanganannya.
Dikutip Dream.co.id dari laman Ekahospital.com, Kamis 26 Februari 2015, Bell’s Palsy adalah penyakit saraf yang mengenai saraf fasialis (wajah), menyebabkan kelumpuhan otot-otot salah satu sisi wajah, sehingga wajah menjadi asimetris, karena salah satu sisi wajah tampak melorot/mencong.
Hanya salah satu sisi wajah penderita saja yang dapat tersenyum. Selain itu, hanya satu mata saja yang dapat menutup dengan sempurna.
Penyebab dari Bell’s Palsy belum diketahui secara pasti. Namun beberapa sumber menyebutkan penyebab Bell’s Palsy adalah proses peradangan saraf yang mengontrol otot-otot salah satu sisi wajah. Ada pula yang mengatakan kerusakan saraf ini merupakan akibat dari infeksi virus.
Bell’s Palsy dapat terjadi pada semua golongan usia, baik pria maupun wanita. Pada kebanyakan orang, kelumpuhan saraf tersebut bersifat sementara, yakni selama beberapa hari hingga beberapa minggu, serta dapat kembali pulih setelah kurang lebih 6 bulan.
Namun, ada juga beberapa kasus di mana kelumpuhan saraf wajah terjadi secara permanen seumur hidup.
Gejala Bell’s Palsy secara umum terjadi tiba-tiba, berupa kelumpuhan ringan sampai total pada salah satu sisi wajah. Kemudian sensitivitas terhadap suara akan meningkat pada sisi wajah yang terpengaruh.
Kadang timbul nyeri kepala, penurunan kemampuan indera pengecap pada sisi yang lumpuh, serta penurunan jumlah air mata dan liur yang diproduksi pada sisi yang terkena.
Pertolongan medis diperlukan sesegera mungkin jika Anda mengalami kelumpuhan apapun, karena bisa saja yang terjadi adalah kasus stroke. Perlu diingat, Bell’s Palsy bukan disebabkan oleh stroke. Jadi segera mungkin periksa ke dokter.
Pasien juga disarankan melakukan pemeriksaan radiologi, seperti CT Scan atau MRI kepala untuk menyingkirkan penyebab kelumpuhan yang mungkin terjadi.
Penanganan yang biasa dilakukan adalah melalui obat-obatan dan fisioterapi. Meskipun bisa sembuh dalam kurun waktu tertentu, dengan bantuan obat dan fisioterapi diharapkan proses pemulihan dapat berlangsung lebih cepat. (Ism)
Advertisement
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal